BAB V ANALISIS EKSTRINSIK 5.1 Pola Tindakan Korupsi dalam Novel
d.I.a. cinta dan presiden Korupsi merupakan tindakan kejahatan yang memiliki dampak lebih besar
dibandingkan dengan beragam jenis kejahatan lainnya. Kejahatan korupsi dalam novel d.I.a. cintan dan presiden merupakan kejahatan yang dilakukan oleh kelas sosial tinggi. Shuterland
dalam Mustopa 2010 menyebutnya dengan istilah white-collar crime yang sekaligus membedakan kejahatan yang dilakukan oleh kelas sosial rendah atau dikenal dengan istilah
blue-collar crime. Di Indonesia, istilah blue-collar crime merupakan jenis kejahatan konvensional seperti pembunuhan, pencurian, pemerkosaan, dll. Umumnya kejahatan
konvensional itu memberikan dampak pada korbanya yang terhitung sedikit sedangkan jenis kejahatan kelas sosial tinggi memberikan dampak yang sangat besar jumlahnya, karena
kejahatan tersebut diorganisir sedemikian rupa tanpa menimbulkan kecurigaan dari pihak lain.
Kerugian yang diderita korban kejahatan korporasi tidak hanya merupakan kerugian keuangan tetapi juga meliputi perlukaan, kematian, dan resiko kesehatan Mustopa,
2010:193.Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mustopa bahwa pola kejahatan korupsi yang terjadi di Indonesia ialah kleptokrasi. Weber dalam Mustopa 2010 mengatakan
kleptokrasi merupakan tindakan memperoleh keuntungan melalui korupsi sebagai tujuan korporasi, yang dapat terlaksana karena adanya permufakatan jahat antara korporasi dengan
birokrat yang korup. Kejahatan kelas sosial tinggi atau white-collar crime dibagi menjadi dua bagian yakni occupational crime dan corporate crime.
Pola tindakan korupsi yang terjadi dalam novel ini turut dipengaruhi oleh latar atau setting sebagai tempat terjadinya kisah tersebut. Latar, baik itu berupa fisik maupun latar
sosial memberikan kontribusi atau pengaruh terhadap tindakan-tindakan para pelaku korupsi
baik jenis occupational crime ataupun corporate crime .
Universitas Sumatera Utara
5.1.1 Occupational Crime
Occupational crime yaitu pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan oleh individual yang berkaitan dengan pekerjaan pelaku. Dalam Mustopa 2010:79 dijelaskan kejahatan
jabatan adalah kejahatan yang dilakukan oleh seseorang yang menduduki jabatan terhormat dan kejahatan tersebut terkait dengan jabatan pekerjaannya yang sah. Hasil dari kejahatan
tipe occupational crime yang dilakukan hannya menguntungkan dirinya sendiri. Dalam novel d.I.a. cinta dan presiden jenis kejahatan yang tergolong occupational crime dilakukan
oleh beberapa tokoh yakni:
5.1.1.1 Prof. Dr. Eri Masina
Prof. Dr. Eri Masina memiliki status jabatan tinggi yang dipercayai oleh presiden SBD, sehingga dengan mudah dia bisa menyalahgunakan jabatannya sesuai dengan sikap
dan mentalnya yang korup. Pada waktu itu Prof. Dr. Eri Masina menjabat sebagai Ketua Umum Partai Mandat Nasional PMN, secara sepihak ia menggantikan wakil Ketua PMN
dan menggantikannya dengan seorang pengusaha yang tidak punya latar belakang politik. Keputusan itu diambil oleh Prof. setelah ia menerima Rp 80 miliar dari Christo Sanurbi yang
pada waktu itu sedang terlibat kasus penggelapan uang dari Dirjen PLN. Profesor mengambil keputusan itu hanya demi kepentingannya sendiri dan dengan kekuasaannya atau jabatannya
waktu itu. Prof. Dr. Eri Masina juga telah menyalaggunakan kekuasaanya dengan memecat salah
satu kadernya yang telah mengkritisi dan menuntut Christo Sanurbi yang waktu itu terlibat dalam skandal Bantuan Likuidasi Bank Indonesia BLBI. Tindakan Prof. Dr. Eri Masina itu
merupakan bentuk kejahatan yang membunuh karakter dengan mengabaikan unsur-unsur kemanusiaan.
Prof. Dr. Eri Masina juga menggunakan kekuasaannya untuk memperoleh keuntungannya sendiri dengan memecat Fazwa budari yang dengan tegas dan vokal menuntut
Universitas Sumatera Utara
kebenaran mengenai amandemen UUD 1945 yang tidak sesuai Edgar prosedur perundang- undangan, fiktif dan penuh tipu muslihat. Prof. memecarnya karena dia tidak ingin rencana
busuknya terbongkar atau terbengkalai setelah adanya amandemen, UUD 1945 yang baru. Prof. Dr. Eri Masina kembali melakukan penyalahgunaan kekuasaannya dengan
mengeluarkan Surat Pemberhentian kepada kadernya, Djuju Darussidin yang menentang koruptor yang terjadi di tubuh wakil rakyat. Namun akhirnya keputusan itu dibatalkan
setelah Djuju Darussidin memberikan uang sebanyak Rp 1 miliar kepada Profesor. Prof. Dr. Eri Masina menggunakan kekuasaannya dengan merecalling Wahid
Pratama, baik dari Partai maupun dari angota dewan. Hal itu dilakukan olehnya karena Prof. merasa tersaingi dengan popularitas Wahid Pratama yang begitu keras berjuang menentang
koruptor di bangsa Indonesia. Profesor juga ingin menyisihkan Wahid dari kemungkinan jadi calon Presiden, karena Profesor sangat berambisi untuk menjadi Presiden.
5.1.1.2 Wakil Presiden Beddu Jamalkotto BJK
Wakil presiden Beddu Jamalkotto BJK akhirnya menduduki jabatan Presiden menggantikan mantan Presiden SBD yang mengundurkan diri, juga memiliki kejahatan korup
yang menggunakan kekuasaan jabatannya untuk kepentingannya sendiri. Sebagai Presiden ia segera mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan untuk memutuskan melakukan jajak
pendapat di daerah bergolak Pulau Timon-Timun yang menuntut memisahkan diri dari Indonesia. Sebagaian besar penduduk Indonesia, dan termasuk anggota Parlemen tidak
menyetujui kebijakan itu, namun Presiden BJK bersikeras untuk memberlakukan Perubahan Peraturan Undang-undang tersebut agar Pulau Timon-Timun secara sah lepas dari kesatuan
Repubik Indonesia, hal itu dilakukan dengan tipu muslihat terselubung untuk mendapatkan persenan dari pihak separatis yang mengorganisir pemisahan pulau yang dikenal dengan
kekayaan akan barang-barang tambang itu.
Universitas Sumatera Utara
5.1.2 Corporate Crime
Corporate crime yaitu pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan untuk kepentingan korporasi. Kejahatan itu sengaja dilakukan demi masa depan perkembangan organisasi.
Dalam novel d.I.a. cinta dan presiden, kejahatan yang demikian dilakukan oleh:
5.1.2.1 Prof. Dr. Eri Masina dengan Presiden SBD
Waktu itu Soekanto Boedhiono menjadi salah satu kandidat kuat dalam pemilihan presiden. Jadi untuk memastikan kemenangannya, maka Soekanto Boehiono menyuap Prof.
Dr. Eri Masina yang pada saat itu menjabat sebagi ketua DPR dan sekaligus menjadi pimpinan Partai Mandat Nasional.
Sebelum Soekarto Boedhiono mejadi Presiden, menjelang hari pelaksanaan pencoblosan itu, Soekarto Boedhiono menyogok Prof. Dr. Eri Masina dengan sejumlah uang
untuk memenangkan suara dalam pemilihan Presiden waktu itu. Dengan kerjasama itu pula ketika Presiden SBD memenangkan pemilu, beberapa kader dari PMN, mendapat kesempatan
menjadi menteri dalam kabinet SBD. Dari situ juga dapat dimengerti bahwa menteri yang diutus dari PMN atas arahan dari Prof memiliki tujuan untuk menghasilkan uang demi
kepentingan partai. Presiden Soekarto Boedhiono SBD dan Prof. Dr. Eri Masina juga melakukan
korupsi transaksional yang melibatkan kepentingan dua pihak yakni dengan keputusan Presiden SBD untuk memberikan “Dana Reformasi” kepada Profesor untuk menutupi kasus
Korupsi Kolusi dan Nepotisme yang dilakukan oleh Presiden SBD. Presiden memberikan kepercayaan kepada Profesor untuk mengusut berbagai macam korupsi yang terjadi di dalam
pemerintahan SBD. Bentuk kepercayaan itu merupakan hasil dari persekongkolan terselubung yang bertujuan untuk menjaga rahasia kejahatan atau pelanggaran korupsi yang
merugikan keuangan negara. Jelaslah bahwa tindakan tersebut merupakan jenis kejahatan terorganisir demi mempertahankan kepentingan organisasi atau kelompok.
Universitas Sumatera Utara
5.1.2.2 Poro Munadhi dan Prof. Dr. Eri Masina
Direktur Jenderal Perpajakan yang dikepalai oleh Poro Munadhi selalu saja mengalami kerugian dengan alasan banyaknya pajak yang tertunggak tidak dibayar,
berkisar sejumlah Rp 676 triliun per tahun. Alasan tersebut tidak bisa dipercaya dan menimbulkan banyak pertentangan dari Lembaga Swadaya Masyarakat serta pakar Ekonomi.
Selain itu Dirjen Pajak juga telah diduga dan diusut menggelapkan pajak dengan melakukan penipuan secara metodologis hingga menyangkut sekitar Rp 30 triliun dari pendapatan
pertahun. Kejadian itu menjadikan negara kekurangan begitu banyak anggaran. Skandal perpajakan itu berlangsung lama, Wahid Pratama yang waktu itu menjabat sebagi Panitia
Khusus RUU Perpajakan DPR digantikan secara tiba-tiba oleh pimpinannya Prof. Dr. Eri Masina. Ternyata setelah diselidiki, Poro Munadhi adalah pejabat yang dijamini oleh Prof.
Dr. Eri Masina untuk menduduki jabatan Direjen Pajak dengan adanya perjanjian bagi hasil. Hal tersebut mengindikasikan kejahatan persekongkolan antara Poro Munadhi dan Prof. Dr.
Eri Masina dalam melakukan korupsi secara terorganisir.
5.1.2.3 Prof. Eri Masina dengan rezim Orde Baru
Prof. Dr. Eri Masina merupakan seorang tokoh yang sangat berpengaruh, karena telah dipercayakan oleh Presiden SBD untuk menjadi rekannya dalam mengusut kasus korupsi,
meskipun pada kenyataannya Profesor hanya melindungi dan memantau perkembangan korupsi tersebut. Dengan posisi itu, Prof. semakin leluasa untuk menjalin kerjasama ataupun
untuk mendapatkan keuntungan dari para koruptor. Ia juga bahkan menjalin hubungan kerjasama dengan rezim Orde Baru.
... jelas-jelas menerima dana berkarung-karung dari koruptor terbesar rezim Orde Baru yang malah dibiarkan hlm. 24.
... anggota dewan dan anggota partai politik yang sudah korup, yang mendukung perjudian, yang menerima dana dari penguasa Rezim Orde Baru, ... bandar judi,
bandar narkoba, dan bandar pelacuran Internasional hlm. 92.
Universitas Sumatera Utara
Prof. Dr. Eri Masina merupakan figur pemimpin yang mengorganisir jaringan koruptor dengan sistem pemeliharaan dan perlindungan yang terjamin.Prof. juga melakukan
recalling terhadap Wahid Pratama yang dengan semangat, berusaha menyelesaikan penelitian dan rancangannya untuk menyiapkan Undang-Undang Perjudian. Setelah Wahid pulang dari
Mesir dalam kunjungan studinya, ia tiba-tiba mendapat surat pemecatan dari Prof. Eri Masina. Hal itu karena Prof. Eri Masina memiliki jaringan dengan para penguasa Orde Baru
yang memiliki jaringan perjudian dan bahkan pada bidang prostitusi hlm. 24.
Persekongkolan Prof. Dr. Eri Masina yang telah membentuk jaringan bisnis haram
merupakan bentuk kejahatan persekongkolan atau corporate crime. 5.1.2.4 Grup Mia yang dipimpin oleh Christo Sanurbi
Grup Mia berhasil melepaskan diri dari hutang kepada Bank Marindi sebesar Rp 4,3 triliun. Dengan relasi dan organisasi yang baik, akhirnya dana sebanyak itu dihapusbukukan
dari Bank Marindi, selanjutnya setelah itu mereka diijinkan kembali meminjam uang kredit kepada Bank Marindi sebanyak Rp 800 miliar. Ketentuan tersebut pun sangat bertentangan
dengan prinsip prudential banking yang melarang memberikan utang kembali kepada nasabah yang memiliki kasus kredit bermasalah.
Keganjilan hal tersebut bisa terjadi karena Grup Mia memiliki hubungan yang baik pada sejumlah pejabat pemerintah yang melindungi mereka demi kepentingan tertentu salah
satunya ialah Prof. Dr. Eri Masina yang telah menghalangi sebagian wakil rakyat yang berusaha meluruskan kasus tersebut. Keterlibatan Prof. Dr. Eri Masina dalam kasus tersebut
berkelanjutan hingga akhirnya Christo Sanurbi menjadi Wakil Ketua Praksi Partai Mandat Nasional. Penghapusan utang, dan pembatalan hak angket DPR merupakan bentuk
persekongkolan yang mengakibatkan kerugian keuangan negara.
Universitas Sumatera Utara
5.1.2.5 Sabilin Kartomarto
Sebagai Mantan Panglima Kodam, Mayor Jenderal Purnawirawan, mantan Badan Intelejen Negara dari Angkatan Laut, ia akhirnya terpilih menjadi Ketua Polhankam di
Partai Mandat Nasional. Ia mejadi pemasuk semua perlengkapan dan fasilitas keamaan di berbagai jaringan pengamanan cabang partai di seluruh nusantara. Monopoli pengamanan
ini bisa bertahan karena didukung dan jaminan oleh Prof. Eri Masina sebagai ketua Umum Partai. Sabilin Kartomarto juga menjadi tangan kanan Presiden SBD untuk mengantarkan
uang sogokan kepada Profesor pada saat sebelum pemilihan berlangsung. Jadi hubungan antara mereka saling menguntungkan pihak-pihak yang diwakilinya.
5.1.2.6 Oknum Pejabat Struktural
Koruptor juga memanfatkan kekayaan alam Indonesia untuk kepentingan bisnisnya, yang sesungguhnya tidak pernah memberikan kebaikan bagi rakyat indonesia, malahan
negara lainlah yang menjadi lebih makmur. Seperti yang dilakukan oleh para pejabat struktural yang telah menjalin kerjasama dengan korporat sehingga skandal mereka bisa
mulus berjalan dalam waktu yang cukup lama. Seperti pada kutipan berikut: … . Pulau-pulau milik Indonesia itu digali dan digaruk pasir dan tanahnya, dan dijual
dengan harga murah. Padahal, uang hasil penjualan tanah rampokan itu hanya masuk ke kantong dan rekening pribadi para pengusaha penambangan pasir, dan para oknum
pejabat resmi sejumlah lembaga sipil dan militer Indonesia, yang merupakan pelindung para penjahat pengekspor pasir dan tanah hlm. 594.
Bentuk perlindungan yang diberikan oleh lembaga sipil maupun militer Indonesia merupakan bentuk perubahan birokrasi yang menjadi korporsi yang memprioritaskan laba. Mereka
mengambil keputusan yang salah demi kepentingannya sendiri, tanpa memegang janji- janjinya sebagai abdi rakyat. Bentuk perlindungan tersebut merupakan bentuk pembenaran
yang hanya menguntungkan kelompok-kelompok tertentu.
Universitas Sumatera Utara
5.1.2.7 Menteri dalam Kabinet Presiden Soekarto Boedhiono SBD
Dalam kabinet Presiden SBD ditemukan sejumlah menteri yang melakukan korupsi baik dalam bentuk penipuan maupun pencucian uang. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh
Presiden ketika menugaskan Wakil Presiden untuk segera menggantikan menteri yang tidak sesuai dengan penilaian masyarakat.
Mengapa begitu? Bukankah saya usdah berpesan kepada Saudara bahwa kita harus mengakomodasi tuntutan reformasi mereka, dengan mengganti sejumlah menteri dan
menukar posisi menteri yang paling mendapat kritik dari masyarakat, terutama yang terlibat kasus pencucian uang, ... . hlm. 286
Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa kinerja pemerintahan Presiden SBD yang lambat karena adanya sejumlah menteri yang melakukan pencucian uang. Kasus pencucian uang
yang dilakukan oleh menteri itu merupakan bentuk penipuan dengan cara bersekongkol sehingga digolongkan pada corporate-crime. Meskipun tidak dijelaskan secara rinci, tetapi
dapat dimengerti bahwa kasus korupsi berupa pencucian uang dilakukan lebih dari satu orang atau oknum.
5.2 Dampak Sosial Kejahatan Korupsi dalam Novel d.I.a. cinta dan presiden