BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di perpustaakaan yakni dengan memilih objek penelitian berupa buku-buku. Dalam hal ini novel merupakan buku yang tergolong dalam
kategori karya sastra. Semi 1988:8 mengatakan, objek penelitian berupa buku-buku atau alat audiovisual diteliti dengan menggunakan metode library research atau penelitian yang
dilakukan di ruang kepustakaan. Penulis memilih novel d. I. a. cinta dan presiden, karya
Noorca M. Massardi terbitan tahun 2008 sebagai objek atau bahan penelitian. Untuk mendukung penelitian itu penulis melakukan korespondensi dengan pengarang melalui
internet, mengumpulkan referensi yang bersesuaian dengan topik penelitian ini misalnya buku tentang ilmu sastra, teori sosiologi sastra, dan beberapa hasil penelitian yang
berhubungan dengan korupsi dari tinjauan humaniora. Selain itu penulis juga memanfaatkan media informasi baik media cetak maupun elektronik yang memuat hasil-hasil analisis
terhadap kasus korupsi yang terjadi di Indonesia. Data tersebut berguna sebagai bahan pendukung maupun bahan pembanding. Dengan demikian hubungan karya sastra dalam
mencerminkan kenyataan sosial dapat disimpulkan secara lebih akurat. Pradopo 2002:84 mengatakan, dalam penelitian sastra metode pembacaan heuristik
dan hermeneutik sangat perlu dilakukan sebelum sampai pada tahap analisis. Dijelaskan bahwa sebuah novel atau karya sastra harus terlebih dahulu dibaca secara berulang-ulang dan
dilanjutkan dengan pemberian makna berupa simpulan-simpulan yang mudah dimengerti. Proses tersebut perlu dilakukan untuk menggali makna secara lebih mendalam. Dari hasil
itulah kemudian disimpulkan sejumlah garis-garis besar yang dituangkan dalam sinopsis cerita.
a. Bahan Analisis
Judul novel : d.I.a. cinta dan presiden
Universitas Sumatera Utara
Karya : Noorca M. Massardi
Penerbit : Kolibri, Rajagrapinfondo Persada
Tempat; tahun : Jakarta, 2008
Jumlah halaman : 895 halaman
Ilustrator sampul : Denny Salazie Murdaine
Cetakan; ukuran : Pertama; 19 x 12 cm
Deskripsi sampul : Sebuah wilayah perkotaan yang digenangi lumpur dengan
kepulan awan berwarna emas di atas gedung-gedung tinggi.
b. Sinopsis Novel d.I.a. cinta dan presiden
Reformasi masih menjadi langkah yang harus ditempuh dalam pemerintahan Indonesia. Kesejahteraan rakyat belum juga terwujud meski Indonesia telah merdeka dari penindasan
bangsa penjajah. Masa-masa awal-awal kemerdekaan merupakan keadaan pemerintahan yang tidak stabil pada saat itu sekitar Oktober 1955, Presiden Soekarno mempertentangkan
banyaknya partai politik sebagai pemicu ketidakstabilan nasional. Kemudian timbul reaksi dari Natsir mengecam bahwa kebijakan Presiden Soekarno yang berusaha memangkas
partai-partai merupakan bentuk awal dari “pemerintahan diktator” yang akan menjadi malapetaka bagi Republik Indonesia. Berbeda dengan Presiden Soekarno, Wakil Presiden
Moh. Hatta berusaha menginternalisasikan demokrasi sebagai bagian dari pendidikan tanggung-jawab di bawah pemerintahan yang memiliki kewibawaan, menghindari anarkisme
politik yang rakus akan kekuasaan. Bentuk pembusukan moral telah diwariskan dari para penjajah, niat untuk mendapatkan kekuasaan begitu keras dengan ragam upaya yang
membentuk iklim politik yang berubah-ubah. Korupsi moral telah menjadi pemicu berbagai gerakan politik untuk mendapatkan kedudukan sebagai penguasa. Krisis pun mengguncang
Indonesia, pemberontakan banyak terjadi, perebutan provinsi Irian Barat muncul, puluhan surat kabar dibredel, kekuatan militer tampil sebagai kekuatan baru, penolakan Rencana
Anggaran Belanja Negara ditolak , pemberontakan RRI dan DPR hasil pemilihan pemilu 1955 dibubarkan. Krisis di Indonesia semakin memburuk hingga disertai dengan
pertumpahan darah. Pada tahun 1960 kemudian muncul seorang Brigadir Jenderal Soeharto menjadi
pemimpin baru republik. Melalui “Dokrtin Misi Sipil dan Manajemen Teritorial” yang diseminarkan pada Seminar Angkatan Darat 1, namanya menjadi mahsyur di tengah
Universitas Sumatera Utara
Departemen Angkatan Darat, dari situ kemudian ia dipromosikan mengepalai beragam misi militer. Ia jugalah yang menjadi Panglima Angkatan Darat pasca Gerakan 30 September
1965, Komando Pemulihan Keamanan, Ketertiban Pangkopkamtib, dan pengemban Surat Perintah 11 Maret 1966. Presiden Soeharto telah memerintah lebih dari 30 tahun dengan
menggunakan kekuatan militer sebagai pemulus kekuasaanya. Meski demikian, umur yang cukup lama itu juga tidak berhasil memakmurkan dan menyejahterakan Indonesia bahkan
masa-masa itu menjadi pembiakan korupsi bagi para pejabat-pejabat pemerintah yang dilindungi oleh militer. Demokrasi mati, tidak ada kritik yang muncul kepermukaan, sebab
kritik berarti siap lenyap. Banyak orang hilang dan banyak asset negara yang dikuasai oleh pihak-pihak asing tanpa pemasukan bagi negara. Kekayaan birokrat semakin menjadi-jadi,
kemakmuran dan ketenteraman seolah hanya milik kelompok yang berpihak pada ideologi Soeharto. Akhirnya rezim tersebut berhasil digulingkan pada Mei 1989 dengan disertai
pertumpahan darah yang tidak sedikit. Peristiwa sejarah tersebut melekat dalam diri Wahid Pratama yang pada saat itu menjabat
sebagai kader Partai Mandat Nasional. Saat itu merupakan periode pemerintahan Soekarto Boedhiono SBD dengan wakilnya Beddu Jamal Koto. Selama 3 tahun lebih masa
kepemimpinan pasangan tersebut, Indonesia tidak jauh mengalami perubahan, bahkan telah terjadi kemerosotan moral maupun dari segi materil. Kabinet Kita Bisa ternyata ditumpangi
oleh sejumlah menteri yang korup. Dari berbagai bidang dan departemen ditemukan skandal korup yang berlarut-larut dan tidak menunjukkan adanya penyelesaian seperti misalnya kasus
Bank Marindi, Bantuan Likuidiasi Bank Indonesia BLBI, Korupsi di tubuh Dinas Perpajakan, Kelautan dan Kehutanan, dan sejumlah kasus lainnya.
Pada suatu ketika, seorang lelaki misterius berulang kali datang ke kantor Dewan Perwakilan Rakyat, menurut pengakuan Satpam, lelaki itu harus menyampaikan sesuatu
secara langsung kepada Wahid Pratama, namun waktunya tidak tepat karena Wahid Pratama sedang mendapat bencana berupa tuduhan sejumlah perkara ke pengadilan. Prof. Masina
yang menjabat Ketua Umum PMN tiba-tiba memecat Wahid dari Partai Mandat Nasional. Akibatnya kurir itu hanya memiliki waktu beberapa detik sebelum bencana dahsyat yang
ingin di sampaikan itu terjadi. Hampir sembilan puluh persen dari wilayah DKIJ itu lenyap, menghilang ke dalam perut bumi. Bencana itu sekitar pukul 11.00 dalam hitungan detik
gedung-gedung tinggi, beton, apartemen, dan perumahan di sekitar gedung DPR mejadi luluh lantak.
Mulanya langit di kota itu seperti bergelimangan cahaya emas yang tidak biasa lalu disertai dengan keadaan langit yang semakin hitam, seperti pelarian sejumlah burung yang
Universitas Sumatera Utara
ketakutan. Tidak ada api yang muncul namun perut bumi mengeluarkan lumpur hitam dan menggoyang kawasan perkotaan DKIJ hingga menyedot sejumlah bangunan dan kehidupan
di wilayah tersebut. Dalam peristiwa yang menyedihkan itu Indonesia dilanda duka yang sangat besar. Pemerintahan pusat negara Indonesia lenyap, kantor Gubernur DKI, Istana
Presiden, Bank Indonesia, dan pusat bisnis menjadi berantakan. Ribuan warga jadi korban, demikian halnya dengan para abdi negara yang berada pada jam kerja tersebut.
Melihat kejadian itu, Wahid Pratama bersama sejumlah pewarta yang menyaksikan langsung dari Gedung Parlemen, menyesalkan bagaimana saat itu ia harus berhadapan
dengan pihak pengadilan dan wartawan yang berusaha memastikan statusnya setelah di recall oleh Profesor. Tuduhan itu sesungguhnya tidak logis, hanya rekayasa Prof. Masina untuk
menyingkirkan Wahid Pratama yang dikenal khalayak luas sebagai wakil rakyat yang sangat vokal dalam menuntaskan perkara korupsi. Peristiwa itu tidak lama setelah ia kembali dari
luar negeri untuk merampungkan Undang-Undang Perjudian yang akan di berlakukannya di dalam negeri. Alasan itu ternyata menjadi pemicu amarah Profesor yang merasa terhalangi
dan terintimidasi, karena seperti penuturan Wahid bahwa Partai Mandat Nasional bersama sejumlah partai lainnya menerima sejumlah aliran dana dari para penguasa rezim Orde Baru.
Kekecewaan itu disampaikan oleh Wahid dengan penuh duka ketika menyampaikan ungkapan bela sungkawanya di depan kamera wartawan beberapa waktu setelah bencana
berlangsung. Wahid menghimbau agar para korban yang masih selamat tetap bersabar dan beharap positif dengan mejaga ketertiban dan keamanannya sebelum tim penanggulangan
bencana segera turun ke lapangan. Bencana itu memang ganjil, berbagai pakar geologi telah berusaha memberikan
sejumlah analisis namun tidak satu pun yang dapat menjelaskan keadaan yang sesungguhnya terjadi. Berbagai kalangan profesi turut memberikan pandangannya sesuai dengan bidangnya
masing-masing, dari praktisi kesehatan, ekonomi, budayawan dan rohaniawan. Banyaknya opini yang disiarkan di jaringan TV ternyata memperkeruh keadaan sehingga penjarahan dan
kerusuhan muncul di berbagai titik. Melihat kondisi yang labil itu, para mahasiswa yang tersisa segera menyatukan diri untuk mengamankan instansi-instansi pemerintahan. Namun
ketika mengetahui bahwa Presiden Indonesia masih berada di luar negeri guna menyelesaikan kunjungan kerjanya ke Helsinki dan Mesir dan Wakil Presiden yang masih berada di
Sulawesi dalam kunjungannya terhadap kerajaan bisnisnya yang sangat pesat, massa menjadi gerah dan emosi. Perubahan sosial politik dan ekonomi menggerakkan massa untuk
melakukan hal-hal di luar dugaan. Mulailah banyak opini-opini negatif bertebaran hingga meruncing, mengkritisi sikap dan kinerja Presiden. Dari luar negeri, Presiden hanya
Universitas Sumatera Utara
menyampaikan pidato singkatnya untuk memutuskan kejadian itu sebagai bencana nasional. Reaksi keras massa menyimpulkan beberapa butir tuntutannya: 1 membubarkan Kabinet
Indonesia Bisa, sesegera mungkin; 2 menurunkan Presiden dan Wakil Presiden; 3 Menuntut pembentukan Presidium Kabinet Darurat; 4 Menyelenggarakan Sidang Istimewa
MPR secepatnya; dan 5 Melaksanakan pemilihan umum Presiden dalam tiga bulan. Sehari sebelum Presiden kembali dari Mesir, gabungan massa melakukan doa
bersama dengan long march di sepanjang jalan yang menjadi jalur untuk kedatangan rombongan Presiden. Unjuk rasa itu dilakukan sebagai tanda damai dengan memberikan
mawar putih sebagai simbol berkabung nasional. Namun mendekati sore hari ketika gabungan demonstrasi sepakat untuk pulang, tiba-tiba salah seorang dari massa berlari keras
menuju arah petugas keamanan dan suara tembakan pun keluar beriringan. Pasukan berseragam yang tidak jelas satuan asalnya berusaha mencegat dan menembaki mahasiswa
sehingga korban pun berjatuhan. Darah dan luka kengerian menyelimuti, mahasiswa tumbang menjadi korban pelanggaran Hak Asasi Manusia HAM.
Malam harinya rombongan Presiden tiba di bandara, dikawal ketat oleh petugas keamanan. Dengan rasa sedih Presiden mengungkapkan rasa kesalnya atas tindakan aparat
yang menembaki mahasiswa itu. Setelah itu Presiden langsung menayakan wakilnya Beddu Jamal Kotto BJK perihal reshuffle kabinet, penggantian menteri-menteri yang dinilai korup
yang terlibat dalam kasus pencucian uang maupun yang tidak sesuai dengan visi yang mereka bawakan. Namun alangkah terkejutnya Presiden setelah mengetahui reshuffle itu tidak bisa
dilakukukan karena sebagian besar dari menterinya telah lenyap bersama lumpur. Sementara itu Sekretaris Jenderalnya memberikan salinan makalah Wahid Pratama yang berjudul
“Semuanya Harus Berakhir dengan Baik”, makalah itu berisi tuntutan dan jalan akhir yang seharusnya ditempuh oleh Presiden SBD demi keutuhan NKRI. Sekretaris Jenderal segera
mengundang Wahid Pratama untuk memperjelas isi makalah. Pembicaraan yang hangat pun terjadi antara Presiden dan Wahid Pratama diawali dengan mengulas perkara korupsi yang
mewarnai pemerintahan SBD hingga ke masalah inti. Dalam pembicaraan mereka berdua didapatkan kesepahaman bahwa jalan tengah yang akan ditempuh oleh Presiden harus sesuai
dengan yang dibahas oleh Pratama dalam makalahnya. Presiden pun memutuskan akan sesegera mungkin membuat pernyataan politiknya di hadapan publik dengan permintaan satu
syarat yakni setelah ia bertemu dengan sejumlah tokoh terpandang republik. Keesokan harinya dalam perbincangan tersebut Wahid tiba-tiba merasa tersentak dan merasa
dipermainkan setelah menyimak arah pembicaraan Presiden dengan tokoh lainnya yang mewacanakan tanggungnya masa kepemimpinan Presiden. Selain itu Presiden SBD juga
Universitas Sumatera Utara
sangat tidak setuju apabila Wakilnya BJK diangkat menjadi Kepala Negara. Untuk itu ia segera berencana membentuk tim pembuat Undang-Undang baru dan membentuk Tim
Reformasi untuk mengontrol jalannya proses reformasi dengan baik. Pernyataan itu menyulut reaksi keras dari semua kalangan, dengan segera tuntutan yang begitu lantang dan berani
mereka sampaikan, Wahid memutuskan untuk menggelar Doa Bersama dan Long March di halaman Istana Presiden sampai Presiden SBD mengundurkan diri. Rencana Wahid itu
disambut baik oleh jutaan masyarakat Indonesia sehingga menimbulkan kekhwatiran yang luar biasa. Sejumlah pengamat politik, rohaniawan, ekonom dan kalangan profesi lainnya
khawatir akan ada lagi pertumpahan darah. Apalagi ditambah dengan satuan pengaman yang lengkap dengan persenjataan panser yang dikerahkan ke jalan-jalan, apartemen bahkan
seluruh lokasi yang dianggap beresiko tindakan anarkis. Kapolri juga mengeluarkan status Wahid Pratama sebagai buronan.
Dengan rasa kecewa dan dilema, Wahid pun segera menarik pernyataannya dan membatalkan aksi tersebut demi keselamatan masyarakat. Namun ternyata pada keesokan
paginya hampir ribuan jiwa massa sudah memadati jalan-jalan dan Istana Darurat Presiden, kemungkinan besar mereka tidak lagi sempat mendengar penarikan pernyataan Wahid. Acara
doa bersama berjalan dengan tertib dan aman ditambah dengan sambutan dari beberapa praktisi politik yang kembali menyuarakan solusi yang terbaik. Mahasiswa kemudian
menggelar diskusi terbuka disertai dengan orasi-orasi yang terkendali sampai pada malam harinya. Tanpa di duga-duga Pemerintahan Amerika Serikat yang diwakili oleh Menteri Luar
Negeri, kepada saluran televisi CNN yang disiarkan di seluruah dunia, menyerukan agar Presiden SBD segera mengundurkan diri dengan memberi keamanan masa transisi
demokratis di Indonesia. Ditambahkan juga bahwa seorang Presiden dituntut tidak hanya mampu memimpin tetapi turut memelihara warisannya bagi generasi berikutnya. Pernyataan
itu pun menghebohkan penjuru dunia. Tanpa berlama-lama Presiden akhirnya mengundurkan diri di hadapan Mahkamah Agung sehingga jabatan kepala Negara Indonesia beralih kepada
Beddu Jamal Koto BJK mantan Wakil Presiden. Proses pergantian itu berlangsung aman dan tenteram meskipun masyarakat tidak
percaya lagi pada kinerjanya. Bagi masyarakat nama Beddu Jamal Koto sudah terlanjur dibenci dalam hati para pendemo sehingga tidak henti-hentinya mereka mengkrtitisi semua
proses kebijakan dalam masa kepemimpinan presiden Beddu Jamal Kotto BJK. Sementara itu Wahid menjadi dipenuhi dengan kepercayaan massa apalagi sesudah ia berhasil
membuktikan dan membalikkan semua tuduhan Prof. Masina dan tokoh-tokoh lainnya yang ternyata bejemaah untuk menjatuhkan Wahid. Melalui pernyataan dan analisis Wahid, kasus
Universitas Sumatera Utara
korupsi yang melibatkan orang-orang besar di Indonesia semakin terungkap. Pengusaha papan atas ternyata memainkan peranan penting dalam memanipulasi maraknya tuduhan suap
yang semula diarahkan pada Wahid. Partai politik menjadi milik para pengusaha dan pejabat elit yang diarahkan untuk menguasai kekayaan alam Indonesia. Lebih dari apa yang pernah
diwacanakan ternyata penyeludupan prostitusi asing pun menjadi sumber korupsi yang tidak tanggung-tanggung yang dilakukan oleh Dirwas-dakim Dinas Pengawasan- Perdagangan.
Beberapa kasus yang buruk menjadi terungkap, tingkah para pengacara yang memperjual belikan posisi menang dan kalah dalam pengadilan, pencabutan nyawa yang terkdang
dijadikan solusi jitu, dan kasus KKN Bank Marindi yang tidak pernah tuntas dalam pemerintahan dalam pemerintahan SBD-BJK.
Dalam Kongres Luar Biasa KLB yang diadakan oleh Partai Mandat Nasional PMN Wahid berhasil menggulingkan kekuasaan dan kediktatoran Ketua Umum PMN Prof.
Masina yang korup. Dalam kongres tersebut usaha dan manuver suap Prof. Masina untuk memenangkan tim formatur dan kandidat ketua jauh meleset. Jumlah suara yang dihasilkan
80 berbanding 10 suara sehingga Wahid Pratama terpilih menjadi Ketua Formatur sekaligus Ketua Umum Partai. Keadaan tersebut semakin memperkuat posisi dan pengaruh Wahid
dalam mengkritisi dan menentukan haluan kebijakan pemerintah. Presiden Beddu Jamal Kotto BJK beberapa waktu setelah pelantikan
merekomendasikan jejak pendapat warga Timon-Timun untuk menentukan nasib Propinsi Timon Timun yang menuntut memisahkan diri dari NKRI. Pandangan ini ternyata banyak
ditentang oleh tokoh-tokoh masyarakat sebab keputusan itu akan merusak keutuhan dan kesatuan NKRI yang diperjuangkan oleh pahlawan-pahlawan bangsa terdahulu. Wahid segera
tampil dengan vokal dengan menentukan dasar kebijkan Presiden yang salah akibat UUD 1945 telah diamandemen pada pasca Soeharto. Amandemen itu menurut Wahid merupakan
mainan politik dari Prof. Masina dan kawan-kawannya demi kepentingan tertentu. Wahid menyayangkan bahwa seharusnya dalam UUD 1945 itu harus diatur bagaimana seorang
Presiden memiliki hak untuk bertanya langsung kepada rakyat mengenai hal-hal menyangkut kehidupan, keselamatan dan kesatuan dan persatuan bangsa dan Negara yang ditentang di
parlemen. Karena fokus menjadi terarah pada masalah amandemen sementara Presiden BJK punya alasan lain maka Presiden memutuskan untuk mengambil dasar Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang sebagai landasan untuk melakukan jajak pendapat di Pulau Timon-Timun.
Perlawanan sengit pun tidak terelakkan Wahid menegaskan sesuai dengan bukti sejarah bahwa jajak pendapat yang dilakukan di wilayah bergolak hasil akhirnya pasti akan
Universitas Sumatera Utara
memilih melepaskan diri ketimbang bergabung dengan negara kesatuan. Hal itu dikarenakan kelompok minoritas bersenjata yang selalu meneror dan memaksa mayoritas sipil dengan
cara kekerasan dan intimidasi agar mengikuti kehendak setuju atau mati. Wahid kembali mendapat dukungan dari kalangan mahasiswa, partai-partai, DPR, LSM, bahkan kelompok
agama yang radikal menyarankan impeachment atau pemakjulan Presiden. Atas dasar dukungan banyak pihak, Wahid berhasil memprakarsai pembentukan kaukus atau “Poros
Kesatuan” di DPRMPR untuk menentang niat Presiden BJK yang akhirnya sepakat mereka sebut sebagai “Penghianat Bangsa.”
Melihat perkembangan wacana itu Anggara Sutomo, dari KMG yaitu jaringan informasi terbesar di Indonesia yang menguasai televisi, berita online, media cetak, dan radio segera
menunjukkan dukungannya dengan meminjamkan suara dari mulut para narasumber serta melalui kolom dan artikel opini para pakar pelbagai bidang keilmuan yang intinya
mendukung sikap “ Poros Kesatuan” dan terutama visi Wahid Pratama untuk menyelamatkan NKRI. Sesuai dengan pertimbangan Sepuluh Hakim Konstitusi, enam diantaranya
menyatakan setuju dan empat menyatakan tidak setuju. Permohonan DPRMPR untuk melakukan impeachment terhadap Presiden Republik Indonesia Beddu Jamal Koto BJK
yang mengarah pada pengkhianatan kepada bangsa dan negara, diterima oleh Mahkamah Konstitusi. Sidang Istimewa MPR segera berlangsung selama tiga hari penuh. Dari hasil
sidang itu ditetapkan tiga hingga enam bulan ke depannya akan diadakan Pemilihan Umum secara langsung. Jabatan Kepala Negara sementara diserahkan kepada Ketua MPR serta
sejumlah ketentuan dalam masa transisi. Tidak lama setelah itu Komisi Pemilihan Umum KPU membuka pendaftaran Calon
Presiden dan Calon Wakil Presiden capres-cawapres pada masa pendaftaran muncul 3 pasangan kandidat yang berasal dari generasi lama yang menandakan hasil dari generasi
korup. Kemenangan telak menjadi milik kandidat nomor Wahid pasangan Wahid-Sandy sebab Jauh sebelum momentum pemilihan tersebut sebenarnya Wahid sudah menyiapkan
strategi untuk memenangkan pemilihan dengan membangun jaringan massa yang sangat banyak dengan program Warung Prasajanya yang sampai ke semua penjuru nusantara.
Warung Prasaja itulah yang menjadi wadah penggodokan bagi para pemilih pasangan Wahid Pratama. Gagasan untuk mendirikan Warung Prasaja tersebut semula merupakan ancang-
ancangnya untuk mendirikan partai baru, apabila ia secara resmi keluar dari PMN. Pada masa pemerintahan Presiden Wahid dan Sandy berusaha memulihkan keadaan Indonesia dari
keterpurukan Indonesia yang dilanda korupsi.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa waktu kemudian Anggara, pewaris tahta KMG itu mendapat undangan dari temannya Lucky untuk mengikuti perkembangan ekonomi Jerman lima belas tahun setelah
reunifikasi. Perjalanan itu memang tergolong singkat namun telah membukakan tabir hidup keluarganya yang telah lama tersimpan rapih. Melalui pertemuan yang tergolong ganjil,
Anggara mendapati bahwa ayahnya Sutomo Prasetho memiliki seorang istri yang tinggal di Paris, dengan seorang anak yang ternyata kembar dengan sekretarisnya Inka yang masih di
Jakarta. Selain itu Anggara juga mendapatkan wanita yang kemudian menemaninya hingga ujung hidupnya. Perempuan itu bernama Kartika, seorang aktifis Lembaga Swadaya
Masyarakat yang sedang menjalankan tugasnya di Jerman. Anggara dan Kartika menjalani hubungan sebagai pasangan yang berpacaran, mereka memutuskan untuk tidak menikah
sebelum saling mengetahui lebih dalam lagi tentang arti pernikahan, arti pertemuan, dan arti kehidupan Pria dan Wanita. Mereka sepakat untuk merayakan ulang tahun pertemuan di
Jerman dengan kewajiban menghabiskan waktu bersama selama 24 jam setiap tahunnya selama belum ada kesepakatan menikah atau menarik diri.
Pada hari jadi yang ke tiga, mereka memilih menghabiskan waktu bersama di pinggiran DKI Jakarta yang dulunya sudah tenggelam ditelan bencana. Dengan pedebatan
ringan namun menyenangkan, akhirnya mereka pun sepakat untuk segera menikah. Namun ketika mereka berjalan untuk segera kembali untuk mempersiapkan pernikahan tiba-tiba
sebuah Sepeda Motor yang ditunggangi seorang berbusana hitam melaju begitu cepat sehingga hampir mencelakai mereka berdua. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari
pengendara itu sampai pergi dengan mencampakkan sebuah amplop yang di permukaannya dialamatkan kepada Bapak Anggara Sutomo. Mereka segera mendapati bahwa isinya adalah
sebuah kepingan DVD polos tanpa menunjukkan gambar atau ilustrasi apa pun. Di Hotel mereka mengetahui, ternyata tayangan tentang bencana yang menenggelamkan DKI Jakarta
persis seperti yang kerap kali di siarkan stasiun televisi baik dari KMG sendiri. Namun tanda tanya besar masih menyelemutinya sehingga memutuskan untuk meneliti kepingan DVD
tersebut di ruangan pribadi ayahnya yang sangat lengkap dengan peralatan canggih. Dengan teliti Anggara berusaha melihat setiap detil yang bisa memberikan informasi mengenai video
tersebut. Tayangan dalam video itu menunjukkan rekaman dari lantai 19 Gedung DPR RI Senayan yang merekam bencana dahsyat yang menelam DKIJ beberapa tahun lalu. Rakaman
itu mirip dengan video yang biasanya ditayangkan dalam acara peringatan peristiwa itu, namun Anggara menemukan keganjilan-keganjilan, beberapa yang hal ia siimpulkaan tidak
bisa menjawab pertanyaan besar yang baru ia dapati. Kemudian ia beralih pada folder “My Computer” dan subfolder “My DVD” lalu ia membuka direktori “Z” yang berisi satu folder
Universitas Sumatera Utara
berjudul “SP” yang merupakan inisial Sutomo Prasetho nama ayahnya itu. Dalam folderl itu Anggara menemukan dokumen-dokumen pribadi Ayahnya mengenai Ibunya, dan Anggara
sejak dari kecil hingga besar baik dalam format foto maupun video. Selain itu ia juga menemukan folder “D” yang merupakan inisial Dewi istrinya yang kedua dalam file tersebut
tersimpan dokumen berbentuk “doc”, dan AV. Sedangkan dalam folder “I” berisi catatan dan rekaman tentang si kembar Inka dan Indra baik dari kecil hingga dewasa. Rasa haru dan
takjub terhadap memori yang disimpan rapih oleh ayahnya itu membuatnya sempat meneteskan air matanya hingga ia memutuskan untuk menutup semua file tersebut. Sejenak
kemudian ia tertarik melihat sebuah folder yang berjudul “d.I.a”, dari dalamnya terdapat subfolder bernama “DKI”. Masing-masing folder itu berisi rekaman vidio langsung dari
satelit mengenai bencana alam yang menimpa DKI Jakarta. Dalam folder itu ia juga menemukan subfolder “B-4” atau be fore yang mengacu pada hal sebelum kejadian, dua
buah sub folder di dalamnya berjudul “ET” extra terrestrial menunjukkan rekaman kejadian yang muncul dari atas permukaan bumi dan “UT” under terrestrial menunjukkan
rekaman kamera yang menunjukkan peristiwa bencana dari bawah tanah. Semua dokumen itu menjadi lebih mengejutkan baginya karena kehancuran DKI Jakarta pastinya tidak bisa
dilepaskan dengan ayahnya yang kemungkinan besar menyimpan rahasia besar di balik bencana sebelumnya. Ia semakin kuat menduga bahwa bencana DKI itu bukan murni
bencana alam tetapi merupakan pekerjaan manusia dengan teknologi canggih. Anggara juga menemukan sebuah folder “AFT” yang dipanjangkan menjadi after
setelah folder itu berisi rekaman mengenai peristiwa reformasi hingga digantikannya Presiden SBD, BJK menjadi Presiden Wahid Pratama. Termasuk juga dalam rekaman
bagaimana Wahid dengan Warung Prasajanya menarik massa dan memberdayakan kaum pengangguran hingga membawanya ke puncak karir politik. Ia juga melihat rekaman
mengenai perkembangan KMG di tangan Anggara. Belum juga keheranan dan rasa penasaran dan kebingungannya tuntas terjawab tiba-tiba Ibunya mengetuk pintu memberikan sebuah
paket untuknya yang dikirimkan seseorang kepadanya. Ternyata isinya adalah sebuah penunjuk lokasi atau Global Position System GPS disertai dengan secarik kertas yang
berisi prosedur tambahan. Anggara pun mengikuti sinyal merah yang berkedip-kedip menuju lokasi yang dimaksud. Ternyata Anggara dituntun hingga turun di ruang Parkir Gedung
Opera Manggarai dari sana kemudian memasuki lift yang terkontrol secara digital. Dengan terkejut Anggara menyadari bahwa arah lift itu melaju jauh ke ruang bawah tanah. Lalu
seorang wanita berseragam hitam dengan helm yang di sertai lingkaran kamera kecil di
Universitas Sumatera Utara
kening menuntunya menuju sebuah ruangan yang memperlihatkan wajah Sutomo Prasetho dan sosok Presiden RI Wahid Pratama.
Di sanalah kemudian Anggara mengetahui dengan pasti dan sangat jelas bahwa bencana dahsyat yang menimpa DKI Jakarta itu adalah proyek Anggara Sutomo. Tanpa rasa
bersalah Ayahnya dan Presien Wahid Pratama menjelaskan bahwa mereka jugalah yang juga memporak-porandakan Aceh pada 26 Desember 2004. Selain itu Presiden Wahid
menambahkan bahwa strategi itu telah dijalankan sejak Presiden pertama hal itu dikatakannya dengan menunjukkan slide dokumenter yang memperlihatkan Sutomo dengan
beberapa tokoh terpenting di Indonesia. Mereka melakukannya dengan alasan untuk menyongsong sebuah reformasi memperbaiki moral dan mental bangsa. Anggara tidak
mampu lagi berdebat panjang meski emosinya saat itu sungguh tidak terbendung, batinnya terkejut tidak mampu lagi melihata kenyataan bahwa pelaku genosida itu ialah Ayahnya,
dan sahabatnya Presiden Wahid Pratama. Anggara dan Kartika akhirnya menikah di Gedung Manggarai itu dengan undangan
dan acara mewah yang dihadiri para mantan presiden yang masih hidup, pejabat negara, praktisi media beserta keluarga Inka dari Paris. Beberapa lama kemudian Anggara dengan
dukungan Kartika memutuskan untuk hanya mengabdikan karya, jiwa dan raga mereka untuk membantu, menyantuni, membimbing, dan melindungi para korban kelaparan, korban
pembodohan, dan korban pelbagai malapetaka akibat pengambilan kebijakan yang tidak lagi berperikemanusiaan.
3. 2 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif. Cara kerja metode ini ialah dengan mendeskripsikan data-data yang sudah diidentifikasi
lewat proses pembacaan berulang-ulang. Hal itu dapat dilakukan dengan menganalisis masalah-masalah intrinsik dalam novel d.I.a. cinta dan presiden kemudian dilanjutkan
dengan masalah ekstrinsik berupa masalah kejahatan korupsi dan dampak sosialnya. Analisis tersebut didasari dengan teori-teori dan literatur-literatur pendukung yang berhubungan
dengan topik penelitian. Dengan mendeskripsikan analisis secara benar dan terperinci maka akan dicapai kesimpulan yang akurat sebagai hasil penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISIS INTRINSIK 4.1
Penokohan
Tokoh merupakan pelaku yang terlibat dalam karya sastra. Tokoh itu bisa berupa manusia, hewan maupun mahluk lain yang dijadikan lebih hidup. Dalam novel d.I.a. cinta
dan presiden para tokohnya adalah manusia. Sebagai salah satu unsur pembangun kesatuan dalam karya sastra, tokoh merupakan unsur yang sangat penting. Kehadiran tokoh akan
sangat mempengaruhi perkembangan peristiwa ataupun konflik dalam cerita. Menurut Abrams, dalam Aminuddin, 2000:20, “penokohan itu adalah perwatakan yaitu mengenai
sifat tokoh, tabiat, atau perangai tokoh yang terdapat dalam cerita atau drama”. Watak selalu diinterpretasikan oleh pembaca sebagai pembawaan disertai moral kualitas disposisional
pembawaan, sifat yang diekspresikan melalui dialog dan lakon action Dalam karya sastra, tokoh itu memiliki peranan yang berbeda-beda. Tokoh dapat berupa tokoh datar dan tokoh
bulat. Wellek 1989: 28 mengatakan tokoh datar ialah tokoh yang berperan di dalam sebuah cerita yang hanya mempunyai satu dimensi sifat. Tokoh seperti itu dapat juga disebut tokoh
pipih yang sangat sederhana. Tokoh bulat ialah tokoh yang berperan di dalam sebuah cerita yang memiliki sifat lebih dari satu dimensi.
Tokoh utama adalah tokoh yang bersifat kompleks karena mengalami perubahan- perubahan dalam situasi dan waktu tertentu. Dengan istilah yang berbeda Aminuddin
1987:79-80 memaparkan bahwa seorang tokoh yang memiliki peranan paling penting dalam sebuah cerita disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama, sedangkan tokoh yang memiliki
peranan pendukung atau pelengkap disebut tokoh tambahan. Kehadiran tokoh-tokoh dalam karya sastra juga memberikan pengaruh yang berbeda beragam, ada yang menjadi tokoh
protagonis dan ada pula yang menjadi tokoh antagonis. Aminuddin 1987:80 menjelaskan
bahwa tokoh protagonis adalah pelaku yang memiliki watak yang baik sehingga disenangi pembaca karena memiliki watak. Tokoh antagonis adalah pelaku yang tidak disenangi
Universitas Sumatera Utara
pembaca karena memiliki watak yang tidak sesuai dengan apa yang diidamkan oleh pembaca. Kedua tokoh ini memiliki peran yang kontradiksi atau saling berlawanan.
Untuk menentukan perwatakan Wellek Warren, 1956:219 mengatakan bahwa
watak tokoh itu bisa saja diterangkan satu persatu, baik keadaan jasmani maupun keadaan rohani tokoh block characterization. Ciri-ciri watak itu dapat diterangkan dengan tindakan
action, kata-kata mimicry or pantomime, serta dapat pula dengan menggunakan lambang literer symbolization. Selain itu untuk mempermudah penentuan tokoh, Sudjiman 1988:19
memaparkan beberapa kriteria dalam menentukan tokoh utama: 1 Bagaimana intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita, 2 Tokoh mana yang
paling banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh lainnya, 3 Tokoh mana yang paling banyak memerlukan waktu penceritaan, 4 Tokoh utama selalu bisa mendukung ide pengarang, 5
Dilihat dari judul cerita, ada kalanya judul cerita mengisyaratkan tokoh utama, 6 Apabila fokus pengisahan pada bab pertama dan bab penutup dilakukan oleh tokoh yang sama.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan beberapa tokoh yang memiliki peranan penting di dalam cerita yaitu tokoh utama. Dalam novel inti tokoh utama menjadi
tumpuan ide yang diinginkan pengarang. Sedangkan tokoh pendukung atau tambahan menjadi bagian pelengkap dalam mengokohkan tujuan pengarang. Dalam kesempatan ini
penulis akan membahas tokoh-tokoh penting saja berupa tokoh utama dan tokoh pelengkap dengan perwatakan yang paling menonjol dan berperan penting. Tokoh-tokoh dalam dalam
novel d.I.a. cinta dan presiden akan dipaparkan sebagai berikut:
4.1.1 Tokoh Utama 4.1.1.1 Wahid Pratama
Wahid Pratama merupakan tokoh utama yang memegang peranan penting dalam keseluruhan cerita baik dari awal maupun di akhir cerita. Wahid Pratama adalah seorang
anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang berumur 45 tahun termasuk dalam Komisi III yang
Universitas Sumatera Utara
membidangi Hukum dan Perundang- Undangan. Ia adalah salah satu kader Partai Mandat Nasional yang terkenal paling vokal dalam menyuarakan kebenaran dan keadilan. Wahid
turut serta menjadi pemeran utama yang terlibat dalam sejumlah konflik dalam cerita yakni ketika bencana dahsyat menimpa DKI Jakarta, pergerakan reformasi Pemerintahan Indonesia,
hingga ia berhasil memenangkan kepercayaan rakyat dengan terpilih menjadi presiden Indonesia menggantikan para presiden korup yang sudah tidak dipercaya masyarakat. Wahid
terkenal sebagai seorang idealis yang berani mempertahankan kebenaran di tengah banyaknya pejabat korup yang mengadopsi gaya hidup amoral. Wahid merupakan politis
cerdas yang gagah berani meski harus berhadapan dengan berbagai tantangan yang berat, beberapa hal yang menjadikan Wahid begitu penting dalam rangkaian cerita:
a. Kuatnya Komitmen Wahid dalam Menegakkan Kebenaran
Sejak semula Wahid sudah dikenal begitu vokal dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat, ia tergolong wakil rakyat yang masih teguh menjaga mandat yang dipercayakan
oleh rakyat. Kegigihannya telah berhasil membuktikan dan membalikkan tuduhan Prof. Masina bahwa yang tepat untuk dipecat atau yang melakukan kejahatan sesungguhnya adalah
tokoh-tokoh yang yang besekongkol dengan Prof. Masina. Wahid tetap bersiteguh untuk menegakkan kebenaran demi kepentingan masyarakat Indonesia, meskipun ia tahu sedang
dikelilingi rekan-rekan dan pimpinannya yang korup, tidak mendukungnya. Kepada para wartawan Wahid menegaskan bahwa ia akan berjuang sampai akhinya kebenaran dan
keadilan kembali ditegakkan. Begini teman-teman. Saya pasti akan melawan secara hukum. Bahkan dengan segala
cara yang mungkin. Saya ingin memberantas perjudian dengan meneliti dan melakukan studi kasus tentang undang-undang perjudian di luar negeri kok malah
diproses untuk dipecat? hlm. 24.
Wahid begitu kritis menyikapi para wakil rakyat yang menghianati masyarakat. Ketegasan Wahid untuk menyelesaikan undang-undang perjudian telah begitu kuat, karena menurutnya
para pejabatlah yang sesungguhnya memelihara dan melindungi para penjudi sehingga
Universitas Sumatera Utara
penyakit masyarakat itu tidak pernah tuntas di Indonesia. Selain itu, Wahid juga menemukan beragam muslihat pejabat-pejabat yang hanya membuka mata untuk uang sehingga turut
menjadi sampah masyarakat yang memperburuk keadaan Indonesia. Ini jelas merupakan kemenangan kartel perjudian di negeri ini. Sementara teman-
teman fraksi dan partai saya sendiri jelas-jelas menerima dana dari para penjudi, dan menjadi pelindung para penjudi di Pulau Batam, dan di Riau, serta tokoh partai yang
jelas-jelas menerima dana berkarung-karung dari koruptor terbesar rezim Orde Baru malah dibiarkan.. Juga mereka yang menjdi calo proyek anggaran di daerah dan di
banyak departemen pemerintahan, tidak pernah diberikan sanksi hlm. 24.
Komitmenya untuk menegakkan kebenaran akhirnya berhasil membongkar sejumlah sindikat korupsi yang dilakukan oleh Prof. Masina. Wahid memperoleh sujumlah fakta yang
menunjukkan kerjasama antara Profesor dengan sejumlah pengusaha kaya di Indonesia yang menelan keuangan negara.
.. sebenarnya sudah cukup syarat untuk memperkarakan kasus Porf. Masina itu ke pengadilan, atau ke Komisi Pemberantasan Korupsi KPK karena ada saksi yang
menyatakan membawa, dan menyerahkan uang suap itu kepada Prof. Masina hlm. 761.
.... Dukungan Prof. Masina terhadap Christo Sanurbi yang menggelapkan uang senilai Rp 4, 3 triliun hlm. 557, Ottosa Nan Kuat, orang kaya nomor satu di
Indonesia yang terlibat dalam kasus illegal lodging dan tersangka dalam kasus IUN Bank ... hlm. 55 .
Dari banyaknya kasus korupsi yang dilakukan oleh Profesor semakin terungkap, seperti yang juga dituntut oleh menteri BUMN, sehingga memberikan tekanan yang kuat bagi kedudukan
Prof. Masina. Ia sendiri mulai tersandung ketika dilawan secara hukum oleh Menteri BUMN
Suraksan Maladika seputar privatisasi operator telepon Satindo BUMN dengan Singtel, sehingga Profesor kita itu kemudian meminta-minta ampun kepada Suraksan
Maladika hlm. 761.
Usaha Wahid Pratama dalam membongkar sejumlah kasus korupsi itu membuktikan begitu besarnya komitmennya dalam menuntaskan kejahatan korupsi para wakil rakyat.
b. Wahid Pro Suara Hati Rakyat, Menjadi Idola Rakyat