terhadap persetujuan atas tuntutan rakyat yang diwakilkan oleh Wahid Pratama. Esok harinya sekitar pukul 04.00 WIB Presiden SBD membacakan “Surat Pernyataan Berhenti Sebagai
Presiden”. Beberapa hal tersebut menjukkan keterlibatan Wahid yang tidak bisa dipisahkan dari peristiwa bersejarah tersebut. Wahid tidak hanya berhasil merebut perhatian rakyat
Indonesia, tetapi turut menarik perhatian pihak luar negeri, seperti Menteri Luar Negeri Amerika Serikat.
c. Aksi Protes Wahid Pratama Menanggapi Pemerintahan Presiden BJK
Pada masa pemerintahan Presiden BJK menggantikan mantan presiden SBD , Wahid turut tampil mengkritisi kebijakan yang diputuskaan presiden BJK, terutama mengenai
pengadaan Jajak Pendapat di Pulau Timun-Timun yang meminta memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wahid Pratama telah menyarankan kepada Presiden
BJK untuk mengurungkan niatnya itu, karena menurut Wahid seharusnya Presiden menanyakan hal itu secara langsung kepada seluruh raykat Indonesia. Pandangan itu didasari
oleh fakta yang menunjukkan Jejak Pendapat yang dilakukan di daerah bergolak, akan selalu disetujui penduduk setempat, karena pihak-pihak kepentingan pasti meneror penduduk untuk
setuju memisahkan diri. Wahid juga menambahkan bahwa seharusnya Undang-Undang yang mengatur hal itu sudah ada namun karena ulah Prof. Masina bersama rekan-rekannya dulu
yang mengamandemenkan undang-undang tersebut maka pasal mengenai ketentuan Jajak Pendapat langsung itu ditiadakan. Pandangan itu ternyata tidak ditanggapi serius oleh
Presiden BJK dengan mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan Darurat untuk mengadakan Jajak Pendapat di Pulau Timon-Timun. Sejumlah opini yang berkembang
mengatakan bahwa Presiden sudah terkait dengan kepentingan tertentu. Oleh karena itu Wahid segera melancarkan kritikannya dengan mensosialisasikan usulannya, lewat
mengkampanyekan penolakan itu ke seluruh penjuru Indonesia. Pandangannya pun mendapat sambutan yang hangat, banyak dukungan yang datang baik dari akademisi, penduduk awam,
Universitas Sumatera Utara
parlemen, maupun dari tokoh tokoh politik dan rohaniawan. Dengan beragam diskusi yang digelar akhirnya Wahid berhasil membentuk “Poros Kesatuan” yang mengusulkan
impeachment kepada Hakim Konstitusi dengan alasan bahwa tindakan Presiden BJK sudah mengarah pada penghianatan terhadap bangsa dan negara. Usulan itu kemudian diterima oleh
Hakim Konstitusi dengan 6 orang setuju sedangkan 4 lagi tidak setuju. Dengan demikian Sidang Istimewa MPR pun diadakan untuk memutuskan pertanggung-jawaban Presiden.
Dari hasil pertemuan yang berlangsung 3 hari penuh itu diputuskan bahwa Presiden BJK akhirnya setuju diturunkan dengan suara 630 anggota mendukung impeachment , dan 70
suara menolak. Untuk menjalankan pemerintahan pada masa transisi maka segala urusan pemintahan diserahkan pada mentri dalam negeri dengan catatan tidak boleh mengambil
keputusan penting menyangkut hajat hidup orang banyak hlm.778.
d. Wawasan dan Kebijakan Wahid Yang Luar Biasa