parlemen, maupun dari tokoh tokoh politik dan rohaniawan. Dengan beragam diskusi yang digelar akhirnya Wahid berhasil membentuk “Poros Kesatuan” yang mengusulkan
impeachment kepada Hakim Konstitusi dengan alasan bahwa tindakan Presiden BJK sudah mengarah pada penghianatan terhadap bangsa dan negara. Usulan itu kemudian diterima oleh
Hakim Konstitusi dengan 6 orang setuju sedangkan 4 lagi tidak setuju. Dengan demikian Sidang Istimewa MPR pun diadakan untuk memutuskan pertanggung-jawaban Presiden.
Dari hasil pertemuan yang berlangsung 3 hari penuh itu diputuskan bahwa Presiden BJK akhirnya setuju diturunkan dengan suara 630 anggota mendukung impeachment , dan 70
suara menolak. Untuk menjalankan pemerintahan pada masa transisi maka segala urusan pemintahan diserahkan pada mentri dalam negeri dengan catatan tidak boleh mengambil
keputusan penting menyangkut hajat hidup orang banyak hlm.778.
d. Wawasan dan Kebijakan Wahid Yang Luar Biasa
Wahid juga memiliki wawasan dan pandangan yang begitu luas, mengingat latar belakangnya sebagai arsitektur, seniman, pewarta, penganggur, programmer, peneliti, dan
analis di Jakarta Media Commnunication dan Research. Banyaknya pengalaman itulah yang membuatnya sangat cerdas dalam memanajeman sumber daya manusia. Ketika Prof. Masina
memutuskan untuk merecallnya, Wahid telah bersiap-siap untuk menyusun strategi baru untuk membentuk partai baru. Namun pada akhirnya ketika Prof. Masina berhasil dibuktikan
korupsi dengan beragam manipulasinya, Wahid menjalankan program tersebut lewat Partai Mandat Nasional. Proyek itu ialah pendirian Warung Gratis dan pemberdayaan masyarakat
tidak mampu yang pada awalnya dinamai Warung Prasaja, dan setelah kampanye berlangsung, diubah menjadi WP-S Wahid Pratama-Sandy.
Gagasan didirikannya warung itu merupakan langkah awal Wahid untuk melakukan tindakan nyata bagi perbaikan nasib bangsa khususnya kaum muda dan pengangguran
yang merupakan bagian dari 40 juta tuna karya Indonesia, atau populasi yang tidak bekerja. Wahid membagi mereka yang tidak bekerja dalam tiga kategori yakni,
pensiunan, korban pemutusan hubungan kerja PHK, dan angkatan kerja baru yang
Universitas Sumatera Utara
belum mendapat pekerjaan atau belum pernah bekerja di mana pun baik sebagai buruh maupun karyawan hlm.814.
Menurut Wahid di tangan merekalah masa depan bangsa Indonesia, dan merekalah saasaran utntuk perolehan suara dalam pemilu legislatif dan pemilihan Presiden. Jumlah 40 juta suara
apabila dikonversikan ke perolehan kursi DPR akan menghasilkan 80 sampai 120 kursi. Dengan catatan pembaginya berkisar antara 300 ribu sampai 500 ribu per kursi. Mengenai
kebijakan pemerintah, Wahid memiliki pandangan yang kritis yakni: ... Yang menjadi masalah utama di negeri ini dan yang menjadikan bangsa ini kian
terpuruk adalah: Pertama, pemerintahnya atau aparatnya bodoh karena selama puluhan tahun memerintah tidak pernah punya program dan gagasan apa pun yang
mampu menciptakan lapangan kerja dan memberdayakan semua angkatan kerja produktif. Ke dua, sistem pendidikan kita mengakibatkan semua aparat dan pejabat
negara berotak beku, berhati nafsu, berkepala batu bertenaga lesu, dan hanya semangat berburu susu sehingga selain mengajari diri mereka untuk menjadi seperti
itu, mereka juga kemudian mendidik generasi mudanya untuk dan agar selalu menggantungkan diri dan hidupnya kepada pemerintah serta semua lembaganya yang
sangat korup, namun tidak mampu mengembangkan karir para pegawainya hlm. 825.
Pandangan itu berdasarkan pada analisisnya terhadap sejarah bangsa Indonesia yang sudah berumur lebih dari setengah abad namun belum juga menunjukkan perbaikan seperti yang ia
harapkan. Setelah diturunkannya mantan Presiden BJK, maka Wahid bersama Sandy
pasanganya mencalonkan diri dalam pemilihan yang disertai dengan 3 pasangan calon Presiden lainnya yang berasal dari generasi korup. Dalam pemilihan tersebut pasangan
Wahid-Sandy berhasil memenangkan suara secara langsung dengan 80 pemilih dari seluruh Indonesia, dengan tingkat partisifasi pemilih lebih dari 95 hal itu juga sangat
mengguncangkan dunia, karena kejadian tersebut baru sekali terjadi di seluruh dunia sehingga tidak hannya masuk rekor Muri, tetapi termasuk juga dalam Guinnes Book of
Record hlm. 841. Wahid Pratama menjadi Presiden Indonesia yang benar-benar berhasil
menyejahterakan Indonesia dengan mengembangkan sistem perekonomian Prasaja yang sejak
Universitas Sumatera Utara
semula dikembangkannya lewat Partai Mandat Nasional. Program-program pemberdayaan
yang telah dirancangnya membuahkan hasil bagi perubahan Indonesia yang lebih baik.
… Tanpa terasa masa lima tahun pemerintahan Wahid-Sandy pun berlalu dan berjalan sangat lancar nyaris tanpa kritik dan kendala. Semua proyek pembangunan dan
kesejahteraan terlihat nyata di depan mata setiap warga negara yang hasil utamanya sangat memihak para fakir miskin, pengangguran, yatim piatu, pensiunan, angkatan
kerja muda, kaum dhuafa, dan terutama para pengusaha muda kreatif, jujur, relijius, dan nasionalistis hlm. 848.
Intinya dalam 3 tahun pertama itu, gagasan Wahid untuk “menghadirkan Allah di Ruang Publik dan di Bumi Indonesia” boleh dikatakan sudah 70 persen berhasil.
Sehingga mayoritas rakyat Indonesia sudah bisa merasakan ketentraman, kesejahteraan, dan keaamanan, mulai dari dalam rumah, di jalanan, sampai di tempat
kerja dan usaha mereka. Para pejabat negara sungguh-sungguh berlaku sebagai sukarelawan mengabdi dan
menjadi pelayan rakyat. Suatu perubahan sikap dan budaya yang diharapakan tercapai seratus persen sampai masa jabatan pertama mereka berhasil. Sehingga pada
pemilihan Presiden berikutnya, pasangan WP – SS dengan mudah terpilih kembali sebagai Presiden dan Wapres. Tetap dalam satu putaran pertama, walau jumlah
perolehan suara mereka sedikit menurun, dari 80 lebih menjadi 75 , namun dengan jumlah pemilih yang bertambah angka dukungan masih sangat kuat bagi
Presiden dan Wapres. Sementara mayoritas kursi DPR dikuasai PMN yang mayoritas anggota DPD dikuasai oleh para pendukung WP hlm. 849.
Berkat wawasan dan visi pelayanannya dalam menjalankan programanya, Wahid Pratama berhasil memberikan teladan dan integritasnya sebagai pemimpin yang benar-benar sanggup
menjadi panutan untuk membangun peradaban Indonesia sebagai bangsa yang maju dan berbudaya. Berjalannya proyek pembangunan WP terbukti berhasil karena Wahid telah
menyingkirkan para tokoh korup dari sistem pemerintahan. Bersama dengan wakilnya Sandy, mereka berhasil mengimplementasikan semua ide-ide penting menyangkut kebudayaan dan
kesejahtraan yang terbukti berhasil membawa Indonesia pada kesejahtraaan.
4.1.1.2 Prof. Dr. Eri Masina a. Korup, Tamak
Peranan Prof. Dr. Eri Masina yang sering juga disebut dengan Prof. Masina menggambarkan figur antagonis yang tamak akan uang dan kekuasaan. Latar belakang
keilmuannya ternyata tidak menunjukkan adanya perbaikan karakternya sebagai seorang pemimpin yang seharusnya lebih mengutamakan kepentingan bangsa dibandingkan dengan
Universitas Sumatera Utara
kedagingannya atau ketamakannya. Dengan mudahnya, Profesor menggantikan posisi Wakil Ketua Umum PMN karena tergoda oleh sejumlah uang yang dimiliki oleh Christo Sanurbi.
Prof. Masina tidak mempertimbangkan bagaimana kemampuan seseorang dalam memelihara dan memperkuat visi sebuah partai untuk menjadi mitra pemerintah demi mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Profesor bertindak tanpa pernah memikirkan akibat maupun konsekuensi dari keputusan yang diambilnya. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh
banyak pihak. Eksistensi Christo Sanurbi hingga menjadi Wakil Ketua Umum PMN itu sendiri tidak
masuk akal. Dia sekadar didudukkan oleh Profesor karena dia hanya perlu duitnya, bukan karena hasil kontemplasi mendalam sang Profesor hlm.575.
Ketamakan telah membutakan mata Profesor, sehingga sangat sulit baginya untuk membedakan yang benar dan tidak patut baginya. Selain itu Prof. Eri Masina juga
mewujudkan ketamakannya dengan melakukan korupsi dengan menerima dana suap dari mantan Presiden SBD. Salah seorang tokoh mengaku, bahwa bersama dengan Letnan
Jenderal Banowo sejumlah dana suap diserahkan kepada Sang Profesor. Hal itu dikatakannya ketika Wahid mengahadiri Rapat Kerja Nasional Pimpinan PMN di Jakarta.
Minggu lalu saya bertemu dengan Prof. Eri Masina di Padang. Saya tanyakan, apakah Pak Eri tersinggung dengan sms Wahid yang mengabarkan tentang adanya uang
pemberian mantan Presiden kepada Pak Eri? Pak Eri menjawab, tidak. Lalu saya jawab: Pak Eri memang tak boleh marah, karena memang benar Anda menerima dana
dari mantan Presiden itu dari tangan saya sendiri tutur Sabilin Kartomerto hlm759.
Selain itu sikap Profesor yang begitu tamak, sampai pada strateginya untuk memeras Presiden agar dengan mudah mengucurkan dana baginya. Dana itu seperti yang diungkapkan
oleh Sabilin, dinamakan “Dana Reformasi” untuk menutupi kasus KKN Presiden SBD. Nama dana itu tidak logis dan absurd. Tugas reformasi untuk Profesor adalah
mengusut KKN-nya mantan Presiden, namun dana pengusutannya ternyata dibiayai oleh sang mantan Presiden sendiri. Dana suap watchdog untuk melindungi mantan
Presiden Astagfirullah..” kata Wahid hlm.760.
Universitas Sumatera Utara
Beragam cara licik telah digunakan oleh Profesor untuk memperoleh pemasukan baginya. Profesor Masina sesungguhnya sudah punya banyak penghasilan dan kedudukan yang tinggi,
namun ia tidak pernah puas dengan kekayaan dan kedudukannya sehingga seringkali mememeras orang-orang yang tidak disukainya.
b. Ambisius, Egois