4.1.1.5 Wakil Presiden Beddu Jamal Koto BJK a. Egois
Wakil Presiden Beddu Jamal Kotto BJK merupakan tokoh yang mujur dan tidak begitu disukai oleh para mahasiswa, meskipun dari almamaternya, Universitas Hasanuddin.
Ia lebih mementingkan kerajaan bisnisnya daripada bernar-benar maksimal mengabdi pada rakyat. Ketika bencana dahsyat menimpa DKI Jakarta, Presiden BJK masih berada di
Sulawesi untuk melihat perkembangan bisnis. Hal itu tentu sangat tidak tepat apalagi ketika itu Presiden SBD sedang menjalankan tugas ke luar negeri.
Presiden Beddu Jamal Kotto BJK diketahui tengah melakukan perjalanan ke Makassar, Sulawesi Selatan, kota kelahirannya, tempat keluarga besarnya
membangun kerjaan bisnis yang menempatkannya sebagai salah seorang terkaya di Asia. Hari itu dikabarkan ia merasa sangat prihatin melihat para mahasiswa
Universitas Hasanuddin yang tak pernah berhenti berdemonstrasi dan mengecam kebijakan dalam mengatasi pelbagai bencana alam dan musibah yang melanda negeri
ini, serta mengkritik hampir seluruh kebijakan Kabinet Indonsia Bisa. Padahal, ia sendiri dan sejumlah menteri lainnya berasal dari kampus itu hlm.89.
Wakil Presiden SBD tampak lebih mengutamakan kepentingan dirinya daripada mementingkan kondisi Indonesia yang pada saat itu berada dalam krisis, ditambah lagi akibat
bencana dahsyat yang memusnahkan dan merusak perekonomian nasional.
b. Materialistis
Setelah Presiden Soekarto Boedhiono SBD akhirnya mengundurkan diri secara terpaksa, Wakil Presiden Beddu Jamal Kotto BJK secara otomatis menjadi Presiden
Indonesia yang baru sesuai dengan ketentuan Undang-undang Dasar 1945. Menjalani pemerintahannya, Presiden BJK sanggup menyelesaikan masa tugasnya. Presiden BJK
terkendala pada masa pengambilan keputusan menangani kasus Pulau Timon-Timun yang meminta memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keputusan Presiden
BJK untuk mengadakan Jajak Pendapat di daerah bergolak itu ditentang banyak pihak, dari masyarakat sipil, tokoh agama, mahasiswa, LSM, dan termasuk parlemen. Akibat tindakan
itu pula akhirnya Presiden BJK menjadi kehilangan kepercayaan dari publik sehingga melalui
Universitas Sumatera Utara
“Poros Kesatuan” yang diorganisir Wahid, diputuskan bahwa Presiden BJK telah menjadi “penghianat bangsa” karena telah mengadakan jajak pendapat di daerah bergolak sama
dengan melepaskan Pulau Timon-Timun dari kesatuan Indonesia. Keputusan Presiden BJK yang kontroversial itulah yang menjadi dasar yang kuat dilakukannya pemakjulan atau
impeachment sebagai solusi bagi pemimpin yang dianggap menghiananti bangsa. Niat dan keputusan Presiden BJK yang bersikeras untuk melakukan Jajak Pendapat di daerah bergolak
Timon-Timon, dinilai sebagai keputusan sepihak dari Presiden demi mendapatkan sejumlah keuntungan dari pulau yang dikenal kaya akan barang-barang tambang tersebut.
4.1.1.6 Kartika
Dalam novel ini peran Kartika juga tergolong penting hal itu terlihat dari intensitas pembicaraan tentang Kartika dan Anggara yang ditemukan dalam beberapa bab dalam novel.
Kartika tidak hanya terlibat dalam topik percintaan tetapi juga turut dalam memperjuangkan masalah kemanusiaan dalam tingkat global. Kartika aktif disejumlah organisasi nasional dan
Internasional. Seperti halnya Anggara, keterlibatan Kartika juga meramaikan bab demi bab novel d.I.a. cinta dan presiden, seperti yang ditemukan pada bab 2. ”Anggara dan Kartika”
hlm.11, bab 12. “Arc the Triomphe” hlm. 293, bab 15. “Drugstore Publicis” hlm.384, bab 16. “Sebagian Kehidupan” hlm. 403, bab17. ”Bandara Frankfurt” hlm. 475, bab 18.
“Melihat Cinta” hlm.501, bab.19 “Cerita Kartika” hlm.534, bab 20 “Raffles Hotel” hlm.577, dan bab 27. “Siapakah d.I.a.?” hlm.852.
Dari beberapa bab tersebut dapat dideskripsikan beberapa watak yang diperankan oleh tokoh Kartika antara lain sebagai berikut.
a. Humanis