b. Sentimen
Presiden SBD termasuk juga tokoh yang sentimental yang tidak konsisten dengan ucapannya. Seperti halnya dalam mempertangung-jawabkan pernyataannya pada saat
kunjungannya di luar negeri dalam menanggapi Surat Pernyataan DPRMPR yang mendukung tuntutan masyarakat untuk segera menurunkan Presiden. Pada saat itu di
hadapan banyak media massa ia mengatakan akan segera mengundurkan diri tanpa adanya perlawanan apa pun. Presiden SBD dengan mudah dan emosional mengatakan bahwa
secepatnya ia akan mengundurkan diri. Ucapan tersebut seolah menandakan bahwa jabatan Presiden adalah sebuah tugas ataupun jabatan yang mudah didapatkan tanpa menimbulkan
efek yang berarti. … . Setelah melakukan pelbagai pertimbangan yang matang, terutama secara politik,
dengan ini saya menyatakan, sejujurnya, setulusnya, dan seiklas-iklasnya, kalau masarakat memang tidak memberi kepercayaan lagi kepada saya, bagi saya tidak apa-
apa. .... Saya akan menjadi pertapa, akan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan akan menghabiskan sisa hidup saya bersama keluarga besar saya
hlm. 135.
Hal yang paling menunjukkan sikapnya yang sentimental adalah ketika ia mengatakan akan memilih untuk menjadi pertapa yang mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ia
juga menambahkan bahwa ia akan menghabiskan sisa hidupnya bersama keluarga besarnya. Alasan tersebut menjadi sangat jengkel karena diucapkan oleh seorang Kepala Negara untuk
menanggapi kritik dan tuntutan aspirasi masyarakat. Pernyataan itu beberapa kali diulangnya di hadapan publik yang diliput oleh banyak media massa baik nasional maupun internasional.
Bagi saya, kalau memang rakyat tidak lagi menghendaki saya sebagai Presiden, maka saya siap mundur. Dan kalau memang tuntutan-tuntutan atas pengunduran diri saya
sebagai Presiden republik, itu sudah sesuai dengan konstitusi, walau terpilihnya saya juga merupakan hasil pemilihan langsung oleh rakyat secara demokratis, sekali lagi
saya katakan, saya siap mundur. Saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Agar pernyataan saya ini tidak disalah-
artikan atau disalahpahami, sekali lagi saya nyatakan, kalau rakyat sudah tidak menghendaki lagi saya untuk memimpin bangsa dan negara tercinta yang terus-
menerus dirundung bencana ini, maka saya akan madeg pandito. Saya akan menjadi pertapa, mendekatkan diri kepada Tuhan, membimbing anak-anak saya supaya
Universitas Sumatera Utara
menjadi orang yang baik, memberi nasihat kepada masyarakat yang membutuhkan nasihat saya, dan tut wuri handayani bagi negara hlm.136.
Meskipun demikian ucapan Presiden SBD itu tidak bisa dipertanggung-jawabkan. Ketidakkonsistenan Presiden SBD terbukti ketika ia tiba di Jakarta dan akhirnya
mengeluarkan keputusan yang sangat bertentangan dengan ucapan atau pernyataannya ketika berada di luar negeri. Walaupun ia telah mengadakan rapat dengan tokoh-tokoh intelektual
Indonesia, ia tetap mengingkari pernyataannya dengan membuat pidatonya dengan menegaskan bahwa ia akan membentuk Komite Reformasi yang ia tugaskan untuk membuat
dan menyelesaikan pelbagai undang-undang sesuai dengan keinginan dan tunturan masyarakat. Anggota Komite Reformasi itu akan terdiri dari unsur masyarakat, perguruan
tinggi, dan para pakar. Sementara Kabinet Indonesia Bisa akan di-reshuffle dan diganti namanya menjadi Kabinet Kita Bersama hlm.378.
Pernyataan Presiden yang tidak menunjukkan keseriusannya untuk mengundurkan diri, akhirnya dikecam oleh banyak pihak. Ucapan Presiden itu dianggap sebagai buah
kebohongan Presiden SBD, mengingkari janjinya seperti yang sudah di katakannya kepada seluruh rakyat Indonesia melalui media massa. Hal itu menunjukkan bahwa Presiden SBD
tidak lagi bisa dipercaya, tidak konsisten, dan juga bersikap sentimental dalam memimpin Indonesia.
Presiden SBD akhirnya mengundurkan diri secara terpaksa, akibat desakan dan tuntutan rakyat yang memuncak pada acara “Doa Bersama dan Long March” yang dipimpin
Wahid di halaman depan Senayan. Jutaan massa dan termasuk opini dari negara luar turut mempengaruhi stabilitas kepemimpinan Presiden SBD. Presiden SBD meletakkan jabatannya
beberapa saat setelah Presiden Amerika Serikat juga mendukung tunturan rakyat agar Presiden segera meletakkan jabatannya demi kesatuan dan keselamatan rakyat Indonesia.
Sebab seperti yang sudah diketahui seluruh dunia, bahwa Presiden SBD telah gagal memimpin Indonesia menuju kesejahtraan sosial sebagai visi kemerdekaan RI.
Universitas Sumatera Utara
4.1.1.5 Wakil Presiden Beddu Jamal Koto BJK a. Egois
Wakil Presiden Beddu Jamal Kotto BJK merupakan tokoh yang mujur dan tidak begitu disukai oleh para mahasiswa, meskipun dari almamaternya, Universitas Hasanuddin.
Ia lebih mementingkan kerajaan bisnisnya daripada bernar-benar maksimal mengabdi pada rakyat. Ketika bencana dahsyat menimpa DKI Jakarta, Presiden BJK masih berada di
Sulawesi untuk melihat perkembangan bisnis. Hal itu tentu sangat tidak tepat apalagi ketika itu Presiden SBD sedang menjalankan tugas ke luar negeri.
Presiden Beddu Jamal Kotto BJK diketahui tengah melakukan perjalanan ke Makassar, Sulawesi Selatan, kota kelahirannya, tempat keluarga besarnya
membangun kerjaan bisnis yang menempatkannya sebagai salah seorang terkaya di Asia. Hari itu dikabarkan ia merasa sangat prihatin melihat para mahasiswa
Universitas Hasanuddin yang tak pernah berhenti berdemonstrasi dan mengecam kebijakan dalam mengatasi pelbagai bencana alam dan musibah yang melanda negeri
ini, serta mengkritik hampir seluruh kebijakan Kabinet Indonsia Bisa. Padahal, ia sendiri dan sejumlah menteri lainnya berasal dari kampus itu hlm.89.
Wakil Presiden SBD tampak lebih mengutamakan kepentingan dirinya daripada mementingkan kondisi Indonesia yang pada saat itu berada dalam krisis, ditambah lagi akibat
bencana dahsyat yang memusnahkan dan merusak perekonomian nasional.
b. Materialistis