Wawasan kebangsaan dan Dasar Negara Dua Aspek Wawasan Kebangsaan Tiga Aspek Pendidikan Wawasan Kebangsaan

persoalan; f melandaskan diri pada keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam menghadapi berbagai persoalan , 2 mengusahakan agar cita-cita dan tujuan bangsa ini dapat terlaksana dengan sesungguhnya dalam segala aspek dan bidang kehidupan; 3 bangga sebagai bangsa Indonesia, sehingga timbul rasa cinta untuk kemudian rela berkorban demi kepentingan bangsanya; dan 4 dengan tercitanya suasana tersebut akhirnya akan berkembang menjadi solidaritas sosial. Yang menjadi pusat perhatian bukan kepentingan dan kesejahteraan pribadi, tetapi kesejahteraan bersama. Jalil dalam Tanirejda, 2009:158 mengatakan wawasan kebangsaan Indonesia akhir-akhir ini mengalami ujian yang cukup berat. Ikatan-ikatan yang sebelumnya terpatri kuat dalam sebuah titik pandang sama dalam sebuah nasional, kini berkembang dalam kesadaran etnis sempit yang terus meningkat dan merongrong kewibawaan kebangsaan yang dibangun lebih dari lima puluh tahun yang lalu oleh para pendahulu kita. Berdasarkan kesadaran etnis tersebut telah menyebabkan sentiment berlebihan dengan tutuntan merdeka dari beberapa daerah.

2.2.5.1 Wawasan kebangsaan dan Dasar Negara

Berbagai peristiwa negara telah menempatkan “wawasan kebangsaan” dalam posisi sentral bangsa Indonesia. Wawasan kebangsaan ini mencapai titik kulminasinya pada saat terintegrasi sebagai unsure fundamental Philosofische Grondslag dan nation stete baru negara kesatuan Republik Indonesai. Kristalisasi “wawasan kebangsaan” dan berbagai pendapat golongan serta individu berjalan secara alami dan spontan bukan merupakan upasa mesin politik yang artificial. Karenanya “wawasan kebangsaan” mampu menjadi penggerak bagi lahirnya negara nasional baru, negara kesatuan Indonesia.

2.2.5.2 Dua Aspek Wawasan Kebangsaan

Konsep wawasan kebangsaan mengandung dua aspek, yaitu aspek moral dan aspek intelektual. Pada aspek moral, konsep wawasan kebangsaan mensyaratkan adanya perjanjian diri atau komitmen pada seseorang atau masyarakat untuk turut bekerja bagi kelanjutan eksistensi bangsa serta bagi peningkatan kualitas kehidupan bangsa. Pada aspek intelektual, konsep wawasan kebangsaan menghendaki pengetahuan yang memadai mengenai tantangan- tantangan yang dihadapi bangsa, baik sekarang maupun di masa yang akan datang seperti potensi-potensi yang dimiliki bangsa Kusumohamijdojo 1994:228.

2.2.5.3 Tiga Aspek Pendidikan Wawasan Kebangsaan

Kusumohamijdojo 1994:228-229 mengatakan pendidikan untuk membina wawasan kebangsaan ini harus mencakup tiga jenis kegiatan pembinaan yaitu: 1 kegitan untuk pembinaan daya kognitif; 2 kegiatan untuk pembinaan daya afektif; dan 3 kegiatan pembinaan daya konatif-volutif. Perlu kita sadari bersama dalam hubungan ini bahwa tanpa pembinaan afektif yang memadai, akan tidak mungkin bagi siapapun untuk menyelenggarakan pendidikan wawasan kebangsaan ini untuk membina kemampuan untuk menghayati aspirasi bangsa yang hidup dalam masyarakat. Tanpa pembinaan konatif-volutif yang memadai tidak akan pernah dapa dibentuk kemampuan untuk membuat komitmen, kemampuan untuk turut menyumbangkan sesuatu yang nyata bagi kelangsungan eksistensi bangsa dan bagi peningkatan kualitas kehidupan bangsa. Program pendidikan untuk membentuk wawasan kebangsaan ini harus mengutamakan pandangan dan sikap antisipatoris yaitu pembinaan kemampuan untuk memperhitungkan perkembangan yang akan terjadi di masa depan. Hal ini berti antara lain: untuk membina wawasan kebangsaan ini harus ditanamkan sikap siap menghadapi situasi baru, situasi yang belum pernah terjadi dalam kehidupan suatu masyarakat atau suatu bangsa.

2.2.5.4 Materi Pokok Pendidikan Wawasan Kebangsaan