Gerakan-gerakan kesenian reog Ponorogo di desa Kolam, adapun gerakan yang terdapat di dalam reog yaitu seperti gerakan gelombang yang berasal dari
gerakan pencak silat, dan gerakan lainnya yaitu gerakan tari jaipong dan banyak lagi dalam setiap gerakan yang dimainkan sebagian gerakan dari budaya lain
seperti, melayu, sunda, bali. Seperti yang dikemukan oleh informan. “setiap gerakan yang dimainkan oleh kesenian reog bukan
hanya dengan satu gerakan saja, terkadang kami mengambil gerakan tari bali, melayu, sunda, dan kebanyakan kami menggunakan gerakan
pencak silat hal tersebut dilakukan agar penonton tidak bosan melihat penari reog dan akan terasa bosan apabila gerakan tariannya hanya
itu-itu saja dan itu juga sebagai salah satu cara agar kesenian reog mampu bertahan di tengan masyarakat saat ini” Pak Selamet 35
tahun
3.6. Para Pemain di dalam pertunjukan reog Ponorogo
Pemain reog Ponorogo di desa Kolam sebagian besar adalah laki-laki, hanya sebagian yaitu penari jathil yang perempuan, ada yang sudah tua, muda, bahkan
anak-anak yang masih duduk dibangku sekolah dasar. Tidak ada batasan umur pada pemain reog, setiap mereka berhak menjadi pemain dan tidak ada syarat-
syarat untuk masuk menjadi anggota pemain reog, hanya saja mereka harus mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi pemain reog Ponorogo. Selain
untuk menghafal alur cerita pada kesenian reog, mereka juga harus giat berlatih dan rutin untuk mengikuti latihan pada hari yang telah ditentukan yaitu hari jumat
dan minggu sore pukul 16.00-18.00.
Universitas Sumatera Utara
Selain para pemain reog Ponorogo, dalam pertunjukan terdapat satu orang yang dinamakan sebagai pawang Mbah Supandi, 76 tahun yaitu orang yang
dituakan di dalam kelompok reog, dia dipercaya untuk memberikan arahan kepada kelompok pemain reog pada saat pertunjukan dan beliau juga yang
mengendalikan keberlangsungan pertunjukan reog tersebut. Pawang dibantu juga oleh salah satu pemain yang dipercayakan menjadi
ketua kelompok, yaitu bapak Selamet 35 tahun dimana Pak selamet ini adalah orang yang melatih tarian reog Ponorogo di desa Kolam dan juga sekaligus anak
kandung dari Mbah Supandi. Ketua inilah yang biasa mengatur jadwal latihan, serta apabila ada pertunjukan, ketua kelompoklah yang menentukan segala
sesuatunya seperti pakaian, tempat, dan lain-lain. Pertunjukan reog tidak akan semarak apabila tidak ada penonton yang
menyaksikan pertunjukan, maka dari itu penonton merupakan orang-orang yang terlibat dalam pertunjukan reog, dan penonton inilah yang menilai bagaimana
pertunjukan berlangsung. Seperti yang di kemukakan oleh Tono, 20 tahun sebagai berikut:
“ reog kui keren sakjane, opo meneh kui budaya indonesia sing wes mendunia, aku wae seneng deloke nek reog tampil, ceritane lucu
terus menarik, penari wedoe pun ya lumayan ayu-ayu mas, “ reog itu keren, apalagi reog adalah budaya indonesia yang sudah
mendunia, saya senang kalau kesenian reog tampil, ceritanya yang lucu dan cewek penari jathilnya lumayan cantik-cantik”.
Apabila pertunjukan reog diadakan pada acara perkawinan ataupun khitanan, maka orang yang mempunyai hajatan merupakan orang yang terlibat
dalam reog secara tidak langsung. Karena merekalah yang menyediakan tempat,
Universitas Sumatera Utara
serta keperluan pemain saat pertunjukan berlangsung, kecuali alat musik dan pakaian yang digunakan oleh pemain.
3.7. Cerita Yang Dibawakan Pada Pertunjukan Reog Ponorogo