Sejarah Masuknya Suku Jawadi Desa Kolam

BAB II GAMBARAN UMUM DESA KOLAM

2.1. Sejarah Masuknya Suku Jawadi Desa Kolam

Sumatera Utara merupakan Provinsi yang banyak dihuni oleh berbagai suku dan etnis, baik yang berasal dari Pulau Jawa maupun dari luar Pulau Jawa. Masyarakat Jawa Timur merupakan salah satu kelompok etnis pendatang yang ada di Indonesia di antaranya berdiam di Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara salah satunya di daerah desa Kolam. Pada awal abad ke- 20 masyarakat Jawa datang dan memasuki wilayah Sumatera Utara dengan menjadi kuli kontrak koeli contarct. 10F 11 Pada tahun 1863, Jacobus Nienhuys, seorang pengusaha Belanda yang telah lama tinggal di Batavia, datang ke Deli dan mendapat kontrak dari Sultan Deli untuk menanam tembakau selama 20 tahun di Sumatera Timur. Nienhuys mulai membuka sebuah ladang di Martubung dengan 88 orang kuli Cina dan 23 kuli Melayu Sinar 2006:207. Hasil tembakau dari kebun Martubung ini mendapat sambutan yang baik hal lain yang menjadi faktor utama masyarakat Jawa datang ke Sumatera Utara adalah tidak terlepas dari perkembangan daerah Sumatera Utara sebagai daerah perkebunan yang dikelola perusahaan perkebunan Belanda bermodal asing yang dilengkapi dengan perangkat administrasinya, yang disebut dengan onderneming- onderneming yang berdiri sekitar tahun 1864 Karl J. Pelzer, 1985:12. Pada masa onderneming buruh yang dipekerjakan sebagai koeli kontrak adalah orang-orang 11 Koeli kontract adalah struktur perburuhan yang mengharuskan pekerjanya terikat perjanjian bekerja pada perusahaan perkebunan pemerintahan kolonial maupun perusahaan swasta milik asing dengan syarat dan aturan tertentu. Universitas Sumatera Utara Jawa dan Cina yang merupakan populasi terbesar pada masa itu, kemudian orang Batak dan India. Pada tahun 1866, Janssen dan Clemen memberikan bantuan modal kepada Neienhuys untuk mendirikan sebuah perusahaan perkebunan tembakau yang diberi nama Deli Maatschapij. Pada saat itu pasar tembakau di Eropa sedang meningkat pesat, dan tembakau yang dihasilkan oleh perkebunan Deli mampu menembus pasaran Eropa karena tembakau Deli memiliki kualitas yang sangat baik. Maka Nienhuys memperpanjang kontraknya dengan Sultan Deli pada tanggal 8 April 1867 selama 99 tahun. Nienhuys juga membuka perkebunan tembakaunya yang lain di Sunggal pada tahun 1869 dan Sungai Besar dan Kelumpang pada tahun 1875, karena semakin luas dan semakin bertambahnya kebun sehingga memerlukan semakin banyak kuli Sinar, 2006:207. Sejak dibukanya perkebunan pertama, kebutuhan kuli dapat dipenuhi dengan mendatangkan kuli orang Cina dan India dari P. Pinang dan Singapura. Saat itu Cina sedang mengalami kelebihan penduduk dan krisis pengangguran yang sangat parah. Sehingga perusahaan-perusahaan swasta di Hindia-Belanda pada saat itu dengan mudah mengimpor kuli melalui agen-agen dan makelar buruh. Tahun berikutnya merupakan tahun yang penting bagi perkembangan perkebunan tembakau di Sumatera Timur. Sampai tahun 1884 telah berdiri 12 perusahaan perkebunan tembakau di wilayah Marindal, Medan, Petersburg, Tanjung Jati, Bandar Khalipah, Deli Tua, Kwala Begumit, Bekalia, Belawan, Lubuk Dalam, Buluh Cina, dan Kota Limbaru. Asosiasi dari ke dua belas perusahaan perkebunan ini dinamakan Kongsi XII. Perkembangan ini semakin Universitas Sumatera Utara memantapkan Sumatera Timur sebagai produsen tembakau terbesar di Asia Sinar 2006:311. Setelah masa kolonial Belanda berakhir maka kontrak-kontrak mereka pun berakhir, namun masyarakat Jawa tersebut tidak kembali ke Jawa, mereka tetap menjadi penduduk setempat sama seperti masyarakat-masyarakat pendatang lainnya. Kemudian mereka membentuk kelompok yang mendirikan komunitas- komunitas bagi kelangsungan hidup sosial dan budaya mereka. Walaupun banyak orang-orang Jawa datang ke Sumatera Utara sebagai koeli kontrak, namun para anggota group kesenian reog Ponorogo bukan berasal dari keturunan para koeli kontrak bahkan bukan juga sebagai koeli kontrak. Kebanyakan mereka datang ke daerah desa Kolam berdasarkan usaha sendiri dengan dana sendiri dan bertujuan untuk mencari pekerjaan. 11F 12 Semakin banyak orang Jawa menetap di derah desa Kolam, semakin besar pula niat mereka untuk melestarikan budayanya dengan cara memperkenalkan kesenian tradisional mereka kepada masyarakat yang ada di Sumatera Utara. Selain itu, ada juga beberapa organisasi yang terbentuk untuk mendukung perkembangan kesenian mereka dan salah satu organisasi tersebut adalah Forum Masyarakat Jawa Deli. . Dalam komunitas barunya tersebut, masyarakat Jawa mendirikan kelompok- kelompok kesenian. Kesenian yang mereka bawa dari daerah asalnya ini mereka jadikan sebagai penghibur dan pengusir rasa lelah setelah seharian bekerja juga sebagai pengobat rasa rindu pada kampung halaman mereka. Salah satu kesenian tersebut adalah seni tari tradisional Reog Ponorogo yang terdapat di desa Kampung Kolam Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. 12 Wawancara dengan Bapak Supandi selaku sesepuh dan pimpinan sanggar pada tanggal 25 pebruari 2015 Universitas Sumatera Utara

2.2. Letak Geografis Lokasi Penelitian