suatu bentuk kelompok yang berasal dari satu nenek moyang, terdiri dari 6-7 angkatan atau lebih yang berasal dari satu nenek moyang, sehingga diantara
anggota kelompok kekerabatan tersebut sulit untuk saling mengenal.
2.5. Sistem Religi
Mayoritas penduduk desa kampung Kolam memeluk agama Islam, yaitu sebanyak 8.673 orang dari jumlah penduduk. Sisanya sebanyak 1.186 orang
memeluk agama Kristen, pemeluk agama Budha sebanyak 95 orang dan pemeluk agam Hindu sebanyak 18 orang. Dari uraian diatas dapat ditekankan bahwa
keberadaan agama Islam sangatlah besar. Mayoritas penduduk desa kampung Kolam adalah pemeluk agam Islam. Di desa kampung Kolam ini terdapat
beberapa tempat ibadah diantaranya: 5 buah Masjid, 14 buah Musollah untuk agama Muslim dan 3 buah Gereja untuk agama Nasrani dan 1 buah Vihara.
Meskipun penduduk desa kampung Kolam sudah mengaku sebagai pemeluk agama Islam namun mereka masih sering melakukan hal-hal lain diluar
kepercayaan mereka, jika dilihat berdasarkan persentase yaitu sekitar 50 . Sampai saat ini mereka juga masih melakukan perbuatan tersebut, yaitu mereka
masih saja percaya pada roh nenek moyang dan hal-hal gaib seperti percaya pada makhluk halus penunggu tempat-tempat keramat dan mereka juga masih sering
memberikan sesajen
14F
15
Sebelum group kesenian reog ini melakukan pertunjukan terlebih dahulu mereka harus melakukan ritual terhadap roh nenek moyang,
mereka membakar sesajen didepan topeng dhadhak merak dan menaburi kembang tujuh rupa dan bunga kantil disekitar tempat pertunjukan sambil membacakan
15
Wawancara dengan mbah Edi selaku sesepuh desa, tanggal 20 maret 2015
Universitas Sumatera Utara
doa-doa. Hal ini mereka yakini akan dapat melancarkan jalannya pertunjukan, jika mereka tidak melakukan hal itu maka pertunjukan tidak akan dapat berjalan
dengan lancar dan para pemain barongan akan kesurupan karena roh nenek moyang marah dan memasuki tubuhnya dan nantinya akan sulit untuk disuruh
keluar.
15F
16
Bagi masyarakat desa kampung Kolam yang akan melakukan hajatan, sebelumnya mereka harus menentukan kapan hajat itu akan dilaksanakan. Untuk
melakukan hajat terlebih dahulu mereka harus menentukan hari baik, hal ini dilakukan untuk menghindari naas yaitu hari yang dianggap tidak baik atau
pantang. Jika hajat dilakukan bertepatan dengan geblak yaitu saat meninggalnya salah seorang keluarganya, maka hari tersebut harus segera dihindari agar tidak
ada kejadian buruk yang akan menimpa mereka.
Umumnya masyarakat Jawa membedakan makhluk halus menjadi dua macam, yaitu: makhluk halus yang berasal dari roh leluhur yang disebut dengan
bahureksa dan makhluk halus sebagai roh pelundung yang disebut dengan danyang, yaitu suatu kekuatan supranatural yang diyakini oleh masyarakat
pendukung sebagai pemimpin para jin atau roh halus yang menguasai daerah tersebut Emi Sujayawati, 2000:33. Agar para makhluk halus tersebut mau
menuruti mereka maka pada waktu-waktu tertentu mereka harus menyediakan sesajen. Sesajen ini terdiri dari beberapa jenis makanan dan bunga-bungaan
berbagai rupa yang akan mereka letakan di tempat-tempat tertentu yang mereka anggap keramat. Dan pada waktu mereka memberikan sesajen harus disertai
dengan mantra-mantra ataupun doa-doa. Berdasarkan tingkat kemurnian dan ketaatan pelaksanaan ajarannya, masyarakat Jawa membedakan pemeluk agama
16
Wawancara dengan Mbah suparno seorang sesepuh masyarakat desa, pada tanggal 20 maret 2015
Universitas Sumatera Utara
menjadi dua kelompok, yaitu : 1 Wong Putihan, yaitu orang putih yang dimaksud dengan orang putih disini adalah orang-orang yang taat menjalankan
ibadah dengan ajaran Islam; 2 Wong Lorek, yaitu orang yang badannya belang- belang hitam dan putih, maksudnya adalah orang yang meyakini terhadap ajaran
agama Islam tetapi tidak menjalankan ritual peribadatannya terutama shalat, namun mencampurkan unsur-unsur diluar Islam.
Faktor utama yang menjadi pembeda antara wong putihan dan wong lorek adalah ketaatannya menjalankan ritual agama Islam yaitu berupa shalat.
Seseorang yang menjalankan shalat lima waktu dengan rajin digolongkan kedalam kelompok wong putihan meskipun dalam praktek kehidupan keagamaanya
mencampur dengan unsur-unsur diluar Islam. Sedangkan wong lorek diberikan kepada orang yangmengaku Islam tetapi tidak mau menjalankan ritual secara
Islam terutama shalatNursilah, 2001:51.
Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Jawa didesa kampung Kolam termasuk kedalam golongan wong putihan. Walupun
merekataat beragama mereka juga masih melakukan hal-hal lain diluar Islam, misalnyaseperti melakukan ritual sebelum pertunjukan.
2.6 Mata pencaharian