Latar Belakang Fungsi Kesenian Reog Ponorogo di Desa Kolam (Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten. Deli Serdang )

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam buku Soedarsono 1985 menjelaskan, seni pertunjukan tradisional adalah seni yang hidup dan berkembang dalam suatu daerah berdasarkan kesepakatan bersama antar masyarakat pendukungnya yang terjadi secara turun temurun. Seni pertunjukan tradisional pada umumnya memiliki ciri yang tetap pada bentuk seninya yang menjadikan kekhasan dalam pertunjukannya. Pada saat ini pengembangan seni pertunjukan tradisional sudah dipengaruhi oleh masuknya budaya modern yang memberikan pengaruh pada berbagai unsur pendukung seninya. Diantara unsur tersebut adalah bentuk pertunjukan, gerak tari, iringan, rias, dan busana. Pengembangan seni pertunjukan tradisional yang tidak beradaptasi dengan perkembangan jaman sangat sulit untuk berkembang dan bahkan seni pertunjukan tersebut akan berada diambang kepunahan. Menurut Haris Supratno 1996 faktor kepunahan seni pertunjukan disebabkan, antara lain karena 1 Semakin berkembangnya kebudayaan atau kesenian populer, 2 Semakin banyaknya hiburan melalui televisi dan radio 3 Seni pertunjukan tidak dapat beradaptasi dengan kebudayaan modern, 4 Masyarakat sudah semakin maju dan sangat sibuk sehingga tidak sempat menonton seni pertunjukan tradisional, dan 5 Masyarakat jarang mau menanggap seni pertunjukan tradisional karena pada umumnya sudah berpikir secara praktis dan hemat. Pada perkembangannya, struktur seni pertunjukan tradisional mulai bergeser menyesuaikan perkembangan budaya masyarakat, karakter masyarakat Universitas Sumatera Utara lebih cenderung pada budaya modern yang lebih mengutamakan unsur kepraktisan, maka hal itu berdampak pula pada seni pertunjukan tradisional di daerah-daerah yang sudah tergolong modern, seni pertunjukan tradisional yang dapat hidup dalam budaya masyarakat yang senantiasa berkembang adalah seni pertunjukan yang dapat beradaptasi dengan budaya masyarakatnya. Dari pemaparan di atas, peneliti mengangkat judul skripsi yaitu “FUNGSI KESENIAN REOG PONOROGO DI DESA KOLAM” Studi kasusnya peneliti memilih di daerah desa Kolam, Kec. Percut sei tuan, Kab. Deli Serdang, Prov. Sumatera Utara. Alasan peneliti memilih judul ini karena menganggap bahwasannya seperti yang disinggung di atas menjelaskan daerah yang modern itu adalah daerah yang lingkungannya sudah dipengaruhi oleh teknologi, seperti contoh daerah desa Kolam misalnya sudah masuknya tenaga listrik kesetiap masing-masing sudut rumah masyarakat yang hampir keseluruhan sudah menggunakan tenaga PLN, sudah memiliki sarana kesehatan seperti, puskesmas, dan bidan desa, dan juga masuknya teknologi yang berbentuk elektronik, seperti televisi,radio, handpone, digital, parabola yang memungkinkan masyarakat dengan mudah mengakses segala informasi dengan mudah dan cepat, dan juga sudah masuknya jaringan internet ataupun menyedia internet seperti warnet, kemudian tersedianya sarana pendidikan yaitu pendidikan TK Taman Kanak- kanak, SMP Sekolah Menengah Pertama, SMA Sekolah Menengah Atas, masyarakat desa Kolam masing-masing sudah memiliki sarana transfortasi pribadi seperti kendaraan bermotor, dan di desa Kolam juga sudah masuknya sarana angkutan umum yaitu angkot, becak, dan ojek. Universitas Sumatera Utara Penjelasan yang diuraikan di atas adalah sebagai salah satu alasan peneliti dalam memilih judul tentang seni pertunjukan tradisional yaitu Reog Ponorogo yang ada di desa Kolam yang masih bertahan di tengah lingkungan yang mengalami perubahan. Kajian masalah penelitian yang selanjutnya peneliti akan mengkaitkan dengan bagaimana dan apa yang dilakukan oleh kelompok seni dalam mempertahankan seni pertunjukan tradisional seperti kesenian reog Ponorogo dan fungsi kesenian reog Ponorogo di desa Kolam ataupun di suatu daerah yang lingkungannya mengalami perubahan. Menurut M.Fauzanafi 2005 reog merupakan kesenian sendatari yang berasal dari Ponorogo Jawa Timur berlatar belakang sejarah Prabu Kelono Sewandono dari Wengker Ponorogo bermaksud meminang putri Kilisuci, putri raja Air Langga dari Kediri. Utusan dipimpin oleh Senopati Bujangganong, di tengah jalan rombongan utusan dikalahkan pasukan merak dan harimau di bawah Singobarong. Akhirnya rombongan dipimpin langsung oleh Prabu Kelono Sewandono. Setelah Singobarong dapat dikalahkan, maka pasukan merak dan harimaunya takluk dan justru membantu Prabu Kelono Sewandono melamar putri Kilisuci. Iringan tabuhan yang keras dan bersemangat menandai rombongan reog,diantara alat-alatnya adalah salompret,rampak ketipung, kendang, kenong, gong, angklung dengan nada selendro. Para pemainnya memakai pakaian hitam, dikepalanya memakai udeng yang merupakan ikat kepala, celana hitam kondor dilengkapi dengan koloran yaitu tali dari bahan lawe yang dianggap memiliki kekuatan magis. Untuk mempertahankan kekuatan magisnya, pemain utamanya yang diberi nama warok memiliki seorang anak laki-laki wajah cantik yang Universitas Sumatera Utara disebut gemblak, karena dipantangkan bagi seorang warok untuk memakai wanita sebagai penyalur seksnya. Gemblak sering ditempatkan di atas topeng. Pertunjukan reog yang besar atau lengkap terdapat tiga satuan yang menunjang. Pertama, barongan yang melambangkan harimau dan dhadak merak 0F 1 yang merupakan intinya. Warok yang harus memainkan barongan 1F 2 dan dhadak merak yang tingginya mencapai 3 meter mewujudkan kepala harimau dengan ekor merak yang indah seberat 60 kg. Topeng raksasa tersebut cukup digigit. Dalam permainan yang dinamis yang menggambarkan tikus dan kucing, maka bulu meraknya ditinggalkan, sehingga lebih ringan agar barong mampu menguber tikus yang dimainkan oleh penari bertopeng yang lain. Kedua, penari topeng yang merupakan tikus-tikus yang harus dikejar oleh barong. Penari topeng yang biasanya membawakan tarian yang lucu. Ketiga, kuda lumping yang berfungsi membuka jalan, mengawal reog di kiri-kanannya, pada umumnya pemainnya anak laki-laki manis yang belum menikah 2F 3 . Dalam rombongan reog terdapat beberapa jenis topeng, yang pertama topeng manusia yang disebut topeng kelono berambut panjang yang menggambarkan Prabu Kelono Sewandono,kedua, topeng hewan adalah topeng barong yang berkepala harimau dan dhadak merak yang menggambarkan kedua 1 Dhadak merak adalah seekor burung merak yang bertengger di atas kepala barongan dengan bulu-bulu yang mekar tersusun rapi seolah terlihat sedang mengembangkan ekor nya. 2 Barongan terdiri dari kepala harimau caplokan yang terbuat dari kerangka kayu dadap, bambu, dan rotan dengan ditutup kulit sapi yang diwarnai menyerupai kulit harimau. 3 Sumber dari buku “Sejarah Seni Rupa Indonesia II.Bab VII-Seni Kria pertunjukan.hal 104.Kuda lumping reog .oleh Supartono Widyosuswoyo, 2008 Universitas Sumatera Utara binatang yang membantu Prabu Sewandono. Ketiga, topeng raksasa melambangkan tokoh Bujangganong yang cirinya dahinya menjorok ke depan 3F 4 . Sejarah masuknya kesenian reog Ponorogo di Sumatera Utara pada tahun 1965 yang dibawa oleh mbah Miseni adalah seorang seniman dari Jawa Timur yang pertama sekali membawa masuk kesenian reog Ponorogo ini ke Sumatera Utara tepatnya di kabupaten Deli Serdang. Awal beliau datang ke Sumatera Utara hanya untuk mencari pekerjaan dan beliau datang berdasarkan usahanya sendiri, walaupun beliau berasal dari daerah yang bukan asal sumatera namun beliau tetap melestarikan kesenian tradisionalnya dengan cara memperkenalkan masyarakat, sampai saat ini kesenian reog dapat berkembang di tengah kesenian lain yang ada di sumatera utara 4F 5 . Setelah pada tahap pengenalan kesenian reog Ponorogo, sesuai dengan judul peneliti yaitu “Fungsi Kesenian Reog Ponorogo di desa Kolam”. Peneliti akan mentitik beratkan fungsi pada kesenian reog Ponorogo tersebut khususnya pada masyarakatdesa Kolam, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang, Prov. Sumatera Utara.Pengertian fungsi menurut kamus lengkap bahasa indonesia adalah kegunaan suatu hal, daya guna serta pekerjaan yang dilakukan. Adapun defenisi fungsi menurut Redcliffe - Brown yang disebut sebagai fungsi sosial yaitu diantaranya 5F 6 : 4 Sumber dari buku Reog Ponorogo “ menari diantara Dominasi dan keberagaman” Muhammad Zamzam Fauzannafi 5 Sumber dari internet.httpcontoh. Skripsi.reogPonorogo.ac.id11-12-2014 6 Sumber internet.httpfungsi-menurut-redcliffe-brown.wikipedia.co12-12-2014 Universitas Sumatera Utara 1. Agar suatu masyarakat dapat hidup langsung, maka harus ada suatu sentimen dalam jiwa warganya yang merangsang mereka untuk berprilaku sesuai kebutuhan mereka. 2. Tiap unsur dalam sistem sosial dan tiap gejala ataupun benda yang dengan demikian memiliki efek pada solidaritas masyarakat menjadi pokok orientasi pada sentimen tersebut. 3. Sentimen itu ditimbulkan dalam pikiran individu warga masyarakat sebagai pengaruh hidup warga masyarakat. 4. Adat istiadat upacara adalah wahana dengan apa sentimen-sentimen itu dapat diekspresikan secara kolektif dan berulang pada saat tertentu. 5. Ekspresi sentimen dari sentimen memelihara intensitas itu dalam jiwa warga masyarakat dan bertujuan meneruskan kepada warga generasi berikutnya Ketika peneliti berkunjung ke desa Kolam, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang dalam rangka mengunjungi saudara untuk bersilaturahmi yang memang peneliti juga sering berkunjung kedesa ini hanya untuk sekedar bermain-main dan ataupun menghadiri acara-acara keluarga. Ketika itu peneliti mendapatkan informasi bahwasannya ada pertunjukan reog Ponorogo di desa itu, dari hasil informasi yang didapat bahwa pertunjukan reog Ponorogo ini diadakan apabila ada acara-acara tertentu maupun hari-besar seperti hari 17 agustus yang setiap tahunnya rutin digelar untuk memeriahkan hari kemerdekaan Indonesia,dan juga pada acara-acara lain seperti,khitanan,acara nikah,acara syukuran desa dll. Dan juga tergantung panggilan ketika ada masyarakat yang ingin pertunjukan reog Ponorogo itu sendiri . Universitas Sumatera Utara Pada saat berlangsungnya pertunjukan kesenian reog di daerah desa Kolam, peneliti melihat yaitu di antaranya,pemain dari reog tersebut sebagian adalah anak-anak yang kira-kira berumur 10-15 tahun dan juga anak muda berumur 17- 20 tahun lebih yang sedang memerankan perannya dan juga orang dewasa dengan tarian khas reog yang diiringi oleh musik gamelan, gong, dan alat-alat musik tradisional jawa lainnya yang dipakai untuk pertunjukan reog Ponorogo. Gerakan tarian anak laki-laki itu sangat begitu mahir dalam gerakan-gerakan tarian tersebut, dan antusias para penonton dari berbagai macam kalangan dari yang muda sampai yang tua juga yang didominasi masyarakat setempat dan sebagian masyarakat desa lain juga begitu menikmati pertunjukan reog tersebut. Ketika peneliti berkunjung dalam melaksanakan survei lokasi di desa Kolam, Kab. Deli serdang, pertama-tama peneliti mendatangi salah satu rumah ketua pendiri reog di desa tersebut yang bernama bapak Supandi, kemudian peneliti mewawancarai perihal mengenai sejarah masuknya kesenian reog di daerah Sumatera Utara, berikut hasil penjelasan dari wawancara peneliti : “Kesenian reog pada awalnya masuk ke desa ini yaitu pada tahun 1966, dimana pada waktu itu ada transmigrasi dari jawa ke sumatera utara tepatnya di deli serdang, saya adalah salah satu orang yang termasuk dalam transmigrasi itu, saya asli dari daerah Ponorogo, dulu banyak teman saya juga yang dari Ponorogo, namun sekarang teman saya sudah banyak yang meninggal dan hanya tinggal beberapa orang saja, kalau mengenai masalah reog, di desa ini ada 3 kelompok reog namun reog yang paling tua ya disini, kalau yang dua kelompok lagi terbentuknya sekitar tahun 98 an dan ke dua kelompok reog ini awalnya dari sini juga dan kedua kelompok tersebut belum masuk dan tercatat pada data dinas pemerintahan, saya pengen kesenian reog itu tetap ada makanya saya sampai sekarang berusaha untuk mempertahankannya, walaupun dana dan uang pribadi saya keluar untuk mempertahankan reog, perhatian pemerintah pada kesenian reog disini tidak ada, sudah pernah saya Universitas Sumatera Utara ajukan proposal 2 tahun yang lalu namun tidak ada jawaban sampai sekarang” Kesenian reog Ponorogo yang ada di daerah desa Kolam merupakan suatu seni pertunjukan tradisional yang masih bertahan di tengah realita yang tergolong modern,baik itu dilihat dari infrastruktur desa yang modern, masyarakat desa modern, maupun prilaku masyarakat yang modern pula. Akan tetapi masyarakat atau anggota paguyuban 6F 7 tersebut tetap dapat mempertahankan kesenian reog hingga sampai saat sekarang. Seperti yang dijelaskan oleh Sudarsono yang berpendapat bahwa pada jaman teknologi modern, secara garis besar fungsi seni pertunjukan dalam kehidupan manusia bisa dikelompokan menjadi tiga : 1 Sebagai sarana upacara, 2 Sebagai hiburan pribadi, 3 sebagai tontonan. Meskipun demikian pada jaman yang penuh perubahan ini, fungsi seni pertunjukan yang paling tua masih tetap lestari, ada yang fungsinya bergeser meskipun bentuknya tidak begitu berubah, dan ada yang fungsinya bergeser serta bentuknya berubah. Di samping itu sudah barang tentu terdapat pula bentuk-bentuk baru akibat kebutuhan dan kreativitas manusia. 7F 8 Penjelasan seperti di atas dan dari hasil observasi sementara yang peneliti lakukan hal ini juga terjadi pada fungsi dari kesenian reog Ponorogo di desa Kolam, bagaimana peran penting anggota reog dalam melestarikan dan 7 Paguyuban adalah istilah dari perkumpulan orang-orang jawa di daerah perantauan yang menjadi wadah orang-orang yang memiliki kesamaan ide, dan tujuan bersama yang diwujudkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan bersama seperti kesenian, bahasa dan ungkapan lain yang mengarah pada aspek ekonomi, sosial budaya, politik dalam menunjang pembinaan dan persatuan Sadaah Soepono 2000. Hlm 60 8 Soedarsono,Peranan Seni Budaya Dalam Sejarah Kehidupan Manusia Kontinuitas dan perubahannya, Pidato pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fak.Sastra UGM Yogyakarta:UGM, 1985 hlm.18 Universitas Sumatera Utara mempertahankan kesenian reog di tengah masyarakat yang mengalami perubahan, dan juga peran masyarakat yang andil dalam melestarikan kesenian tersebut, peneliti juga akan mengkaitkan fungsi kesenian dengan beberapa aspek diantaranya aspek ekonomi, sosial budaya dan nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian reog di desa Kolam, dimana peran kesenian sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat desa Kolam. Dari beberapa aspek tersebut, yang menjadi kajian fokus peneliti yaitu fungsi kesenian pada masyarakat desa Kolam, hal tersebut yang menjadi alasan peneliti untuk meneliti tentang ‘Fungsi kesenian reog Ponorogo di desa Kolam’. Seperti yang dikemukakan oleh Soedarsono,kesenian sebagai salah satu aspek yang berperan dalam menjaga keseimbangan antar budaya, kesenian juga berperan dalam menjalin rasa solidaritas sesama dan digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia, selain itu juga kesenian memiliki fungsi lain, misalnya makna dan simbol yang berfungsi menentukan norma untuk prilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nilai kebudayaan.

1.2 Tinjauan Pustaka