Pertunjukan Reog Ponorogo di Desa Kolam

memberikan pengertian tentang perubahan yang terjadi di dalam masyarakat yaitu : “Kehidupan tidak bersifat statis seperti sebuah bangunan, akan tetapi bersifat dinamis, seperti kehidupan struktur organik suatu kehidupan. Sepanjang kehidupan suatu organisme diperbarui; demikian halnya dengan kehidupan sosial manusia senantiasa mengalami pembaharuan struktur sosialnya. Oleh karena itu, hubungan nyata diantara manusia dengan kelompoknya selalu berubah dari tahun ke tahun, atau dari hari ke hari. Anggota baru memasuki sebuah komunitas melalui kelahiran ataupun perpindahan; anggota yang lainnya meninggalkan komunitasnya karena mati atau berpindah ketempat lain. Ada perkawinan atau perceraian. Sahabat mungkin jadi musuh, atau musuh mungkin berdamai dan kemudian menjadi sahabat”. Pada pertunjukan reog Ponorogo di desa Kolam dalam pertunjukannya dilaksanakan di tempat terbuka, sehingga penonton dan pemain bisa berbaur dalam pertunjukan tersebut, pada saat melakukan penelitian, peneliti melihat antusiasme para penonton begitu tinggi dari semua kalangan, baik yang tua, muda dan anak-anak.

3.2. Pertunjukan Reog Ponorogo di Desa Kolam

Pertunjukan kesenian reog Ponorogo dilakukan untuk menghibur serta untuk difestivalkan. Untuk menghibur biasanya kesenian reog Ponorogo di desa Kolam dipertontonkan pada acara-acara perkawinan, khitanan, 17 agustus, menyambut bulan syuro dan tergantung adanya panggilan dari warga masyarakat yang ingin pertunjukan kesenian reog Ponorogo tersebut. Pertunjukan kesenian ini tidak hanya dilakukan pada satu tempat saja, artinya pertunjukan tersebut juga bisa secara estafet dalam iring-iringan keliling desa, alat musik dan pemainnya Universitas Sumatera Utara semua sama-sama bekerja sama, seperti yang peneliti lihat ketika iring-iringan para pemain reog tersebut saling bergantian baik itu dalam memainkan alat-alat musik maupun yang memainkan topeng Dhadak merak yang beratnya mencapai 60kg, dan hal tersebut tidak sama sekali berkaitan dengan unsur magis melainkan latihan, seperti yang dikatakan informan. “ kesenian reog Ponorogo disini memang sangat menjunjung tinggi rasa solidaritas dan kerjasama antar pemain reog, dan disini semua pemain reog harus bisa memainkan salah satu alat musik reog, dan juga yang memerankan peran topeng dhadak merak memang hanya satu orang akan tetapi ketika saat melakukan iring-iringan ya gantian karena ini memang betul-betul hanya menggunakan fisik maka dari itu setiap pemain dilatih untuk menggunakan topeng tersebut apalagi memainkannya dengan cara digigit dan pastinya membuttuhkan tenaga yang besar pula” Selamet 40 tahun Dari penjelasan di atas peneliti mencoba untuk menggambarkan bahwasannya dalam setiap pertunjukan reog rasa kekompakan dan kerjasamanya harus tinggi. 3.3.Waktu Pertunjukan Kesenian Reog Ponorogo Seperti yang dijelaskan di atas bahwa pertunjukan reog diadakan pada hari-hari besar, seperti hari kemerdekaan, hari raya idul fitri, dan pada acara-acara seperti perkawinan, khitanan, syukuran, dan lainnya tergantung panggilan dari warga masyarakat desa, dan penyelenggaraannya sering diadakan pada hari libur dan juga pada malam hari, hal tersebut dilakukan karena pada siang hari masyarakat ataupun pemain melakukan kegiatan mereka masing-masing, seperti bertani, berladang, menarik becak, kuli bangunan dan sebagian ada yang masih bersekolah. Walaupun mereka lelah bekerja pada siang harinya, tetapi mereka berusaha untuk meluangkan waktunya untuk pertunjukan reog, dan apabila Universitas Sumatera Utara pertunjukan reog dilaksanakan pada hari libur biasanya pertunjukan dilakukan pada siang harinya. Pemain reog yang masih dalam masa pendidikan, mereka akan belajar pada siang harinya, supaya ketika latihan dilakukan pada malam hari mereka tidak tertinggal dalam pelajaran. Berikut hasil wawancara dengan informan. “ kalau pertunjukan pas hari sekolah dan siang hari saya lebih memilih sekolah, takut ketinggalan pelajaran” Fendi 14 tahun pelajar SMP Fendi adalah salah satu pemain reog yang ada di desa Kolam, menurut dia bersekolah ataupun pendidikan lebih penting dari segalanya, berikut wawancara peneliti terhadap pak selamet sebagai pelatih sekaligus anak kandung dari pendiri kesenian reog di desa Kolam yaitu Mbah Supandi. “begini mas, sebelum melakukan pertunjukan sebelumnya kami selalu memilih waktu yang pas agar tidak mengganggu kegiatan para pemain reog sehari-hari ya salah satunya pemain yang masih sekolah, kalaupun ada salah satu masyarakat yang memanggil kami ya kami koordinasikan sebelumnya mengenai kapan pertunjukan dilaksanakan, kalau hari libur ya kami bisa melakukannya pada siang hari, dan apabila hari biasa kami meminta untuk dilakukan pada malam harinya agar tidak mengganggu pemain kami yang masih sekolah” Selamet 40 tahun Seperti yang dijelaskan di atas bahwasannya ada koordinasi antara anggota reog dan masyarakat yang ingin menyelenggarakan kesenian reog tersebut. 3.4.Tempat Penyelenggaraan Pertunjukan Reog Ponorogo Banyaknya penonton mengharuskan pertunjukan dilakukan di lapangan terbuka, karena pertunjukan yang dilakukukan menggunakan tempat yang cukup luas selain penontonya banyak dan pertunjukan tersebut merupakan pertunjukan Universitas Sumatera Utara dengan tarian bebas maksudnya seperti tarian jawa pada umumnya yaitu seperti tari kuda kepang yang memungkinkan arena untuk menari harus luas, maka dipilihlah lapangan terbuka sebagai tempat pertunjukan, dan dibantu dengan penerangan apabila pertunjukan dilakukan pada malam hari. Tempat penyelenggaraan pertunjukan ini ditentukan oleh pemain reog Ponorogo itu sendiri, karena merekalah yang mengetahui seberapa besar tempat yang diperlukan untuk melaksanakan pertunjukan.

3.5. Tahap-tahap Pertunjukan Reog Ponorogo