Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai warisan budaya yang sangat kaya. Dalam
pengalamannya,seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun
menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. Mereka menganut garis
keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku
16F
17
3.8. Peran Yang Dimainkan
Dalam pertunjukan reog Ponorogo di desa Kolam terdapat peran-peran yang selalu ada di setiap pertunjukan reog. Berikut adalah nama-nama pemain Reog
Tunas Muda Budaya serta peran yang dimainkan, dan peneliti akan mewawancarai beberapa orang sebagai sampel data yaitu diantaranya 4 orang
pemain cerawitan, 3 orang penari gemblak, 3 orang penari warok, 2 orang penari Dhadak Merak, dan 2 orang yang berperan sebagai singobarong :
• Bapak Supandi sebagai pawang atau yang mengendalikan
pertunjukan. Pawang adalah istilah yang biasa digunakan oleh mereka dalam pertunjukan reog, Bapak Supandi adalah salah
seorang sesepuh kelompok reog di desa Kolam, beliau adalah asli dari daerah Ponorogo Jawa Timur, beliau mulai bergabung dalam
kesenian reog sejak remaja sekitar berumur 15 tahun hingga sekarang, beliau jugalah salah satu orang yang membawa kesenian
reog ke daerah Sumatera Utara pada tahun 1966, karena rasa
17
http:id.wikipedia.orgwikiReog_28Ponorogo29Sejarah diakses pada 16 – 02- 2015,
13.30
Universitas Sumatera Utara
kecintaannya terhadap kesenian reog, beliau memiliki maksud untuk tetap bersemangat dalam melestarikan kesenian reog
tersebut. Selain sebagai salah seorang kelompok reog, keseharian Bapak Supandi adalah sebagai Petani.
• Selamet sebagai cerawitan pemain alat tiup selompret, istilah
cerawitan adalah pemain musik pada pertunjukan kesenian reog Ponorogo, Bapak selamet atau peneliti sering memanggil dengan
sebutan Mas Selamet adalah salah seorang anak dari Bapak Supandi. Mas Selamet juga adalah salah satu informan kunci yang
peneliti pilih, karena menurut informasi yang didapat dan dari pengakuannya, beliau adalah salah seorang yang paling
berpengalaman, artinya beliau sudah keliling-keliling luar negri seperti ke negara Australia, Amerika, Jepang, Malaysia, Singapura
hanya untuk memperkenalkan kesenian reog Ponorogo pada dunia luar, namun beliau pergi tidak dengan kelompok kesenian reog di
desa Kolam melainkan kelompok kesenian reog yang berpusat di Jawa Timur, beliau juga berperan sebagai pelatih tari kesenian reog
di desa Kolam saat ini. •
Agus sebagai cerawitan pemain alat musik tepuk kenong, Bapak Agus adalah salah satu pemain senior pada kelompok seni reog di
desa Kolam, pengalaman beliau bergabung pada kelompok reog sudah 40 tahun, beliau adalah asli dari Ponorogo dan beliau datang
ke Sumatera sekitar tahun 1967, motivasi terbesar beliau bergabung pada kelompok seni adalah karena beliau ingin melestarikan
Universitas Sumatera Utara
kesenian yang sudah ada dari nenek moyang. Beliau juga berperan sebagai pelatih alat musik gendang dan alat musik lainnya, karena
dalam kelompok ini, diwajibkan semua anggota harus bisa memainkan semua alat musik.
• Sunaryo sebagai cerawitan pemain gendang, beliau bergabung
dalam kelompok reog pada tahun 1998, menurut pengakuan beliau, alasan ketertarikan ingin bergabung pada kelompok reog adalah
karena latar belakang keluarga beliau adalah dari daerah Ponorogo, sehingga beliau ingin melestarikan budayanya yang menjadi
identitas keluarganya, keseharianya selain sebagai anggota kelompok reog di desa Kolam, beliau juga bekerja sebagai kuli
bangunan. •
Imyati sebagai cerawitan pemain tepuk kenong, imyati adalah anggota reog yang masih tergolong baru, beliau bergabung pada
kelompok reog di desa Kolam baru 6 tahun, alasan beliau bergabung adalah karena tertarik dan berkeinginan untuk
melestarikan kesenian reog dan beliau juga adalah orang Ponorogo, namun sebelum pindah ke desa Kolam, beliau sudah menetap di
daerah Asahan. Kesehariannya Imyati bekerja sebagai buruh di suatu perkebunan.
• Dugel sebagai cerawitan pemain alat musik gong
• Sutik sebagai cerawitan pemain alat musik gong
• Anton sebagai cerawitan pemain angklung
• Dayat sebagai cerawitan pemain gendang
Universitas Sumatera Utara
• Katenun sebagai pemain Dhadak Merak, dalam pertunjukan reog,
yang menjadi ciri khas adalah topeng Dhadak Merak, beratnya mencapai kurang lebih 60 kg, yang dimainkan dengan cara
mengigit untuk mengangkatnya, menurut pengakuan Pak Katenun, beliau sudah bergabung pada kelompok reog sudah hampir 20
tahun, beliau mulai bisa memainkan topeng dhadak merak dan belajar selama 4 tahun, dengan beban topeng yang cukup berat
sehingga kekuatan dan energi yang dikeluarkan cukup besar, dalam pertunjukan reog yang menjadi titik kekuatan adalah fisik yang
bugar dan tidak dengan bantuan magis, pada saat pertunjukan semua anggota memang sudah disiapkan minuman kuat seperti
minuman energi dan jamu, dan pada malam hariny mereka meminum puding telur. Hal tersebut rutin dilakukan ketika mereka
ingin melakukan pertunjukan reog Ponorogo. Dan alasan beliau bergabung karena beliau adalah orang Ponorogo yang ingin
mempertahankan budayanya. •
Ilham sebagai pemain Dhadak Merak. Ilham adalah salah satu pemain Dhadak merak yang paling muda di kelompok Tunas
Budaya, umurnya saat ini sekitar 22 tahun, beliau bergabung sejak umur 10 tahun, alasan beliau untuk bergabung pada kesenian reog
adalah atas perintah kedua orang tuanya yang asli orang Ponorogo, Ilham adalah Putra Jawa Kelahiran Sumatera, ilham juga adalah
sebagai penerjemah peneliti ketika peneliti mewawancarai sesepuh
Universitas Sumatera Utara
atau pemain yang tidak begitu lancar dalam bahasa indonesia. Keseharian ilham bekerja sebagai buruh tani.
• Ngadi sebagai pemain Dhadak Merak
• Desi sebagai penari Gemblak, Desi berumur 14 tahun dan masih
bersekolah kelas 2 SMP, Desi bergabung pada kelompok reog di desa Kolam baru 3 tahun, desi adalah cucu dari Bapak Agus yang
juga pemain Reog, motivasi desi bergabung pada kelompok reog adalah atas dasar kemauan sendiri dan dorongan dukungan dari
orang tua. Ketika peneliti bertanya mengenai apa tanggapan teman- temannya tentang dia yang bergabung pada kesenian reog, desi
hanya menanggapinya dengan dingin, artinya dia tidak malu dan justru guru-gurunya mendukung.
• Dinda sebagai penari Gemblak, Dinda berumur 14 tahun dan masih
bersekolah kelas 2 SMP sama seperti desi, Dinda bergabung pada kelompok reog baru 3 tahun, motivasi Dinda bergabung adalah atas
kemauan sendiri. Dengan latihan yang giat saat ini dinda sudah begitu mahir dalam menari, butuh waktu 1 tahun belajar, dinda
mulai paham dengan gerakan tarian reog, menurut dinda tidak ada kesulitan kalau keinginan kuat.
• Vira sebagai penari Gemblak , Vira berumur 12 tahun dan masih
bersekolah kelas 6 SD, Vira sudah 2 tahun bergabung pada kelompok reog, motivasi vira bergabung pada kelompok reog
karena ajakan dari teman-temannya dan juga keinginan sendiri,
Universitas Sumatera Utara
menurut pengakuan Vira, tidak ada masalah ketika vira bergabung, justru keluarganya mendukung.
• Bela sebagai penari Gemblak
• Yuda sebagai penari Warok, Yuda berumur 14 tahun, dan masih
bersekolah kelas 2 SMP, Yuda adalah cucu dari Bapak Supandi dan bergabung pada kelompok reog sudah dari berumur 8 tahun, alasan
yuda bergabung karena keinginan sendiri dan dukungan keluarga. •
Bagas sebagai penari Warok, Bagas berumur 12 tahun, dan masih bersekolah kelas 6 SD, Bagas adalah cucu dari Bapak Supandi dan
bergabung pada kelompok reog sudah dari berumur 8 tahun, alasan yuda bergabung karena keinginan sendiri dan dukungan keluarga.
• Ifan sebagai penari Warok, ifan berumur 14 tahun dan masih
bersekolah kelas 2 SMP, bergabung baru 2 tahun, motivasi Ifan untuk bergabung atas kemauan sendiri dan merasa tertarik dengan
kesenian reog Ponorogo, Ifan Memiliki keluaarga dengan latar belakang yaitu kakeknya berasal dari Ponorogo. Butuh 1 tahun Ifan
untuk memahami gerakan tari kesenian reog. •
Riko sebagai penari Warok •
Erik sebagai penari Warok •
Tiyo sebagai penari Warok
Universitas Sumatera Utara
3.9. Karakteristik Tokoh