Fungsi Pertunjukan Reog Ponorogo pada Aspek Ekonomi

setempat, seperti contoh masyarakat desa Kolam tidak segan-segan untuk membantu melancarkan jalannya pertunjukan agar selalu dalam keadaan kondusif. Disini peneliti mengkaitkan bahwa pertunjukan reog adalah sebagai pemersatu masyarakat bahwasannya seperti yang dilihat pada saat pertunjukan masyarakat banyak yang berdatangan untuk menonton pertunjukan reog, ketika masyarakat itu berkumpul akan adanya interaksi sosial antar masyarakat yang tujuannya menjalin silaturahmi antar masyarakat. Dan pada pertunjukan reog inilah menjadi salah satu alasan masyarakat dapat bertemu dan berkumpul, dimana pada hari sebelumnya masing-masing dari mereka sibuk dengan kegiatannya. Adanya kebiasaan-kebiasaan seperti ini merupakan norma-norma yang mengharuskan setiap masyarakat memelihara hubungan yang baik antar sesama masyarakat dalam kehidupan yang rukun dan tertib. Melalui hubungan-hubungan itu juga, komunikasi antar sesama masyarakat tetap terjaga dengan baik dan lancar. Aspek sosial yang paling menonjol pada pertunjukan reog Ponorogo di desa Kolam adalah bertemunya orang-orang dari berbagai kalangan, berbagai latar belakang, dan dari tempat asal yang berbeda, dalam pertunjukan ini terjadi interaksi sosial yang hangat, karena mereka yang bertemu relatif mempunyai kepentingan yang sama, yaitu menyaksikan pertunjukan reog Ponorogo.

4.2.2. Fungsi Pertunjukan Reog Ponorogo pada Aspek Ekonomi

Malinowsky Koentjaraningrat, 1987:171 mengemukakan bahwa fungsi adalah segala aktifitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri mahkluk manusia yang berhubungan Universitas Sumatera Utara dengan seluruh kehidupannya. Kesenian contohnya merupakan unsur kebudayaan yang terjadi karena awalnya manusia ingin memuaskan kebutuhan nalurinya akan keindahan. Pengertian fungsi seperti yang dijelaskan oleh malinowski, peneliti akan mengkaitkan fungsi kesenian dengan aspek ekonomi pada masyarakat desa Kolam, artinya yang dimaksud dengan aspek ekonomi adalah kegiatan ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan, dan dampak yang terjadi pada pertunjukan reog Ponorogo adalah dimana ketika melakukan pertunjukan reog ada yang diuntungkan dalam hal materi yaitu para pemain reog mendapatkan upah atau bayaran dari penyelenggara pertunjukan reog, hasil atau bayaran tersebut kemudian dibagikan kepada semua pemain reog dan peran ketua anggota yang mengatur pembagian gaji tersebut sesuai yang sudah disepakati bersama dan sebagian penghasilan juga dimasukan kedalam simpanan kas kesenian reog. Berikut penjelasan hasil wawancara dengan Bapak Supandi; “nek dana sing dibayarke si penyelenggara reog biasane telung juta Rp.3.000.000.00, nek pembagian gaji kui tergantung sopo gawe paling berat ya upah bayaranepun lain, seumpamane penari dhadak merak biasane intok 150ribuuong, cerawitan intok 100ribuuong, penari jhatil karo warok into 50ribuuong sisane dimasuke kas, terus enek juga dana upah cuci karo perbaikan alat-alat seng rusak” kalau dana yang dibayar oleh penyelenggara pertunjukan reog biasanya 3 juta , dan mengenai pembagian gaji itu tergantung dari siapa yang kerja paling berat upahnya pun berbeda dengan pemain yang lain, misalnya kalau untuk pemain dhadak merak biasa upahnya sampai 150ribuorang, sedangkan pemain cerawitan upahnya 100ribuorang, penari jhatil upahnya 50ribuorang dan sisa dana yang Universitas Sumatera Utara lain sebagian ada untuk upah mencuci dan perbaikan alat-alat reog yang rusak lalu sebagianya lagi dimasukan sebagai uang kas. Kegiatan ekonomi pada pertunjukan reog juga tidak hanya dirasakan oleh para pemain reog saja melainkan masyarakat setempat juga ikut serta dalam kegiatan ekonomi tersebut, misalkan sebagian masyarakat menjajakan jualannya pada saat pertunjukan reog, jenis-jenis yang dijual oleh masyarakatpun macam- macam ada bakso bakar, es krim, sosis goreng, pop ice, es cendol, dan minuman dingin, makanan ringan, pada saat itu peneliti mendapatkan informasi dari 6 orang masyarakat yang berjualan pada saat pertunjukan reog di desa mabar, kesimpulan dari sampel yang peneliti dapat bahwa mereka beranggapan dengan adanya pertunjukan reog, juga merupakan peluang usaha karena pada saat pertunjukan reog, sebagian masyarakat pada umumnya berkumpul untuk menonton pertunjukan reog, karena banyak masyarakat yang menonton mereka sebagian berinisiatif untuk berjualan dll. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan. “ ibu kalau jualan tidak tetap ,dimana ada acara ya ibu jualan disitu, kayak sekarang ini, karena ada pertunjukan reog makanya ibu jualan,lumayan lah nambah penghasilan buat nambah uang jajan anak, biasa ibu gak jualan, hanya dirumah saja, kalau ada acara hiburan baru ibu jualan” Suryati, 36 tahun. Penjual sosis goreng 4.2.3. Fungsi Pertunjukan Reog Ponorogo Pada Aspek Sosial Budaya Sadaah Soepono 1999 : 48 terbentuknya perkumpulan atau paguyuban masyarakat perantau itu terjadi karena adanya kesamaan kebutuhan antar sesama pendatang, maka diperlukan adanya suatu wadah dalam rangka persatuan dan Universitas Sumatera Utara kesatuan. Dan dari terbentuknya paguyuban terbentuklah rasa kebersamaan, untuk saling membantu, maka kegiatan yang lainnya adalah rasa kebersamaan, rasa senasib, dan sepenanggungan. Bentuk kegiatan yang terorganisir dalam paguyuban ada yang sifatnya rutin seperti agenda pertemuan dan kegiatan gotong royong. a. Kebersamaan Seperti yang dijelaskan pada buku Sadaah, perkumpulan paguyuban atau masyarakat perantauan terbentuk karena adanya rasa kebersamaan dan persatuan, peneliti akan mengkaitkan fenomena tersebut pada kelompok anggota reog Ponorogo di desa Kolam, dimana kelompok tersebut juga merupakan masyarakat perantauan yang hijrah ke daerah Sumatera utara tepatnya di Deli Serdang dengan membawa suatu kesenian khas Ponorogo sebagai cerminan dari identitas diri mereka. Rasa kebersamaan pada diri masing-masing kelompok reog yang ada di desa Kolam peneliti mengamati bahwa rasa kebersamaan mereka begitu tinggi, seperti contoh, pada saat melakukan pertunjukan reog Ponorogo, mereka sama-sama saling bekerja sama untuk melancarkan pertunjukan tersebut, salah satunya ketika para pemain alat musik ada yang merasa kelelahan, pemain yang lain langsung menggantikannya, begitu juga dengan pemain barong, apabila sudah merasa lelah kemudian tanpa diperintah salah satu anggota langsung menggantikannya, kemudian pada saat istirahat, canda dan tawa sesama anggota begitu hangat. Berikut wawancara peneliti dengan Agus 20 tahun . Universitas Sumatera Utara “kalau waktu senggang kami memanfaatkan waktu itu dengan ketawa dan bercanda, biar rasa capek bisa hilang, mau yang tua atau yang muda semua sama-sama ketawa dan bercanda mas “ b. Gotong-royong Gotong royong merupakan salah satu nilai budaya yang masih melekat pada masyarakat Indonesia, hal ini merupakan ciri nilai luhur budaya bangsa. Dalam masyarakat yang berbentuk komuniti kecil, dapat dijumpai tidak hanya di Indonesia melainkan juga diseluruh dunia. Dalam masyarakat tersebut sering tampak seolah-olah adanya rasa saling tolong-menolong, sehingga seluruh kehidupan masyarakat itu didasarkan rasa yang terkandung dalam jiwa para warganya. Di Indonesia rasa saling bantu membantu disebut dengan istilah Gotong-royong Koentjaraningrat 1992:171 dalam Sadaah 1999 Sehubungan dengan hal tersebut ada beberapa kegiatan gotong-royong yang telah dilakukan oleh kelompok kesenian reog Ponorogo di desa Kolam, dan ini akan dilaksanakan terus selama kesenian ini masih berdiri, seperti peneliti lihat yaitu pada saat ketika ada salah satu masyarakat desa Kolam yang berduka atas kematian sanak saudaranya, dan tanpa diintruksikan, anggota paguyuban reog Ponorogo sama-sama membantu baik itu dalam menghadiri doa bersama dan juga pelaksanaan penguburan dll. Kemudian selain itu juga membantu masyarakat ketika mengadakan pesta, seperti rewang, sebagai penerima tamu atau sebagai panitia acara dll. Universitas Sumatera Utara 4.2.4.Fungsi Reog Ponorogo Sebagai Hiburan Seperti yang dijelaskan oleh Sudarsono yang berpendapat bahwa pada jaman teknologi modern, secara garis besar fungsi seni pertunjukan dalam kehidupan manusia bisa dikelompokan menjadi tiga : 1 Sebagai sarana upacara, 2 Sebagai hiburan pribadi, 3 sebagai tontonan. Meskipun demikian pada jaman yang penuh perubahan ini, fungsi seni pertunjukan yang paling tua masih tetap lestari, ada yang fungsinya bergeser meskipun bentuknya tidak begitu berubah, dan ada yang fungsinya bergeser serta bentuknya berubah. Di samping itu sudah barang tentu terdapat pula bentuk-bentuk baru akibat kebutuhan dan kreativitas manusia. Dari yang sudah dijelaskan di atas, peneliti mengkaitkan pertunjukan kesenian reog Ponorogo yang ada di desa Kolam sebagai seni pertunjukan yang fungsinya sebagai penghibur atau hiburan bagi masyarakat, dilihat dari bentuk pertunjukan yang ditampilkan dan cerita-cerita yang dibawakan, adegan-adegan yang diperankan dan kemudian disuguhkan kepada penonton ataupun masyarakat dengan maksud dan tujuannya adalah untuk menghibur, seperti ketika pada saat pertunjukan, penonton terlihat begitu intim dalam pertunjukan tersebut, misalnya tertawa dan bersorak ramai sebagai ekspresi kebahagiaan. Dan pada cerita yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, kesenian reog Ponorogo dulunya adalah sebagai hiburan para kuli kontrak yang dipercaya dapat menghilangkan rasa lelah ketika saat bekerja. Universitas Sumatera Utara

4.2.5. Fungsi Kesenian Reog Ponorogo Pada Aspek Pendidikan