Tinjauan Pustaka Fungsi Kesenian Reog Ponorogo di Desa Kolam (Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten. Deli Serdang )

mempertahankan kesenian reog di tengah masyarakat yang mengalami perubahan, dan juga peran masyarakat yang andil dalam melestarikan kesenian tersebut, peneliti juga akan mengkaitkan fungsi kesenian dengan beberapa aspek diantaranya aspek ekonomi, sosial budaya dan nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian reog di desa Kolam, dimana peran kesenian sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat desa Kolam. Dari beberapa aspek tersebut, yang menjadi kajian fokus peneliti yaitu fungsi kesenian pada masyarakat desa Kolam, hal tersebut yang menjadi alasan peneliti untuk meneliti tentang ‘Fungsi kesenian reog Ponorogo di desa Kolam’. Seperti yang dikemukakan oleh Soedarsono,kesenian sebagai salah satu aspek yang berperan dalam menjaga keseimbangan antar budaya, kesenian juga berperan dalam menjalin rasa solidaritas sesama dan digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia, selain itu juga kesenian memiliki fungsi lain, misalnya makna dan simbol yang berfungsi menentukan norma untuk prilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nilai kebudayaan.

1.2 Tinjauan Pustaka

Kepustakaan merupakan salah satu sarana sumber datauntuk membantu sebuah penelitian. Walaupun penelitian ini bersifat penelitian lapangan,namun kepustakaan dalam beberapa hal dapat mendukung penelitian ini, baik sebagai sumber data maupun perbandingan dalam penelitian ini. Universitas Sumatera Utara M. Fauzannafi dalam bukunya menulis tentang kesenian reog Ponorogo “Menari Diantara Dominasi dan Keragaman” penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Zamzam Fauzannafi pada tahun 1997 bersama 12 orang mahasiswa antropologi dari UGM berkunjung ke Ponorogo dalam rangka menonton pertunjukan reog yang kemudian beliau membuat suatu buku yang dirancang tentang kesenian reog yang dilandasi rasa ketertarikan beliau terhadap kesenian reog. Dari buku ini juga sangat membantu peneliti untuk mengetahui tentang reog Ponorogo di daerah asli terciptanya kesenian reog di Kab.Ponorogo itu sendiri, yang nantinya akan menjadi bahan kajian pembanding peneliti untuk membandingkan antara pertunjukan reog yang ada di Kota Ponorogo seperti yang dijelaskan dalam buku ini dengan pertunjukan reog di desa Kolam, Kec. Percut sei tuan, Kab. Deli Serdang, Prov. Sumatera Utara yang pada dasarnya bukan daerah asli pencipta kesenian reog. Hartono 1980, dalam bukunya menyebutkan kesenian reog Ponorogo selain fungsinya sebagai hiburan juga berfungsi sebagai alat penggerak massa, apabila kesenian reog sedang dipentaskan pada suatu arena pentas, maka darimanapun berkumpulah orang-orang datang untuk melihatnya. Bunyi gamelannya dapat membakar semangat, irama dan lagunya dapat membakar juang. Djamadil dalam Hartono, 1980 tentang reog Ponorogo diantaranya yang disebutkan bahwa yang membedakan tarian ini dengan tarian daerah lain adalah adanya semacam ilmu mistik yang mempengaruhinya. Penjelasan di atas akan peneliti kaitkan apakah kesenian reog di desa Kolam memiliki pandangan yang sama seperti di atas. Universitas Sumatera Utara Menurut Soedarsono1985, Pada mulanya seni diciptakan oleh manusia melalui penghayatan akan keindahan yang dialaminya. Kemudian diekspresikan melalui berbagai bentuk-bentuknya, karena ingin mengharapkan gema sosial dari manusia di sekitarnya. Soedarsono mendefinisikan seni sebagai bentuk pengalaman bati seorang manusia, yang diekspresikan secara indah atau menarik, sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin bagi yang menghayatinya. Pengungkapan ekspresi seni tidak didorong oleh hasrat memenuhi kebutuhan pokok,tetapi merupakan usaha untuk melengkapi dan menyempurnakan derajat kemanusiaannya, memenuhi kebutuhan yang sifatnya spiritual. 8F 9 Kesenian tradisional maupun kesenian modern memiliki suatu tujuan yang sama-sama bertujuan untuk senantiasa menunjukan ekspresi maupun nilai yang yang terkandung untuk disalurkan kepada khalayak maupun individu, dan dapat diambil kesimpulan, seni bukan hanya sekedar ekspresi emosi yang dihasilkan di dalam bentuknya, akan tetapi seniman manusia pencipta senimengharapkan respon balik hasil dari penghayatan orang lain yang merupakan respon balik dari masyarakat yang bisa merasakan nilai estetika dalam bentuk karya seni tersebut. Namun hal tersebut sulit terwujud, apabila nilai dan fungsi tersebut sudah berkurang bagi orang lain, pendapat ini dikemukakan Malinowski dalam teori fungsionalnya, yang berasumsi bahwa semua unsur kebudayaan yang ada dalam masyarakat mempunyai fungsi atau bermanfaat bagi masyarakat dimanapun unsur itu terdapat dalam koentjaraningrat, 2002. 9 Soedarsono, Tinjauan Seni. Hlm 5 Universitas Sumatera Utara Teori ini sangat berkaitan dengan kajian penelitian yang nantinya peneliti kaji yaitu dilihat dari fungsi kesenian reog Ponorogo pada masyarakat di desa Kolam.Penelitian ini juga tidak hanya mengkaji tentang fungsi kesenian juga melihat dari sisi manusia yang menjadi subjeknya. Untuk itu penelitian ini menggunakan metode kualitatif ataupun etnografer yang memungkinkan peneliti mendapatkan data yang relevan dengan metode wawancara mendalam agar menghasilkan informasi yang dibutuhkan peneliti dalam perumusan masalah fungsi kesenian tradisional. Sadaah Soepono, 2000 Dari penjelasan di atas kemudian muncul asosiasi- asosiasi kedaerahan atau memimjam istilah Clifford Geertz sebagai perkumpulan- perkumpulan primordial, yang dikenal dengan istilah paguyuban, di dalamnya antar anggota saling membantu. Anggota yang sudah berhasil beradaptasi dengan kehidupan yang bukan daerah asalnya dapat membantu anggota yang belum beradaptasi. Orang yang terlibat dalam wadah tersebut dapat bernostalgia memalui berbagai macam kegiatan, seperti kesenian, bahasa, makanan, hal ini sekaligus pula dapat menumbuhkan semangat juang mereka menghadapi tantangan hidupnya. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, bahwasanya seseorang berkeinginan masuk menjadi anggota suatu paguyuban tentunya mempunyai tujuan dan harapan-harapan, begitu pula paguyubannya sendiri, haruslah dapat memenuhi gagasan sekaligus harapan anggotanya, disinilah peranan yang jelas dari suatu paguyuban. Saadah Soepono, 2000 : 47 Saadah juga mengatakan bahwa sering melihat dan semakin sering kita mendengar istilah paguyuban atau perkumpulan orang yang dengan sengaja Universitas Sumatera Utara bergabung dalam suatu wadah, dan bisa dipastikan sekumpulan orang ini memiliki kesamaan ide, keinginan, dan kebutuhan serta tujuan yang sama, yang diwujudkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan bersama. 9F 10 Peneliti akan mengkaitkan apakah dalam kesenian reog yang ada di desa Kolam membentuk suatu perkumpulan atau paguyuban dan bagaimana paguyuban atau perkumpulan anggota kesenian reog Ponorogo di desa Kolam dalam mewujudkaan ide, keinginan, dan tujuan bersama. Penelitian yang dilakukan juga ingin mengetahui bagaimana dan apa saja peran yang dilakukan kelompok reog Ponorogo dalam mempertahankan kesenian tradisional jawa di daerah yang mengalami perubahan atau lebih tepatnya daerah yang modern, sedikit penjelasan di atas peneliti akan mengkaitkan teori yang dikatakan oleh Haris Supratno dalam bukunya terbitan tahun 1996 menjelaskan yaitu antara lain: Menurut Haris Supratno, faktor kepunahan seni pertunjukan disebabkan, antara lain karena 1 semakin berkembangnya kebudayaan atau kesenian populer, 2 Semakin banyaknya hiburan melalui televisi dan radio 3 Seni pertunjukan tidak dapat beradaptasi dengan kebudayaan modern, 4 Masyarakat sudah semakin maju dan sangat sibuk sehingga tidak sempat menonton seni pertunjukan tradisional, dan 5 Masyarakat jarang mau menanggap seni pertunjukan tradisional karena pada umumnya sudah berpikir secara praktis dan hemat. 10 Kutipan dari buku ‘Keberadaan paguyuban etnis di daerah perantauan’ Saadah soepono ,hal.2 Universitas Sumatera Utara

1.3. Rumusan Masalah