2.3.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Etnis Suku
Masyarakat desa Kolam adalah mayoritas suku jawa, lihat tabel dibawah ini:
Tabel 2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis Suku No.
Suku Jumlah
1. Batak
1.329 2.
Jawa 12.142
3. Melayu
1.268 4.
Padang 83
5. Aceh
11 6.
Nias 3
7. Banjar
8 8.
Cina 17
9 India
8
Jumlah 14.869
Sumber : Kantor Kepala Desa Kolam, 2014
2.4 Sistem Kekerabatan
Penduduk desa kampung Kolam mayoritas terdiri dari suku Jawa, oleh karena itu peneliti menggunakan sistem kekerabatan masyarakat Jawa pada
umumnya.
13F
14
Dalam budaya Jawa sistem bekeluarga dalam arti luas, yaitu keluarga inti, batih, atau keluarga budaya. Sistem kekerabatan ini dilandasi oleh sikap
bergotong-royong, dengan konsep sepi ing pamrih, rame ing gawe, artinya tidak mengharapkan balasan pamrih, dan mengutamakan kerja bersama-sama.
Dalam hal ini bentuk kelompok kekerabatan yang paling kecil adalah keluarga batih, yang anggotanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya yang
belum menikah, apabila keluarga batih mempunyai kerabat satu dengan yang lain maka terbentuklah suatu kelompok kekerabatan yang disebut dengan
14
Sistem kekerabatan adalah hubungan seseorang dengan yang lain berdasarkan pertalian darah. Sistem kekerabatan yang digunakan oleh masyarakat jawa adalah kekerabatan yang dilihat
berdasarkan prinsip bilateral yaitu memperhitungkan keanggotaan kelompok melalui garis keturunan laki-laki maupun garis keturunan perempuan, maka seseorang dapat menjadi anggota
kelompok kekerabatan dari pihak ayah dan juga menjadi anggota kelompok dari pihak ibu sumber internet, diakses pada tanggal 20 Februari 2015, 16:30
Universitas Sumatera Utara
paseduluran: 1 sedulur tunggal kringkel merupakan saudara lahir dari ibu dan ayah yang sama; 2 sedulur kuwalon yaitu saudara lain ayah tetapi ibunya sama,
atau sebaliknya saudara lain ibu nemun ayahnya sama, dan saudara tiri; 3 sedulur misanan merupakan saudara satu nenek atau satu kakek, yang mencakup
kandung atau tiri; 4 sedulur mindoan adalah saudara satu buyut orang tau kakek atau nenek berlaku baik untuk saudara kandung atau tiri, 5 sedulur mentelu
yaitu saudara satu canggah buyutnya ayah dan ibu baik saudara kandung atau tiri; 6 bala yaitu yang menurut anggapan mereka masih saudara, namun dari
silsilah sudah tidak terlacak kedudukannya, dan disebabkan oleh interaksi mereka, karena kebutuhan yang erat, misalnya jenis pekerjaan sama, sering
berkomunikasi, dan sejenisnya; 7 tangga yang konsepnya tidak terbatas pada letak rumah yang berdekatan saja, tetapi dalam kepentingan tertentu mereka saling
membutuhkan. Istilah-istilah kekerabatan yang berlaku tersebut, maka dapat diketahui
status atau kedudukannya dalam kelompok kekerabatan. Istilah-istilah kekerabatan tersebut akan penulis jabarkan sebagai berikut: 1 ego
memanggilayahnya dengan sebutan bapak dan ibunya dengan sebutan simbokmbok; 2 untuk menyebut saudara laki-laki yang lebih tua dengan sebutan
kangmaskakang dan untuk saudara perempuan disebut dengan mbakyuyu, untuk saudara laki-laki yang lebih muda disebut dengan adhidhi sedangkan saudara
perempuan disebut dengan nok; 3 sebutan untuk kakak kandung ayah laki-laki adalah pakdhe dan yang perempuan budhembokde, sedangkan kepada adik ayah
laki-laki disebut dengan istilah pamanpakcikpaklek dan yang perempuan dengan sebutan bibibulikmbok;4 sebutan terhadap kakek adalah mbah lanangsimbah
Universitas Sumatera Utara
kakung sedangkan sebutan kepada nenek adalah simbah wedok sebaliknya kakek dan nenek akan menyebut ego adalah ptuwayah sedangkan ego menyebut orang
tua simbah dengan sebutan simbah buyut istilah ini dapat dipakai untuk menyebut orang tua simbah baik laki-laki maupun perempuan Emi Sujayawati, 2000:28-
29. Selain istilah tersebut, masih ada lagi istilah lain dalam kekerabatan
masyarakat Jawa, hal ini dikemukakan oleh Bratawijaya 1993:21-23 yang menyatakan istilah lain tersebut adalah keponakan atau ponakan.
Mereka ini adalah anak-anak dari kakak ego baik yang berasal dari kakak ego yang laki-laki maupun kakak ego yang perempuan, sebutan ponakan ini
dipakai untuk menyebut anak-anak kakak ego baik yang laki-laki maupun yang perempuan. Prunanperunan adalah untuk menyebut anak-anak dari adik ego baik
yang laki-laki maupun yang perempuan, baik anak adik ego itu laki-laki maupun perempuan. Misan adalah istilah untuk menyebut antara sesama cucu dari orang
yang bersaudara sekandung, Mindho adalah istikah untuk menyebut cucu ego dengan cucu saudara sepupu ego.
Kemudian ada lagi istilah kekerabatan yang terjadi, karena perkawinan yaitu : besan, mertua,ipe, peripean. Besan adalah orang tua dari pihak suami ego
dengan orang tuanya sendiri atau sebaliknya; mertua adalah hubungan antara ego dengan orang tua suamiistri. Sedangkan hubungan antara orang tua dengan pihak
istrisuami anaknya disebut mantu; ipe adalah hubungan antara istrisuami dengan saudara sekandung pihak suamiistri; peripean adalah hubungan antara sesama
menantu Emi Sujayawati, 2000:30. Masyarakat Jawa juga mengenal adanya kelompok kekerabatan yang dinamakan alur waris. Alur waris ini merupakan
Universitas Sumatera Utara
suatu bentuk kelompok yang berasal dari satu nenek moyang, terdiri dari 6-7 angkatan atau lebih yang berasal dari satu nenek moyang, sehingga diantara
anggota kelompok kekerabatan tersebut sulit untuk saling mengenal.
2.5. Sistem Religi