Pengalaman Penelitian 2. Teknik Pengumpulan Data

c. Informan biasa merupakan mereka yang dapat memberikan informasi tentang fungsi dan manfaat maupun pengaruh dari adanya pertunjukan reog, untuk informan biasa peneliti memilih masyarakat setempat atau penonton pada pertunjukan reog di desa Kolam. • Pengumpulan data sekunder Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh langsung dari objek penelitian.Pengumpulan data yang dilakukan adalah:Penelitian kepustakaan, yaitu dengan cara mengumpulkan data melalui buku-buku ilmiah,tulisan,karangan ilmiah yang berkaitan dengan penelitian. a. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau foto-foto yang ada di lokasi penelitian serta sumber- sumber lain yang relevan dengan objek penelitian

1.5.3. Pengalaman Penelitian

Tujuan utama saya pertama-tama saya akan mendatangi rumah lek Heri, lek Heri adalah saudara sepupu dari ibu saya, dan sekaligus lek Heri yang nantinya akan membantu saya untuk menunjukan tempat lokasi penelitian, jarak tempuh dari kota Medan ke tempat lokasi penelitian jika menggunakan sepeda motor memakan waktu 1 jam, pada kunjungan pertama saya, saat itu saya tiba kemalaman, alih-alih sayapun pastinya tidak akan menyia-nyiakan kunjungan ke desa tersebut, lalu saya berinisiatif memastikan keberadaan kesenian reog pada masyarakat desa Kolam, dan mencari informasi tentang kehidupan masyarakat Universitas Sumatera Utara desa Kolam dan juga sedikit menyinggung masalah desa tersebut, dan menurut pengakuan lek Heri yang sudah lama tinggal disini dan lahir di desa ini, dia menceritakan tentang sejarah dan kejadian masa lampau tentang desa Kolam, menurutnya desa Kolam waktu pada jaman pemerintahan Suharto dan jaman G- 30SPKI desa Kolam ini dahulunya adalah tempat pembantaian masal dan buktinya masih ada yaitu dalam bentuk tugu yang saat itu saya tidak sempat melihat, setelah asik mengobrol di sebuah warung dengan lek Heri ,karena waktu sudah larut malam, kami pun berpamitan pulang. Tanggal 27 januari saya kembali berkunjung di desa Kolam, kali ini saya hanya seorang diri, kunjungan saya kali ini adalah ke rumah seorang pendiri reog di desa tersebut, waktu itu menunjukan tepat pukul 03.00 sore, setibanya saya dirumah pendiri reog Ponorogo, terlebih dahulu saya memperkenalkan diri, kebetulan mbah Supandi pada hari itu sedang berada di rumah. Mbah Supandi adalah seorang pendiri reog yang tertua di desa tersebut, kemudian saya pun menjelaskan maksud kedatangan saya, setelah saya menjelaskan tentang maksud kedatangan saya, mbah supandi langsung merespon saya dan dengan senang hati beliau akan membantu penelitian saya terkait mengenai kesenian reog di desa tersebut. Saat kami berbincang-bincang, kemudian datang seorang dengan menggunakan kaos hitam dengan gambar reog Ponorogo dan menggunakan celana gombor dan ikat pinggang yang terbuat dari kain panjang seperti pemain reog, ternyata yang datang adalah anak dari mbah Supandi, namanya adalah Pak Selamet, beliau adalah pelatih tari reog didesa tersebut, menurut cerita yang saya dengar dari mbah supandi, pak selamet adalah pelatih tari yang sudah sangat berpengalaman, bahkan beliau juga sering pergi ke luar negeri dengan tujuan Universitas Sumatera Utara dalam melestarikan kesenian reog. Waktu menunjukan pukul 18.00 sore akhirnya sayapun berpamitan, sebelum itu saya diberitahu oleh mereka bahwa tanggal 30 januari ada pertunjukan reog Ponorogo di daerah mabar Kec. Tanjung mulia, karena hanya tinggal beberapa hari lagi, sayapun memutuskan untuk tidak kembali ke medan, untuk sementara saya tinggal tempat lek heri selama 2 hari. Tanggal 30 januari 2015, saya langsung berkunjung ke daerah mabar untuk melihat pertunjukan kesenian reog Ponorogo, dengan membawa peralatan penelitian dalam mengumpulkan data seperti buku, alat tulis, kamera, dan interview guide yang sudah dipersiapkan untuk wawancara, akhirnya pukul 09.00 saya berangkat, waktu jarak tempuh ke lokasi pertunjukan sekitar 45 menit. Akhirnya saya tiba dilokasi, dan saya melihat pada saat itu lokasi pertunjukan atau tempat pesta masih sepi, sembari menunggu rombongan reog yang masih dijalan, saya kemudian mendatangi rumah yang mengadakan pesta, dan saya kemudian mendekati seorang bapak yang punya rumah, saat itu saya lihat beliau sedang santai mendengarkan musik dangdut dari keyboard di atas panggung yang berada tepat didepan rumahnya, lalu saya menghampiri dan berkenalan perihal maksud saya untuk menanyakan alasan kenapa beliau menanggap pertunjukan reog Ponorogo. Waktu menunjukan pukul 10.00 Wib, para rombongan reog akhirnya tiba dilokasi, perjalanan mereka menggunakan mobil pik up dengan gerobak terbuka, kemudian saya hampiri Mbah Supandi yang baru saja keluar dari dalam mobil tersebut, tanpa diintruksikan oleh saya, rupanya mbah Supandi sudah paham dengan apa yang saya pikirkan, kemudian mbah Supandi memperkenalkan saya kepada anggota-anggotanya. Universitas Sumatera Utara Setelah semua alat musik sudah disusun, dan para pemain sudah didandani dan memakai kostum, pertunjukan akhirnya dimulai dengan memulai memainkan alat musik gendang dan teriakan hokke..hokke..dari pemain reog kemudian disusul dengan memainkan slompret yang dimainkan oleh pak selamet, ketika itu saya lihat mbah supandi sedang memberikan intruksi kepada anak-anak agar tidak terlalu merapat pada arena pertunjukan dan ketika itu saya melihat juga para penonton yang dewasa juga membantu mengamankan arena pertunjukan agar tidak terlalu sempit. Pertunjukanpun berlangsung secara hikmat, semakin keras pukulan gendang yang dimainkan maka semakin ramai pula orang-orang yang berdatangan untuk melihat pertunjukan, berbagai kalangan ikut meramaikan pertunjukan itu, mulai dari anak-anak hingga yang dewasa turut menikmati pertunjukan itu, bahkan berbagai macam cara mereka untuk menghibur diri sendiri, ada yang berfoto selfie dengan para pemain reog, ada juga berfoto dengan topeng dhadak merak, seolah-olah dihari itu adalah moment yang sangat dinantikan sehingga mereka tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menunjukan eksistensinya dengan berbagai macam cara. Begitu juga dengan saya yang tidak ambil diam untuk menyaksikan pertunjukan itu, sayapun kemudian mengabadikan moment itu dengan foto dan rekaman video. Panasnya terik matahari di hari itu, tidak menyurutkan semangat mereka untuk tetap mempertunjukan keahlian semua pemain reog, alunan musik yang dimainkan semakin memberi irama pembakar semangat, para penari pun tidak mau kalah, mereka sangat begitu menguasai dari setiap gerakan dan begitu lihai lekuk tarian yang mengikuti irama tersebut, begitu juga dengan penari Universitas Sumatera Utara baronganyang terlihat begitu semangat dengan gerakan tarian yang dipadukan pada tarian bela diri ataupun pencak silat. Setelah acara pembukaan telah selesai, kemudian semua para pemain siap- siap untuk melakukan iring-iringan keliling desa, ketika itu penulis melihat masing-masing para anggota langsung mengambil peran masing-masing, pada iring-iringan tersebut, susunan barisan kelompok reog yaitu untuk barisan depan itu anak empunya hajat yang menunggangi kuda lalu di susul barisan penari jhatil yang sedang menari, kemudian dibelakangnya pemain dhadak merak, dan juga untuk barisan paling belakang yaitu pemain cerawitan . Waktu sudah menunjukan pukul 12.00 siang, tabuhan gendang tiada henti mengeluarkan suara penggugah semangat, walaupun pada hari ini teriknya sinar matahari yang tepat berada di atas kepala tidak menyurutkan semangat mereka untuk tetap terus memainkan peran mereka masing-masing, bahkan orang-orang semakin ramai ikut serta dalam iring-iringan tersebut. Pengalaman yang dirasakan saat penelitian, membawa suatu yang berbeda dimana dalam konteks ini peneliti kurang begitu memahami budaya maupun kesenian jawa, karena sampai saat ini peneliti hidup di daerah lingkungan yang bukan daerah jawa, jadi kesan dalam penelitian ini memberikan nilai dan wawasan yang baru bagi peneliti, pengalaman selama dilapangan sangat begitu menyenangkan dan bahkan hampir tidak ditemukan konflik atau masalah saat penelitian. Informan yang dimintai keterangan terkait mengenai penelitian ini semuanya merespon baik dan semua informan yang peneliti jumpai sangat begitu ramah. Universitas Sumatera Utara BAB II GAMBARAN UMUM DESA KOLAM

2.1. Sejarah Masuknya Suku Jawadi Desa Kolam