Pentingnya Memahami Ekonomi Spasial

secara metodologis model tersebut mempunyai beberapa keterbatasan. Hal ini antara lain disebabkan karena asumsi yang melandasi penggunaan model ini yaitu: 1 Keseragaman. Setiap sektor hanya memproduksi satu jenis output yang seragam homogeneity dari susunan input tunggal. Antara output suatu sektor dengan output sektor lainnya tidak dapat saling mensubstitusi. 2 Kesebandingan. Kenaikan penggunaan input berbanding lurus dengan kenaikan output proportionality, yang berarti perubahan tingkat output tertentu akan selalu didahului oleh perubahan pemakaian input yang sebanding. Dengan kata lain, setiap sektor hanya memiliki satu fungsi produksi dimana input berhubungan secara fixed proportional. Asumsi ini menyampingkan pengaruh skala ekonomis, artinya makin banyak output yang dihasilkan, biaya produksi per unit makin kecil sehingga penggunaan input antara semakin efisien. 3 Penjumlahan. Efek total dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan additivity dari proses produksi masing-masing sektor secara terpisah. Ini berarti seluruh pengaruh di luar sistem input- output diabaikan.

2.6 Pentingnya Memahami Ekonomi Spasial

Sampai dengan waktu ini, sudah banyak pihak yang melakukan studi tentang model perkembangan ekonomi nasional secara agregat, baik yang dilakukan secara individual maupun institusi. Salah satu tujuan studi demikian adalah untuk menangkap dampak perubahan variabel-variabel kebijakan atau variabel yang dieksogenkan ke dalam perekonomian. Menurut Muchdie l998b, model-model ekonomi agregat demikian tidak lagi memadai karena tidak dapat menggambarkan aspek ruang suatu perekonomian, baik dalam pelaksanaan kegiatan maupun dalam pemanfaatan hasil pembangunan. Demikian pula dengan model I-O nasional atau daerah, yang digunakan untuk mengukur dampak perubahan permintaan akhir terhadap perekonomian, tidak mampu menggambarkan aspek ruang perekonomian nasional atau daerah. Jadi model I-O tidak terlalu banyak manfaatnya bagi perencanaan pembangunan dan evaluasinya yang telah merasuk ke dalam dimensi ruang. Oleh karena itu sekarang dibutuhkan model yang mampu memberikan analisis tentang dampak langsung, tidak langsung dan yang terimbas induced effect dari kegiatan pembangunan yang memasukkan aspek keruangan. Model Interregional Input- Output IRIO memiliki kapasitas tersebut. Apalagi, Indonesia adalah suatu negara yang terdiri atas beribu-ribu pulau dengan beragam suku bangsa, adat istiadat, tingkat teknologi dan perkembangan ekonomi yang berbeda antardaerah atau antarpulau, adalah sangat riskan untuk mengabaikan aspek ruang, aspek daerah dan wilayah. Uppal 1986 mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi telah diikuti oleh semakin buruknya pemerataan pendapatan adalah merupakan suatu bukti pengabaian terhadap dimensi ruang dalam pembangunan. Kameo dan Rietvield 1987 mengatakan bahwa tidak ditemukan kecenderungan penurunan ketidakmerataan pendapatan per kapita antardaerah di Indonesia dalam periode 1975-1982. Toyomane 1988 dalam Muchdie 1998a, berpandapat bahwa dipandang dari sudut nasional, ketidakmerataan antarwilayah merupakan hal yang sangat peka dengan cara apa pun harus dihindari.

2.7 Pentingnya Menerapkan Model IRIO dalam Analisis Ekonomi Sektoral dan Spasial