Struktur Nilai Tambah Bruto 75.37

4.3 Struktur Nilai Tambah Bruto

Nilai tambah bruto adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Dalam tabel I-O interregional ini, nilai tambah dirinci lagi menurut: 1 upah dan gaji, 2 surplus usaha sewa, bunga, dan keuntungan, 3 penyusutan, 4 pajak tidak langsung, dan 5 subsidi. Besarnya nilai tambah tiap sektor ditentukan secara bersama-sama oleh besarnya output besarnya nilai produksi yang dihasilkan dalam proses produksi dan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Oleh karena itu, suatu sektor yang memiliki nilai output besar belum tentu memiliki nilai tambah yang besar juga, karena masih tergantung pula dari berapa besar biaya produksi yang dikeluarkan. Secara nasional, distribusi nilai tambah di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 13. Proporsi dari total nilai tambah di DKI Jakarta sangat tinggi, yaitu sebesar 17.48 dibandingkan total nasional. Apabila dilihat dari masing-masing komponennya, maka komponen upah dan gaji memiliki proporsi terbesar dibandingkan yang lainnya yaitu sebesar 19.65 dari total nasional. Sedangkan untuk wilayah Bodetabek, proporsi total nilai tambah yang dihasilkan adalah sebesar 7.15 dari total nasional. Tabel 13 Distribusi nilai tambah di Indonesia, 2005 dalam persen No. Keterangan DKI Jakarta Bodetabek Sisa Indonesia Indonesia 1 Upah Gaji 19.65 7.60 72.74 100.00 2 Surplus Usaha 18.55 7.41 74.04 100.00 3 Penyusutan 13.96 5.89 80.15 100.00 4 Pajak Tak Langsung 1.96 3.53 94.51 100.00 5 Subsidi 12.73 0.00 87.27 100.00 Jumlah 17.48

7.15 75.37

100.00 Sumber: Hasil Analisis Seperti halnya di DKI Jakarta, Bodetabek juga memiliki proporsi komponen upah dan gaji paling tinggi dibandingkan dengan komponen lainnya, yaitu sebesar 7.60 dari total nasional. Berbeda dengan Sisa Indonesia, yang memiliki proporsi komponen pajak tak langsung paling tinggi yaitu sebesar 94.51. Struktur nilai tambah bruto sektor produksi di DKI Jakarta secara lengkap disajikan pada Lampiran 44. Sedangkan pada Tabel 14 disajikan lima sektor produksi di DKI Jakarta yang memberikan nilai tambah bruto terbesar secara berturut-turut adalah: sektor bank dan lembaga keuangan lainnya senilai Rp61.034 milyar atau setara dengan 20.67; sektor industri senilai Rp51.178 milyar atau setara dengan 17.33; sektor perdagangan senilai Rp49.097 milyar atau setara dengan 16.63; sektor usaha bangunan dan jasa perusahaan senilai Rp29.840 milyar atau setara dengan 10.11; serta sektor bangunan senilai Rp29.095 milyar atau setara dengan 9.85. Tabel 14 Lima sektor produksi terbesar menurut nilai tambah bruto di DKI Jakarta, 2005 No. Sektor Perekonomian Nilai Milyar Rp. 1 Bank Lembaga Keuangan Lainnya 61,034 20.67 2 Industri 51,178 17.33 3 Perdagangan 49,097 16.63 4 Usaha Bangunan Jasa Perusahaan 29,840 10.11 5 Bangunan 29,095 9.85 Jumlah 220,244 74.59 6 Sektor Lainnya 75,026 25.41 Total DKI Jakarta 295,270 100.00 Sumber: Hasil Analisis Struktur nilai tambah bruto sektor produksi di Bodetabek secara lengkap disajikan pada Lampiran 45. Pada Tabel 15 disajikan lima sektor produksi di Bodetabek yang memberikan nilai tambah bruto terbesar secara berturut-turut adalah: sektor industri senilai Rp71.071 milyar atau setara dengan 62.20; sektor perdagangan senilai Rp17.651 milyar atau setara dengan 14.62; sektor listrik dan air minum senilai Rp3.418 milyar atau setara dengan 2.83; sektor angkutan darat senilai Rp3.218 milyar atau setara dengan 2.67; serta sektor restoran dan hotel senilai Rp3.213 milyar atau setara dengan 2.66. Tabel 15 Lima sektor produksi terbesar menurut nilai tambah bruto di Bodetabek, 2005 No. Sektor Perekonomian Nilai Milyar Rp. 1 Industri 75,071 62.20 2 Perdagangan 17,651 14.62 3 Listrik dan Air Minum 3,418 2.83 4 Angkutan Darat 3,218 2.67 5 Restoran dan Hotel 3,213 2.66 Jumlah 102,570 84.98 6 Sektor Lainnya 18,126 15.02 Total Bodetabek 120,696 100.00 Sumber: Hasil Analisis Struktur nilai tambah bruto sektor produksi di Sisa Indonesia secara lengkap disajikan pada Lampiran 46. Sedangkan pada Tabel 16 disajikan lima sektor produksi di Sisa Indonesia yang memberikan nilai tambah bruto terbesar secara berturut-turut adalah: sektor industri Rp309.579 milyar atau setara dengan 24.32; sektor perdagangan senilai Rp198.786 milyar atau setara dengan 15.62; sektor pertambangan dan penggalian senilai Rp151.402 milyar atau setara dengan 11.89; sektor tanaman bahan makanan senilai Rp128.617 milyar atau setara dengan 10.10; serta sektor pemerintah dan hankam senilai Rp77.833 milyar atau setara dengan 6.11. Tabel 16 Lima sektor produksi terbesar menurut nilai tambah bruto di Sisa Indonesia, 2005 No. Sektor Perekonomian Nilai Milyar Rp. 1 Industri 309,579 24.32 2 Perdagangan 198,786 15.62 3 Pertambangan dan Penggalian 151,402 11.89 4 Tanaman Bahan Makanan 128,617 10.10 5 Pemerintah dan Hankam 77,833 6.11 Jumlah 866,216 68.05 6 Sektor Lainnya 406,766 31.95 Total Sisa Indonesia 1,272,982 100.00 Sumber: Hasil Analisis Selain itu, di tiap wilayah dapat juga dibandingkan tiap komponennya. Pada Tabel 17 disajikan distribusi nilai tambah bruto menurut komponennya di masing-masing wilayah. Di seluruh wilayah, komponen surplus usaha serta upah gaji merupakan komponen dengan persentase tertinggi dibandingkan dengan komponen lainnya. Komponen surplus usaha memberikan sumbangan terbesar urutan pertama, sedangkan komponen upah dan gaji ada diurutan kedua. Padahal upah dan gaji adalah satu-satunya komponen nilai tambah yang langsung diterima dibawa pulang oleh pekerja. Sebaliknya, komponen surplus usaha merupakan nilai tambah yang diterima oleh pengusaha entrepreneurship nilainya lebih besar bila dibandingkan dengan upah dan gaji. Surplus usaha belum tentu dapat langsung dinikmati oleh masyarakat, karena surplus usaha tersebut sebagian ada yang disimpan atau ditahan di perusahaan dalam bentuk laba ditahan retained earnings. Tabel 17 Distribusi nilai tambah menurut komponennya di Indonesia, 2005 No Keterangan DKI Jakarta Bodetabek Sisa Indonesia Indonesia Milyar Milyar Milyar Milyar 1 Upah Gaji 99,139 33.58 38,366 31.79 367,005 28.83 367,065 29.87 2 Surplus Usaha 176,089 59.64 70,365 58.30 702,853 55.21 702,966 56.21 3 Penyusutan 19,353 6.55 8,160 6.76 111,127 8.73 111,142 8.21 4 Pajak Tak Langsung 2,109 0.71 3,805 3.15 101,730 7.99 101,741 6.37 5 Subsidi -1,420 -0.48 0.00 -9,733 -0.76 -9,734 -0.66 Jum lah 295,270 100.00 120,696 100.00 1,272,982 100.00 1,273,182 100.00 Sumber: Hasil Analisis Untuk DKI Jakarta komponen-komponen tersebut memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah Bodetabek dan Sisa Indonesia. Komponen surplus usaha yang tinggi di DKI Jakarta mendorong investasi masuk ke DKI Jakarta, dibandingkan dengan wilayah lainnya. Sedangkan komponen upah gaji yang tinggi di DKI Jakarta mengakibatkan tingginya tingkat migrasi masuk ke DKI Jakarta.

4.4 Struktur Permintaan Akhir