Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan awalnya diidentifikasikan dengan pertumbuhan ekonomi. Dalam pandangan ini, faktor penentu dalam strategi pembangunan berorientasi pada tabungan nasional, pembentukan modal atau investasi, dan bantuan asing. Strategi ini terpusat pada bagaimana menarik dan menanamkan faktor- faktor tersebut secara terarah sehingga menimbulkan efek pertumbuhan. Menurut model perubahan struktural yang dikemukakan oleh Chenery dalam Todaro 2004 pembangunan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perubahan ekonomi yang berkaitan dengan transisi dari pola perekonomian agraris ke perekonomian industri, akumulasi modal fisik dan manusia, transformasi produksi, perubahan komposisi permintaan konsumen, perdagangan internasional dan sumberdaya, serta faktor lainnya yang dapat meningkatkan pendapatan. Selanjutnya dianggap bahwa dengan pertumbuhan ekonomi hasil pembangunan akan dinikmati melalui proses merambat ke bawah trickling-down effect sehingga menciptakan lapangan pekerjaan dan berbagai peluang ekonomi yang pada akhirnya akan menumbuhkan dan menyebarkan distribusi hasil hasil pertumbuhan ekonomi secara lebih merata. Strategi ini kemudian dikenal sebagai strategi pertumbuhan. Namun sebagai akibat diberlakukannya strategi pertumbuhan ini muncul adanya ketimpangan pendapatan yang semakin tinggi. Pembangunan ekonomi bukan lagi menciptakan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, melainkan juga bagaimana menanggulangi ketimpangan pendapatan yang semakin melebar antara kota desa dan antardaerah. Irma Adelman dan Morris dalam studinya menyebutkan bahwa untuk mengurangi kekurangan yang muncul pada strategi pertumbuhan, maka pembangunan tidak terfokus pada pertumbuhan ekonomi, namun juga mempertimbangkan bagaimana mendistribusikan hasil pembangunan. Kendati sebagian pendapat mengatakan strategi ini, yang dikenal sebagai strategi pemerataan, sudah mengakomodir unsur pemerataan dibanding model sebelumnya namun model pertumbuhan pemerataan juga belum mampu memecahkan masalah pokok yang dihadapi negara-negara sedang berkembang seperti pengangguran masal, kemiskinan struktural dan kepincangan sosial Suroso, 1995. Berdasarkan pada masalah- masalah tersebut, muncul suatu teori ketergantungan yang strateginya memilih menghilangkan penyebab ketergantungan itu. Teori ketergantungan muncul dari pertemuan ahli-ahli ekonomi Amerika Latin pada Tahun 1965 di Mexico City. Salah satu yang menarik dari teori ketergantungan adalah munculnya istilah dualisme kaya miskin, utara-selatan, dan desa-kota. Pembangunan yang berwawasan ruang ekonomi regional tersirat secara nyata dalam argumentasinya Myrdall dan Hirschman yang mengemukakan sebab-sebab kurang mampunya daerah miskin berkembang cepat seperti yang terjadi di daerah yang lebih kaya Suroso, 1995. Kurang maju dan kurang mampunya daerah-daerah miskin untuk membangun dengan cepat disebabkan oleh terdapatnya beberapa keadaan yang disebut Myrdall dengan back-wash effects, yang menyebabkan daerah miskin menghadapi lebih banyak hambatan dalam mengembangkan ekonominya. Dalam pembangunan daerah kaya memang ada spread-effects pengaruh menyebar, tetapi pada umumnya spread-effects yang terjadi adalah jauh lebih lemah dari back-wash effects nya sehingga secara keseluruhan pembangunan daerah yang lebih kaya akan memperlambat jalannya pembangunan di daerah miskin. Menurut teori pembangunan perubahan struktural modernisasi, pembangunan diarahkan untuk mencapai suatu struktura perekonomian yang dicirikan dengan semakin meningkatnya pangsa relatif sektor industri dan jasa serta menurunnya pangsa relatif sektor pertanian dalam perekonomian wilayah atau perekonomian nasional. Proses transformasi struktural tersebut harus dilakukan jika menginginkan pertumbuhan ekonomi Suroso, 1995. Lewis dalam Todaro 2004 menyatakan proses pembangunan yang terjadi antara daerah kota dan desa ditandai dengan transformasi tenaga kerja dan output sektor tradisional ke sektor modern. Sektor tradisional, yang bertumpu pada sektor pertanian, mengalami surplus tenaga kerja, sedangkan sektor modern, yang bertumpu pada sektor industri, memiliki tingkat produktifitas yang tinggi dan menjadi tempat penampungan tenaga kerja. Kecepatan transformasi struktural ini ditentukan oleh tingkat investasi dan akumulasi modal secara keseluruhan di sektor industri.

2.2 Teori Pusat Pertumbuhan Growth Pole Theory