Sistem Manajemen Basis Model Verifikasi dan Validasi Model
Verifikasi dan validasi model, yaitu suatu proses iterative yang berupa pengujian berturut-turut sebagai penyempurnaan model. Dalam tahap ini akan
dilihat apakah model yang dibangun dapat mewakili realitas yang dikaji. Suatu model baru dapat dikatakan baik karena konsistensinya, di mana hasil yang
diperoleh tidak bervariasi lagi. Tahap verifikasi dan validasi model merupakan tahap penting dalam
menentukan tingkat keyakinan bahwa suatu model yang dikembangkan telah cukup mewakili dari permasalahan atau sistem yang dianalisis. Verifikasi dan
validasi model dapat dilakukan melalui beberapa cara: 1 melakukan uji statistik dengan memasukkan data empiris ke dalam model; 2 pengujian kesesuaian
antara hasil keluaran model dengan kenyataan nyata, dan 3 review oleh ahli. Dalam penelitian ini, verifikasi dilakukan pada tahap penyusunan model,
sedangkan proses validasi dilakukan melalui 2 tahap, yaitu validasi pada tahap penyusunan model validation by construct dan validasi pada tahap pengujian
hasil validation by result. Validasi hasil dimaksudkan untuk menilai keabsahan teori dan asumsi-asumsi yang digunakan, serta metode pengukuran
pengumpulan data. Validasi hasil dimaksudkan untuk menilai kesesuaian antara keluaran dari model dan keluaran dari sistem yang sebenarnya.
Hasil rekayasa model pengembangan PP diimplementasikan ke dalam bentuk model paket program komputer. Aplikasi SISBANGPEL sudah terintegrasi
menjadi satu dan siap dipakai atau diinstal pengguna. Verifikasi dan validasi model dilakukan terhadap data rencana pengembangan PPSC.
120
Tabel 38 Keluaran sub model analisis prakiraan jumlah armada perikanan di PPSC berdasarkan alat tangkap tahun 2006-2010
Armada perikanan berdasarkan alat tangkap Tahun
Gill net Trammel net
Long line Lain-lain Jumlah
2006 119 326
125 58 628 2007 123
345 131 58 657
2008 121 335
128 58 642 2009 122
340 129 58 649
2010 121 338
128 58 645 Tabel 39 Keluaran sub model analisis prakiraan jumlah kunjungan kapal masuk
di PPSC tahun 2006-2010 Ukuran Kapal
Tahun 10 GT
10-20 GT 20-30 GT
30 GT Jumlah
2006 337
912 1 011
353 2 613
2007 345
894 1 017
353 2 609
2008 341
903 1 014
353 2 611
2009 343
898 1 016
353 2 610
2010 342
901 1 015
353 2 611
Tabel 40 Keluaran sub model analisis prakiraan jumlah kapal keluar dari PPSC tahun 2006-2010
Ukuran Kapal Tahun
10 GT 10-20 GT
20-30 GT 30 GT
Jumlah 2006 303 923
664 86 1
976 2007 291 927
691 87 1
996 2008 297 925
678 86 1
986 2009 294 926
684 87 1
991 2010 296 925
681 87 1
989 Tabel 41 Keluaran analisis prakiraan untuk armada perikanan yang melakukan
aktivitas bongkar berdasarkan alat tangkap di PPSC tahun 2006-2010 Jenis Kapal Bongkar
Tahun Trammel net
Gill net Long line
Jumlah 2006
1 121 730
107 1 958
2007 1 124
732 106
1 962 2008
1 122 731
107 1 960
2009 1 123
732 107
1 962 2010
1 123 731
108 1 962
121
Tabel 42 Keluaran sub model analisis prakiraan jumlah kapal yang menggunakan jasa docking di PPSC tahun 2006-2010
Tahun Jumlah Kapal
2006 236 2007 238
2008 237 2009 238
2010 237
50 100
150 200
250 300
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN
KAP A
L G
ILL N E
T UNI
T
Aktual Prakiraan
Gambar 37 Prakiraan jumlah kapal gill net.
50 100
150 200
250 300
350 400
450 500
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN
KAP A
L T
RAM M
E L
NE T
UNI T
Aktual Prakiraan
Gambar 38 Prakiraan jumlah kapal trammel net.
122
50 100
150 200
250
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN
KAP AL
LO N
G LI
N E
U N
IT
Aktual Perkiraan
Gambar 39 Prakiraan jumlah kapal long line.
10 20
30 40
50 60
70
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN
K A
P A
L LA IN
U N
IT
Aktual Prakiraan
Gambar 40 Prakiraan jumlah kapal lain.
100 200
300 400
500 600
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN
KAP AL
10 G T
UNI T
Aktual Prakiraan
Gambar 41 Prakiraan jumlah kunjungan kapal 10 GT.
123
100 200
300 400
500 600
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Agust
Sep Okt
Nov Des
BULAN KA
P A
L 1
G T
U NI
T
Gambar 42 Kecenderungan rata-rata kunjungan kapal 10 GT bulanan di PPSC tahun 1996-2005.
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
4500 5000
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN
K A
P A
L 10-
20 G T
U N
IT
Aktual Prakiraan
Gambar 43 Prakiraan jumlah kunjungan kapal 10-20 GT.
50 100
150 200
250 300
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Agust
Sep Okt
Nov Des
BULAN KAPAL 1
-2 G
T UNI
T
Gambar 44 Kecenderungan rata-rata kunjungan kapal 10-20 GT bulanan di PPSC tahun 1996-2005.
124
500 1000
1500 2000
2500 3000
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN
KAP AL
20- 30 G
T UNI
T
Aktual Prakiraan
Gambar 45 Prakiraan jumlah kunjungan kapal 20-30 GT.
20 40
60 80
100 120
140 160
180 200
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Agust
Sep Okt
Nov Des
BULAN K
A P
A L
20- 30 G
T U
N IT
Gambar 46 Kecenderungan rata-rata kunjungan kapal 20-30 GT bulanan di PPSC tahun 1996-2005.
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
1800
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN
KAP A
L 3
G T
UNI T
Aktual Prakiraan
Gambar 47 Prakiraan jumlah kunjungan kapal 30 GT.
125
20 40
60 80
100 120
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Agust
Sep Okt
Nov Des
BULAN KA
PA L
3 G
T UNI
T
Gambar 48 Kecenderungan rata-rata kunjungan kapal 30 GT bulanan di PPSC tahun 1996-2005.
100 200
300 400
500 600
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN
KAP A
L 10 G
T UNI
T
Aktual Prakiraan
Gambar 49 Prakiraan jumlah kapal keluar 10 GT.
100 200
300 400
500 600
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Agust
Sep Okt
Nov Des
BULAN KAP
AL 1
G T
U NI
T
Gambar 50 Kecenderungan rata-rata kapal keluar 10 GT bulanan di PPSC tahun 1996-2005.
126
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
4500
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN
KAP AL
1 -2
G T
UNI T
Aktual Prakiraan
Gambar 51 Prakiraan jumlah kapal keluar 10-20 GT.
50 100
150 200
250 300
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Agust
Sep Okt
Nov Des
BULAN KAP
AL 1
-2 G
T UNI
T
Gambar 52 Kecenderungan rata-rata kapal keluar 10-20 GT bulanan di PPSC tahun 1996-2005.
500 1000
1500 2000
2500
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN
KA P
AL 2
-3 G
T UNI
T
Aktual Prakiraan
Gambar 53 Prakiraan jumlah kapal keluar 20-30 GT.
127
20 40
60 80
100 120
140 160
180 200
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Agust
Sep Okt
Nov Des
BULAN K
A P
A L
2 -3
G T
U N
IT
Gambar 54 Kecenderungan rata-rata kapal keluar 20-30 GT bulanan di PPSC tahun 1996-2005.
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
1800
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN
KAP AL
3 G
T UNI
T
Aktual Prakiraan
Gambar 55 Prakiraan jumlah kapal keluar 30 GT.
20 40
60 80
100 120
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Agust
Sep Okt
Nov Des
BULAN KAP
AL 3
G T
U NI
T
Gambar 56 Kecenderungan rata-rata kapal keluar 30 GT bulanan di PPSC tahun 1996-2005.
128
1000 2000
3000 4000
5000 6000
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
TAHUN KAP
AL T
RAM M
E L
NE T
UNI T
Aktual Prakiraan
Gambar 57 Prakiraan jumlah kapal trammel net yang bongkar.
50 100
150 200
250 300
350 400
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Agust
Sep Okt
Nov Des
BULAN KA
PAL TRAM
M EL NET
U N
IT
Gambar 58 Kecenderungan rata-rata kapal trammel net yang bongkar bulanan di PPSC tahun 1996-2005.
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN
KAP A
L G
ILL N E
T UNI
T
Aktual Prakiraan
Gambar 59 Prakiraan jumlah kapal gill net yang bongkar.
129
50 100
150 200
250 300
350
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Agust
Sep Okt
Nov Des
BULAN KAP
AL G
ILL N E
T U
N IT
Gambar 60 Kecenderungan rata-rata kapal gill net yang bongkar bulanan di PPSC tahun 1996-2005.
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN
KAP AL
LO N
G LI
N E
U N
IT
Aktual Prakiraan
Gambar 61 Prakiraan jumlah kapal long line yang bongkar.
10 20
30 40
50 60
70 80
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Agust
Sep Okt
Nov Des
BULAN KAP
AL LO
NG LI
N E
UNI T
Gambar 62 Kecenderungan rata-rata kapal long line yang bongkar bulanan di PPSC tahun 1996-2005.
130
50 100
150 200
250 300
350
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN
J UM
L AH
K AP
A L
U NI
T
Aktual Prakiraan
Gambar 63 Prakiraan jumlah kapal docking.
18 19
20 21
22 23
24 25
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Agust
Sep Okt
Nov Des
BULAN KA
P A
L DO
C KI
N G
UN IT
Gambar 64 Kecenderungan rata-rata kapal docking bulanan di PPSC tahun 1996-2005.
Penyaluran Perbekalan Kapal
Keluaran sub model analisis prakiraan jumlah penyaluran perbekalan kapal di PPSC dapat dilihat pada Tabel 43. Tampilan grafik prakiraan kebutuhan
logistik tahunan dan bulanan di PPSC tampak pada Gambar 65–70. Tabel 43 Keluaran sub model analisis prakiraan distribusi logistik di PPSC tahun
2006-2010 Kebutuhan
Tahun Solar Ton
Es Balok Air m
3
2006 12 937.60
147 061.00 3 218.13
2007 12 852.70
149 137.00 3 294.44
2008 12 895.20
148 099.00 3 256.28
2009 12 873.90
148 618.00 3 275.36
2010 12 884.50
148 358.00 3 265.82
131
100000 200000
300000 400000
500000
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN
ES B A
L O
K
Aktual Prakiraan
Gambar 65 Prakiraan kebutuhan logistik es.
5,000 10,000
15,000 20,000
25,000 30,000
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Agust
Sep Okt
Nov Des
BULAN ES
BALOK
Gambar 66 Kecenderungan rata-rata kebutuhan logistik es bulanan di PPSC tahun 1996-2005.
2000 4000
6000 8000
10000 12000
14000 16000
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN
S O
L AR
T O
N
Aktual Prakiraan
Gambar 67 Prakiraan jumlah logistik BBM.
132
200 400
600 800
1,000 1,200
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Agust
Sep Okt
Nov Des
BULAN SO
L AR
T O
N
Gambar 68 Kecenderungan rata-rata kebutuhan solar bulanan di PPSC tahun 1996-2005.
2000 4000
6000 8000
10000 12000
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN
AI R
m 3
Aktual Prakiraan
Gambar 69 Prakiraan jumlah logistik air.
0.00 100.00
200.00 300.00
400.00 500.00
600.00 700.00
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Agust
Sep Okt
Nov Des
BULAN AI
R m
3
Gambar 70 Kecenderungan rata-rata kebutuhan air bulanan di PPSC tahun 1996-2005.
133
Pemasaran atau Pelelangan Ikan
Keluaran sub model analisis prakiraan retribusi lelang di PPSC dapat dilihat pada Tabel 44. Tampilan grafik prakiraan retribusi lelang di PPSC tampak
pada Gambar 71. Tabel 44 Perkembangan retribusi lelang di TPI PPSC dari tahun 2006-2010
Tahun Retribusi Lelang x Rp. 1000,00
2006 1 754 610
2007 1 764 390
2008 1 759 500
2009 1 761 945
2010 1 760 723
500000 1000000
1500000 2000000
2500000
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN
L E
L A
N G
x R p
1000
Aktual Prakiraan
Gambar 71 Prakiraan retribusi lelang.
Nelayan yang Beraktivitas di PPSC
Keluaran sub model analisis prakiraan jumlah nelayan di PPSC dapat dilihat pada Tabel 45. Tampilan grafik prakiraan jumlah nelayan di PPSC tampak
pada Gambar 72. Tabel
45 Keluaran sub model analisis prakiraan jumlah nelayan yang melakukan aktivitas di PPSC pada tahun 2006-2010
Tahun Jumlah Nelayan orang
2006 20 134
2007 20 531
2008 20 332
2009 20 431
2010 20 382
134
20000 40000
60000 80000
100000
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 TAHUN
NE L
AY AN
O RAN
G
Aktual Prakiraan
Gambar 72 Prakiraan jumlah nelayan.
Rancangan Pengembangan PPSC ditinjau dari Prakiraan Aktivitas PP
Berdasarkan prakiraan aktivitas PP yang meliputi tingkat produksi, jumlah kapal dan nelayan serta proyeksi tingkat kebutuhan pelayanan, maka rencana
pengembangan PPSC ditampilkan pada Tabel 46. Tabel 46 Rincian prakiraan jumlah kapal dan produksi di PPSC dalam harian
Variabel Prakiraan Jenis Kegiatan
Trend Nilai
Pelagis Besar -
3.61-15.19 tonhari Pelagis Kecil
- 0.82-1.03 tonhari
Demersal - 0.34-0.92
tonhari Udang - 0.53-0.97
tonhari Jumlah Produksi
Cumi-cumi - 0.27-0.33
tonhari 10 GT
- 1-8 kapalhari
10-20 GT -
3-7 kapalhari 20-30 GT
- 2-5 kapalhari
Kapal Keluar 30 GT
- 1-3 kapalhari
10 GT -
1-8 kapalhari 10-20 GT
- 2-8 kapalhari
20-30 GT -
3-5 kapalhari Kapal Masuk
30 GT -
1-3 kapalhari Trammel net
- 3-10 kapalhari
Gill net - 2-8
kapalhari Kapal Bongkar
Long line - 1-2
kapalhari Kapal docking
- 1 kapalhari
Kebutuhan Es -
403-690 balokhari Kebutuhan BBM
- 10.33-35 tonhari
Logistik kapal Kebutuhan Air
- 9-18 m
3
hari Retribusi lelang
- Rp. 4 834 547 945.00hari
Nelayan -
55 oranghari
135
Rancangan Pengembangan PPSC ditinjau dari Tingkat Kegiatan Prakiraan
Berdasarkan Tabel 46 keluaran dari analisis prakiraan terhadap semua aktivitas di PPSC menunjukkan trend negatif. Hal tersebut dikarenakan banyak
kapal-kapal yang mengalihkan aktivitasnya ke pelabuhan lain atau pelabuhan umum Batteray. Alur pelayaran di PPSC kurang dapat berfungsi secara optimal
karena permasalahan yang sering terjadi seperti pengaruh pasang surut dan adanya penumpukan sedimentasi. Alur pelayaran di PPSC mempunyai panjang
220 m dengan lebar 80 m dengan kedalaman -3 m. Alur pelayaran ini merupakan fasilitas yang sangat penting karena berhubungan dengan aktivitas keluar
masuknya kapal. Pada saat musim timur yang bersamaan dengan tingginya gelombang dan kuatnya angin membuat alur pelayaran menjadi rawan untuk
kapal yang akan keluar ataupun masuk pelabuhan. Saat terjadi surut, kapal- kapal besar mengalami kandas di alur pelayaran. Hal ini sangat
mengkhawatirkan karena dapat mengakibatkan kapal tersebut terhempas ke batu atau tetrapod break water yang terdapat di sepanjang alur dan dapat
mempengaruhi kelancaran kegiatan keluar masuk kapal. Berdasarkan kondisi tersebut maka rancangan pengembangan PPSC ditinjau dari prakiraan aktivitas
adalah kegiatan pengerukan alur pelayaran secara rutin dan upaya-upaya mengurangi sedimentasi yang terjadi.
3 Sub Model Analisis Kondisi dan Tingkat Pemanfaatan Fasilitas
Keluaran dari sub model ini adalah tingkat pemanfaatan fasilitas di suatu PP. Keluaran sub model analisis tingkat pemanfaatan fasilitas di PPSC di
tampilkan pada Tabel 47. Fasilitas yang ada di PP dengan kapasitas tertentu memiliki hubungan erat dengan efektifitas PP sebagai pusat kegiatan di bidang
perikanan. Tidak adanya fasilitas yang dibutuhkan dan fasilitas yang sudah tidak memenuhi kapasitas dapat menghambat kegiatan operasional suatu PP.
Tabel 47 Keluaran sub model tingkat pemanfaatan fasilitas di PPSC Jenis Fasilitas
Tingkat Pemanfaatan Dermaga bongkar
69.24 Dermaga tambat
62.46 Kolam pelabuhan
7.74 TPI Pertama
7.11 TPI Kedua
37.24 Area parkir
59.52 Tempat perbaikan dan penjemuran jaring
50.00 DockSlipway
50.00 RumahMess 100.00
136
Rancangan Pengembangan PPSC ditinjau dari Kondisi dan Tingkat Pemanfaatan Fasilitas
Berdasarkan kondisi dan tingkat pemanfaatan fasilitas yang ada di PPSC Tabel 47 maka tingkat pemanfaatan fasilitas di PPSC umumnya masih belum
optimal, Tingkat pemanfaatan yang dibawah kapasitas optimal tersebut disebabkan oleh beberapa hal antara lain: pelayanan di pelabuhan kurang
memadai, juga terkait kendala teknis selama ini yaitu adanya pendangkalan di sekitar alur masuk pelabuhan. Hal tersebut menyebabkan kapal-kapal bertonase
di atas 30 GT sulit masuk atau keluar PPSC. Upaya pengembangan PPSC adalah optimalisasi pemanfaatan fasilitas yang ada termasuk dalam hal ini
pengerukan terhadap alur pelayaran yang selama ini menyebabkan tidak optimalnya pemanfaatan fasilitas di PPSC.
4 Keluaran Sub Model Prioritas Pengembangan PP
Keluaran yang dihasilkan dari sub model prioritas pengembangan PP merupakan hasil proses penilaian terhadap kriteria dan alternatif prioritas
pengembangan fasilitas yang dilakukan dengan meminta pendapat responden pakar. Pada Tabel 48 ditampilkan keluaran sub model prioritas pengembangan
PPSC. Tabel 48 Hasil perhitungan bobot kriteria
No Kriteria Bobot
1. Potensi SDI, Produksi Ikan
0.15196 2.
Ketersediaan anggaran
0.23469 3.
Manfaat 0.10579
4. Kebutuhan masyarakat dan nelayan
0.19345 5.
Jenis industri yang ada 0.13405
6. Kebutuhan bakul, pedagang dan pengolah
0.18005 Prioritas pengembangan suatu PP berdasarkan berbagai pertimbangan.
Dalam model pengembangan PPSC digunakan 6 kriteria pengembangan yaitu potensi SDI, ketersediaan anggaran, manfaat, kebutuhan masyarakat dan
nelayan, jenis industri yang ada, serta kriteria kebutuhan dari pedagang dan pengolah. Berdasarkan rancangan pengembangan dari potensi SDI, prakiraan
aktivitas PPSC, dan tingkat pemanfaatan fasilitas, maka ada lima alternatif pengembangan fasilitas PPSC, yaitu: 1 perbaikan dan pengerukan alur masuk
pelabuhan, 2 pengembangan dermaga bongkar dan tambat, 3 pengembangan kawasan industri, 4 penambahan fasilitas SPBU dan logistik, dan 5
pengembangan TPI I dan TPI II.
137
Tabel 49 Hasil perhitungan nilai eigen alternatif untuk setiap kriteria Nilai Eigen Alternatif untuk Setiap Kriteria
No Alternatif K-1 K-2 K-3 K-4 K-5 K-6
1 Perbaikan pengerukan
alur masuk pelabuhan
0.67387 0.67418
0.66331 0.66699
0.02890 0.02598
2 Pengembangan dermaga
bongkar dan tambat
0.07811 0.08145
0.12230 0.09718
0.23050 0.24882
3 Pengembangan kawasan
industri 0.08518
0.08145 0.09227
0.05807 0.22550 0.12743
4 Penambahan fasilitas SPBU
dan logistik 0.08142
0.08145 0.05251
0.08059 0.23916 0.21504
5 Pengembangan TPI I dan TPI II
0.08142 0.08145
0.06961 0.09718
0.27594 0.38273
Tabel 50 Hasil dan rangking skor akhir No Alternatif Skor
akhir Rangking
1 Perbaikan dan pengerukan alur masuk
pelabuhan 0.49390 1
2 Pengembangan dermaga bongkar dan
tambat 0.13885 2
3 Pengembangan kawasan industri
0.11686 3
4 Penambahan fasilitas SPBU dan logistik
0.11155 4
5 Pengembangan TPI I dan TPI II
0.13885 2
Gambar 73 Prioritas pengembangan PPSC.
138
5 Sub Model Analisis Biaya dan Manfaat PP
Sub model analisis biaya dan manfaat adalah untuk memberikan pertimbangan pengembangan suatu PP dari aspek ekonomi biaya dan manfaat
yang ada dari pengembangan PP. Penilaian biaya dan manfaat pengembangan PP mengacu kepada kriteria kelayakan ekonomi, yaitu NPV, EIRR dan BC ratio.
Pada Tabel 51 ditampilkan nilai keluaran sub model analisis biaya dan manfaat pengembangan PPSC.
Tabel 51 Keluaran sub model analisis biaya dan manfaat pengembangan PPSC Parameter
kelayakan Nilai Keterangan
NPV Rp. 4 167 648 586.00
Tingkat diskonto 12. Nilai NPV positif, maka PPSC layak dikembangkan karena
akan memberikan nilai manfaat yang lebih besar
EIRR 18.03
Layak dikembangkan karena diatas discount rate yang digunakan
BC Ratio
1.05 Layak dikembangkan. Nilai manfaat
sekarang lebih besar dari biaya sekarang, yaitu lebih besar dari satu
Nilai sekarang diskonto
Dalam analisis manfaat dan biaya fasilitas PPSC, tingkat diskonto digunakan untuk melakukan perhitungan antara lain NPV, tingkat pengembalian
ekonomi EIRR dan BC ratio. Tujuannya adalah untuk memudahkan dalam menaksir dan menghitung nilai yang ada di masa lalu dan masa yang akan
datang kemudian dikonversikan menjadi nilai sekarang. Cara menghitung nilai sekarang yaitu nilai dari manfaat dan biaya dikonversikan terlebih dahulu dengan
mengalikan discount rate yang sesuai dengan tahun manfaat dan biaya. Kemudian discount rate dari nilai diskonto bisa dilihat dalam tabel diskonto dan
tingkat bunga. Discount rate yang digunakan yaitu sebesar 12 per tahun, karena sesuai dengan tingkat suku bunga rata-rata yang berlaku pada Bank
Dunia saat ini. Menurut Bank Dunia, OCC discount rate yang digunakan oleh negara yang sedang berkembang dan berkembang yaitu sebesar 12 per tahun.
Net present value NPV
Analisis manfaat dan biaya fasilitas fungsional dengan perhitungan NPV dihasilkan nilai NPV sebesar Rp. 4 167 648 586.00 dengan tingkat diskonto yang
digunakan sebesar 12 per tahun, sesuai dengan tingkat suku bunga rata-rata
139
yang berlaku pada bank saat ini. Dengan mengetahui hasil perhitungan NPV tersebut positif, apabila suatu usaha atau proyek memiliki nilai NPV positif, maka
usaha atau proyek tersebut layak dilaksanakan karena akan memberikan manfaat yang lebih besar.
Economic internal rate of return EIRR
Dari hasil perhitungan pada Lampiran 16 yaitu analisis manfaat dan biaya dengan perhitungan EIRR diperoleh nilai EIRR sebesar 18.03 . Besarnya EIRR
tidak dapat ditentukan secara langsung, dan harus dicari dengan coba-coba. Untuk menghasilkan nilai EIRR tersebut dilakukan interpolasi dengan discount
rate, dalam hal ini discount rate yang digunakan adalah 16 dan 20 dengan menghitung kembali manfaat sekarang netto sehingga mendapatkan nilai EIRR
sebesar 18. Berdasarkan hasil analisis, proyek pengembangan PPSC layak untuk dilaksanakan. Hal ini dikarenakan nilai EIRR sebesar 18.03 diatas
discount rate yang digunakan sesuai dengan tingkat suku bunga rata-rata yang berlaku pada bank saat ini yaitu sebesar 12 per tahun.
BC ratio
Dari hasil perhitungan BC ratio pada Lampiran 15 yaitu analisis manfaat dan biaya diperoleh BC ratio sebesar 1.05 yang berarti nilai manfaat sekarang
netto lebih besar dari biaya sekarang netto. Berdasarkan perhitungan kriteria nilai BC ratio yaitu lebih besar dari satu, maka proyek dan operasional
pengembangan PPSC dapat dikategorikan layak untuk dilaksanakan karena memiliki nilai manfaat yang besar.
Analisis sensitivitas sensitivity analysis
Dari hasil perhitungan pada Lampiran 17 yaitu analisis sensitivitas sensitivity analysis dengan asumsi kenaikan biaya sebesar 30, maka hasil
dari perhitungan nilai NPV sebesar Rp. 2 972 084 419.00, nilai EIRR sebesar 15.77 dan nilai BC ratio sebesar 0.57. Jika dibandingkan dengan hasil
perhitungan manfaat dan biaya pengembangan PPSC maka nilai NPV, EIRR dan nilai BC ratio mengalami penurunan. Nilai NPV sebesar Rp. 1 195 564 167.00,
nilai EIRR 2.26 dan nilai BC ratio 0.47. Dengan mengetahui perhitungan dari analisis sensitivitas dapat diketahui prakiraan dari resiko proyek pengembangan
PPSC tersebut. Pengertian dari resiko disini yaitu sebagai probabilitas proyek akan memberikan nilai NPV lebih kecil dari nol. Berdasarkan hasil pembahasan
140
diatas dapat dijadikan pertimbangan dalam pelaksanaan proyek pengembangan PPSC sehingga tidak mengakibatkan kerugian yang berarti dalam
pelaksanaannya.
6 Sub Model Analisis Kelembagaan Pengembangan PP
Untuk mengkaji keterkaitan atau hubungan kontekstual antar elemen dan sub elemen pengembangan PPSC digunakan metode ISM. Elemen sistem
pengembangan mencakup pelaku atau lembaga yang berperan dalam pengembangan PPSC, kebutuhan untuk pelaksanaan program, kendala
program, tolok ukur untuk menilai setiap tujuan dan aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan. Keluaran sub model analisis kelembagaan selain
berupa nilai-nilai dalam bentuk tabel level dan rangking, juga berupa gambar matriks driver power-dependence yang akan membantu pengguna mendapatkan
gambaran hirarki dan plot ke dalam empat sektor. Tabel 52 Keluaran sub model analisis kelembagaan pengembangan PPSC
Jenis Elemen Jumlah
Level Keterangan
Sektor masyarakat yang terpengaruh dari
pengembangan PPSC 4 Posisi
matriks driver power-
dependence menunjukkan bahwa sub elemen 2, 3, 6, 7, 8 dan 10
berada pada sektor III. Sub elemen 4, 5 dan 9 berada pada
sektor II. Sub elemen 1 berada pada sektor IV.
Kebutuhan untuk pelaksanaan program pengembangan
PPSC 2
Semua sub elemen berada pada sektor III.
Kendala dalam pengembangan PPSC
3 Semua sub elemen berada pada
sektor III. Perubahan yang mungkin
terjadi dari pengembangan PPSC
4 Semua sub elemen berada pada
sektor III. Tujuan dari program
pengembangan PPSC 4
Sub elemen 6 berada pada sektor II, sub elemen 1, 3-5, 7-10 berada
pada sektor II, sub elemen 2 berada pada sektor IV.
Tolok ukur pengembangan 4
Sub elemen 1 berada pada sektor II, sub elemen 2-10 berada pada
sektor III. Pelaku pengembangan PPSC
5 Sub elemen 9 dan 10 berada
pada sektor II, sub elemen 1-8 dan 11-12 berada pada sektor III.
Aktivitas Pengembangan PPSC
2 Sub elemen 1, 2, 5 dan 6 berada
pada sektor III. Sub elemen 3 dan 4 berada di sektor II.
141
Elemen Sektor Masyarakat yang Terpengaruh dari Pengembangan PPSC
Berdasarkan hasil analisis dengan metode ISM, maka elemen sektor masyarakat yang terpengaruh dari pengembangan PPSC terdiri dari 10 sub
elemen sektor masyarakat yang terpengaruh dari pengembangan PPSC, dapat digambarkan dalam bentuk hirarki seperti tampak pada Gambar 74.
Gambar 74 Hirarki elemen sektor masyarakat yang terpengaruh dari
pengembangan PPSC. Pada Gambar 74 tingkat Level-L ditentukan melalui pemisahan tingkat
pada RM. Level satu pada sektor masyarakat terdapat sub elemen eksportir, pengusaha transportasi, pengusaha dan tenaga kerja agroindustri hasil laut,
pedagang sarana penangkapan, buruh tenaga kerja di PPSC, pengolah ikan dan masyarakat sekitar. Pengusaha atau penyedia jasa perbaikan kapal dan alat
tangkap berada pada level dua. Pedagang atau bakul berada pada level tiga dan nelayan berada pada level empat. Elemen kunci key element dari elemen
sektor masyarakat yang terpengaruh pengembangan PPSC adalah nelayan dan pedagang bakul.
Analisis lebih lanjut pada sektor IV independent, menyatakan bahwa nelayan adalah peubah bebas. Dalam hal ini berarti kekuatan pengerak driver
power yang besar, namun punya sedikit ketergantungan terhadap program pengembangan PPSC. Adapun sub elemen sektor masyarakat yang terpengaruh
lainnya termasuk kategori peubah dependent yang diartikan lebih sebagai akibat dari tindakan pengembangan PPSC. Selanjutnya masyarakat sekitar,
142
buruh tenaga kerja di PPSC, dan pengusaha transportasi merupakan sub elemen yang berada pada sektor II peubah terikat atau dependent yang berarti
sektor masyarakat tersebut terpengaruhi cukup kecil dan dipengaruhi oleh sub elemen lain. Hal ini dapat diartikan apabila sub elemen lain terpengaruh oleh
pengembangan PPSC, maka akan mendorong terpengaruhnya sub elemen di sektor II ini. Sub elemen pedagang bakul, pengolah ikan, pedagang alat-alat
penangkapan, pengusaha atau penyedia jasa perbaikan kapal dan alat tangkap, pengusaha dan tenaga kerja agroindustri di laut, dan eksportir bersifat linkage
sektor III yang berarti saling berpengaruh dengan sub elemen lainnya. 1
2 7
3,6,8 10
4,5,9
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
DEPENDENCE DRI
V E
R P O
W E
R
Gambar 75 Matriks driver power-dependence untuk elemen sektor masyarakat yang terpengaruh dari pengembangan PPSC.
Keterangan : 1 Nelayan
2 Pedagang bakul
3 Pengolah ikan
4 Masyarakat sekitar
5 Buruh tenaga kerja di PPSC 6 Pedagang alat-alat penangkapan
7 Pengusaha atau penyedia jasa perbaikan kapal dan alat tangkap 8 Pengusaha dan tenaga kerja agroindustri hasil laut
9 Pengusaha transportasi
10 Eksportir Sektor I
Sektor II Sektor III
Sektor IV
143
Elemen Kebutuhan Untuk Pelaksanaan Program Pengembangan PPSC
Berdasarkan hasil analisis dengan metode ISM, maka elemen kebutuhan untuk pelaksanaan program pengembangan PPSC terdiri dari 9 sub elemen
kebutuhan untuk pelaksanaan program pengembangan PPSC, dapat digambarkan dalam bentuk hirarki seperti tampak pada Gambar 76.
Gambar 76
Hirarki elemen kebutuhan untuk pelaksanaan program pengembangan PPSC.
Level satu pada elemen kebutuhan terdapat sub elemen suasana kondusif, potensi SDI, kemudahan birokrasi ijin, stabilitas politik dan moneter,
tersedia lahan pengembangan, dukungan dan komitmen pemerintah daerah, dan ketersediaan anggaran pengembangan PPSC. Pada level dua terdapat sub
elemen dukungan dan komitmen pemerintah pusat, dan dukungan dan komitmen masyarakat sekitar dan nelayan Gambar 76.
Jika dilihat dari hubungan matriks driver power–dependence Gambar 77, maka semua sub elemen pada elemen kebutuhan berada di sektor III
bersifat linkage dan memiliki daya dorong yang cukup kuat, yang berarti saling berpengaruh dengan sub elemen lainnya. Elemen kunci key element dari
elemen kebutuhan pengembangan PPSC adalah potensi SDI, kemudahan birokrasi ijin, stabilitas politik dan moneter, tersedia lahan pengembangan,
dukungan dan komitmen pemerintah pusat, dukungan dan komitmen pemerintah daerah, serta dukungan dan komitmen masyarakat sekitar dan nelayan.
144
2,3,4,5,7 1,9
6,8
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
DEPENDENCE D
R IVER
PO W
E R
Gambar 77 Matriks driver power–dependence untuk elemen kebutuhan pelaksanaan program pengembangan PPSC.
Keterangan : 1 Suasana kondusif dan aman
2 Potensi SDI
3 Kemudahan birokrasi ijin 4 Stabilitas politik dan moneter
5 Tersedia lahan pengembangan 6 Dukungan dan komitmen pemerintah pusat
7 Dukungan dan komitmen pemerintah daerah 8 Dukungan dan komitmen nelayan dan masyarakat sekitar
9 Ketersediaan anggaran pembiayaan dana pengembangan PPSC
Elemen Kendala dalam Pengembangan PPSC
Berdasarkan hasil analisis dengan metode ISM, maka elemen kendala dalam pengembangan PPSC terdiri dari 4 sub elemen kendala dalam
pengembangan PPSC, dapat digambarkan dalam bentuk hirarki seperti tampak pada Gambar 78.
Level satu pada elemen kendala terdapat sub elemen rendahnya kualitas SDM. Selanjutnya pada level dua hambatan kelembagaan dan birokrasi, dan
banyaknya fasilitas yang belum layak mendukung produksi yang didaratkan. Pada level tiga terdapat sub elemen keterbatasan dana pengembangan.
Sektor I Sektor IV
Sektor III
Sektor II
145
Gambar 78 Hirarki elemen kendala dalam pengembangan PPSC.
2,4
3 1
1 2
3 4
1 2
3 4
DEPENDENCE DRI
V E
R P O
W E
R
Gambar 79 Matriks driver power–dependence untuk elemen kendala dalam program pengembangan PPSC.
Keterangan : 1 Keterbatasan dana pengembangan PPSC
2 Hambatan kelembagaan atau birokrasi 3 Rendahnya kualitas SDM di PPSC
4 Banyaknya fasilitas yang belum layak mendukung kualitas produksi perikanan yang didaratkan
Jika dilihat dari hubungan matriks driver power–dependence Gambar 79, maka sub elemen keterbatasan dana pengembangan PPSC, hambatan
Sektor II Sektor I
Sektor III Sektor IV
146
kelembagaan dan birokrasi, rendahnya kualitas SDM di PPSC, dan banyaknya fasilitas yang belum layak mendukung kualitas produksi perikanan yang
didaratkan memiliki daya dorong yang cukup kuat dan bersifat linkage sektor III yang berarti saling berpengaruh dengan sub elemen lainnya. Sub elemen
keterbatasan dana pengembangan PPSC, rendahnya kualitas SDM di PPSC, hambatan kelembagaan dan birokrasi, serta banyaknya fasilitas yang belum
layak mendukung kualitas produksi perikanan yang didaratkan menjadi kendala besar dalam pengembangan PPSC. Elemen kunci key element dari elemen
kendala pengembangan PPSC adalah banyaknya fasilitas yang belum layak mendukung produksi perikanan yang didaratkan.
Elemen Perubahan yang Mungkin Terjadi dari Pengembangan PPSC
Berdasarkan hasil analisis dengan metode ISM, maka elemen perubahan yang mungkin terjadi dari pengembangan PPSC terdiri dari 10 sub elemen
perubahan yang mungkin terjadi dari pengembangan PPSC, dapat digambarkan dalam bentuk hirarki seperti tampak pada Gambar 80.
Gambar 80 Hirarki elemen perubahan yang mungkin terjadi dari pengembangan
PPSC. Level satu pada elemen perubahan yang mungkin terjadi terdapat sub
elemen peningkatan jumlah nelayan dan jumlah pendapatan nelayan, keterjaminan pasar produk perikanan, dan peningkatan aktivitas pelayanan di
PPSC. Level dua yang terdiri dari optimalisasi pemanfaatan SDI, peningkatan
147
motorisasi dan pengembangan teknologi alat tangkap, pengembangan teknologi pengolahan hasil perikanan, peningkatan industri perikanan berbasis di PPSC,
dan pengembangan ekonomi wilayah. Perubahan berikutnya adalah peningkatan investasi yang berada pada level tiga, serta peningkatan PAD dan PNBP berada
pada level empat. Elemen kunci key element dari elemen perubahan yang mungkin terjadi dari pengembangan PPSC adalah peningkatan PAD dan PNBP,
optimalisasi pemanfaatan potensi SDI, pengembangan teknologi pengolahan hasil perikanan, peningkatan investasi, dan peningkatan industri perikanan yang
berbasis di PPSC. Jika dilihat dari hubungan matriks driver power–dependence Gambar
81, maka semua sub elemen pada elemen perubahan yang mungkin terjadi dari pengembangan PPSC berada di sektor III bersifat linkage dan memiliki daya
dorong yang cukup kuat, yang berarti saling berpengaruh dengan sub elemen lainnya.
2 3,6,9
1,4,8 5
10 7
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
DEPENDENCE D
R IVER
PO W
ER
Gambar 81 Matriks driver power–dependence untuk elemen perubahan yang mungkin terjadi dari pengembangan PPSC.
Keterangan : 1 Peningkatan jumlah nelayan dan jumlah pendapatan nelayan
2 Peningkatan PAD dan PNBP 3 Optimalisasi pemanfaatan potensi SDI
4 Keterjaminan pasar produk perikanan 5 Peningkatan motorisasi dan pengembangan teknologi alat tangkap
6 Pengembangan teknologi pengolahan hasil perikanan Sektor I
Sektor II Sektor III
Sektor IV
148
7 Peningkatan investasi
8 Peningkatan aktivitas pelayanan di PPSC 9 Peningkatan industri perikanan yang berbasis di PPSC
10 Pengembangan daerah atau ekonomi wilayah
Elemen Tujuan dari Program Pengembangan PPSC
Berdasarkan hasil analisis dengan metode ISM, maka elemen tujuan dari program pengembangan PPSC terdiri dari 10 sub elemen tujuan dari program
pengembangan PPSC, dapat digambarkan dalam bentuk hirarki seperti tampak pada Gambar 82.
Gambar 82 Hirarki tujuan dari program pengembangan PPSC. Level satu pada elemen tujuan terdapat sub elemen keterjaminan pasar
produk perikanan, peningkatan motorisasi dan pengembangan teknologi alat tangkap, dan pengembangan teknologi pengolahan hasil perikanan. Selanjutnya
peningkatan investasi, peningkatan aktivitas pelayanan di PPSC, dan pengembangan daerah atau wilayah berada di level dua. Tujuan berikutnya
peningkatan jumlah nelayan dan pendapatan nelayan, optimalisasi pemanfaatan potensi SDI, dan peningkatan industri perikanan yang berbasis di PPSC berada
pada level tiga, serta peningkatan PAD dan PNBD di level empat. Elemen kunci key element dari elemen tujuan dari program pengembangan PPSC adalah
peningkatan jumlah nelayan dan pendapatan nelayan, peningkatan PAD dan PNBP, optimalisasi pemanfaatan potensi SDI, peningkatan investasi,
149
peningkatan aktivitas pelayanan di PPSC, dan peningkatan industri perikanan yang berbasis di PPSC.
6 4,5
1,3,9 10
7,8 2
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
DEPENDENCE DRI
V E
R P O
W E
R
Gambar 83 Matriks driver power–dependence untuk elemen tujuan dari program pengembangan PPSC.
Keterangan : 1 Peningkatan jumlah nelayan dan pendapatan nelayan
2 Peningkatan PAD dan PNBP 3 Optimalisasi pemanfaatan potensi SDI dan pelestarian SDI
4 Keterjaminan pasar produk perikanan 5 Peningkatan motorisasi dan pengembangan teknologi alat tangkap
6 Pengembangan teknologi pengolahan hasil perikanan 7 Peningkatan
investasi 8 Peningkatan aktivitas pelayanan di PPSC
9 Peningkatan industri perikanan yang berbasis di PPSC 10 Pengembangan daerah atau wilayah
Analisis lebih lanjut pada matriks driver power–dependence sektor IV independent, menyatakan bahwa peningkatan PAD dan PNBP adalah peubah
bebas. Dalam hal ini berarti kekuatan penggerak driver power yang besar, namun punya sedikit ketergantungan terhadap program pengembangan PPSC.
Adapun sub elemen tujuan dari program pengembangan lainnya termasuk kategori peubah tidak bebas dependent variable yang diartikan lebih sebagai
akibat dari tindakan pengembangan PPSC. Pengembangan teknologi Sektor I
Sektor II Sektor III
Sektor IV
150
pengolahan hasil perikanan merupakan sub elemen yang berada pada sektor II peubah terikat atau dependent variable yang berarti tujuan tersebut
pengaruhnya cukup kecil dan dipengaruhi oleh sub elemen lain. Hal ini dapat diartikan apabila sub elemen lain terpengaruh oleh pengembangan PPSC, maka
akan mendorong terpengaruhnya sub elemen di sektor II ini. Sub elemen peningkatan jumlah nelayan dan pendapatan nelayan,
optimalisasi pemanfaatan potensi SDI dan pelestarian SDI, keterjaminan pasar produk perikanan, peningkatan motorisasi dan pengembangan teknologi alat
tangkap, peningkatan investasi, peningkatan aktivitas pelayanan di PPSC, peningkatan industri perikanan yang berbasis di PPSC, dan pengembangan
daerah atau ekonomi wilayah merupakan tujuan utama dan bersifat linkage sektor III yang berarti saling berpengaruh dengan sub elemen lainnya.
Elemen Tolok Ukur Pengembangan PPSC
Berdasarkan hasil analisis dengan metode ISM, maka elemen tolok ukur pengembangan PPSC terdiri dari 11 sub elemen tolok ukur pengembangan
PPSC, dapat digambarkan dalam bentuk hirarki seperti tampak pada Gambar 84.
Gambar 84 Hirarki tolok ukur pengembangan PPSC. Level satu pada elemen tolok ukur pengembangan PPSC terdapat
penurunan angka kemiskinan dan pengangguran, peningkatan harga ikan, dan peningkatan investasi. Tolok ukur selanjutnya adalah peningkatan pendapatan
nelayan, peningkatan PAD dan PNBD, fasilitas di PPSC berfungsi optimal, peningkatan pangsa pasar domestik, peningkatan pangsa pasar ekspor, dan
pemanfaatan SDI berjalan optimal berada pada level dua. Selanjutnya
151
peningkatan volume dan nilai produksi, dan peningkatan kunjungan kapal bongkar dan hasil tangkapan berada pada level tiga.
Jika dilihat dari hubungan matriks driver power–dependence Gambar 65, maka sub elemen peningkatan pendapatan nelayan, peningkatan PAD dan
PNBD, peningkatan volume dan nilai produksi, fasilitas di PPSC berfungsi optimal, peningkatan kunjungan kapal bongkar dan hasil tangkapan, peningkatan
pangsa pasar domestik, peningkatan pangsa pasar ekspor, pemanfaatan SDI berjalan optimal, dan peningkatan investasi berada pada sektor III linkage yang
berarti saling berpengaruh dengan sub elemen lainnya. Sub elemen penurunan angka kemiskinan dan pengangguran berada pada sektor II peubah terikat atau
dependent yang berarti perannya cukup kecil dalam tolok ukur pengembangan PPSC. Elemen kunci key element dari elemen tolok ukur dalam pengembangan
PPSC adalah peningkatan pendapatan nelayan, peningkatan PAD dan PNBP, peningkatan volume dan nilai produksi, fasilitas di PPSC berfungsi optimal,
peningkatan kunjungan kapal bongkar dan hasil tangkapan, peningkatan pangsa pasar domestik, peningkatan pangsa pasar ekspor, pemanfaatan SDI berjalan
optimal, dan peningkatan investasi.
11 2,3,6,8,9,10
5,7
4
1 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11
DEPENDENCE DR
IVER PO
W E
R
Gambar 85 Matriks driver power–dependence untuk tolok ukur program pengembangan PPSC.
Keterangan : 1 Penurunan angka kemiskinan dan pengangguran
2 Peningkatan pendapatan nelayan 3 Peningkatan PAD dan PNBP
4 Peningkatan harga ikan Sektor I
Sektor II Sektor III
Sektor IV
152
5 Peningkatan volume dan nilai produksi 6 Fasilitas di PPSC berfungsi optimal
7 Peningkatan kunjungan kapal bongkar hasil tangkapan 8 Peningkatan pangsa pasar domestik
9 Peningkatan pangsa pasar ekspor 10 Pemanfaatan SDI berjalan optimal
11 Peningkatan investasi Penurunan angka kemiskinan dan pengangguran, dan peningkatan harga
ikan merupakan sub elemen yang berada pada sektor II peubah terikat yang berarti tolok ukur pengembangan tersebut terpengaruhi cukup kecil dan
dipengaruhi oleh sub elemen lain. Hal ini dapat diartikan apabila sub elemen lain terpengaruh oleh pengembangan PPSC, maka akan mendorong terpengaruhnya
sub elemen di sektor II ini. Sub elemen peningkatan pendapatan nelayan, peningkatan PAD dan PNB, peningkatan volume dan nilai produksi, fasilitas di
PPSC berfungsi optimal, peningkatan pangsa pasar domestik, peningkatan pangsa pasar ekspor, peningkatan investasi, pemanfaatan SDI berjalan secara
optimal, dan peningkatan jumlah kunjungan kapal bongkar hasil tangkapan merupakan tolok ukur program pengembangan yang cukup kuat dan bersifat
linkage sektor III yang berarti saling berpengaruh dengan sub elemen lainnya Gambar 85.
Elemen Pelaku Pengembangan PPSC
Berdasarkan hasil analisis dengan metode ISM, maka elemen pelaku pengembangan PPSC terdiri dari 12 sub elemen pelaku dapat digambarkan
dalam bentuk hirarki seperti tampak pada Gambar 86. Level satu pada elemen pelaku pengembangan PPSC terdapat lembaga keuangan dan LSM. Pelaku
pengembangan PPSC selanjutnya kesyahbandaran, POLAIRUD, HNSI, dan perguruan tinggi berada pada level dua. Nelayan dan KUD merupakan pelaku
pengembangan PPSC yang berada pada level tiga. Selanjutnya UPT pelabuhan dan Pemkab Cilacap pada level empat, Pemprop Jateng dan Pemerintah Pusat
pada level lima. Elemen kunci key element dari elemen pelaku pengembangan PPSC adalah UPT PP, Pemprop Jateng, Pemkab Cilacap, dan Pemerintah pusat
DKP, DJPT.
153
Gambar 86 Hirarki elemen pelaku pengembangan PPSC. Bank atau lembaga keuangan dan LSM merupakan sub elemen yang
berada pada sektor II peubah terikat atau dependent yang berarti perannya cukup kecil dalam pengembangan PPSC dan dipengaruhi oleh sub elemen lain.
Hal ini dapat diartikan apabila sub elemen lain berperan dalam pengembangan PPSC, maka akan mempengaruhi sub elemen di sektor II ini.
Sub elemen nelayan, KUD, UPT PP, kesyahbandaran, POLAIRUD, Pemprop Jateng, Pemkab Cilacap, Pemerintah Pusat, HNSI, dan perguruan
tinggi merupakan sub elemen yang berperan cukup kuat dan bersifat linkage sektor III yang berarti saling berpengaruh dengan sub elemen lainnya.
Pengembangan usaha dalam PP yang bertumpu kepada kekuatan pasar akan meningkatkan jumlah swasta yang berusaha di bidang perikanan. Hadirnya
swasta di PP pada gilirannya dapat membentuk kelembagaan yang saling menguntungkan dengan perikanan rakyat, dalam bentuk kemitraan. Kemitraan
juga dapat mengatasi masalah informasi yang asimetris. Pola persaingan saat ini tidak lagi dengan mengalahkan kompetitor akan tetapi dengan cara bermitra.
Sebagaimana diketahui bahwa PP merupakan titik pertemuan antara produsen dan konsumen, sehingga PP dapat memberikan sinyal yang harus diperhatikan
produsen untuk mengarahkan usahanya.
154
9 11
3,7 6,8
4,5 1,2
9,10 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
DEPENDENCE DRI
V E
R P O
W E
R
Gambar 87 Matriks driver power–dependence elemen pelaku pengembangan PPSC.
Keterangan : 1 Nelayan
2 KUD 3 UPT
PP 4 Kesyahbandaran
5 Polairud 6 Pemprop
Jateng 7 Pemkab
Cilacap 8 Pemerintah pusat DKP,DJPT
9 Bank atau lembaga keuangan 10 LSM
11 HSNI 12 Perguruan tinggi
Elemen Aktivitas Pengembangan PPSC
Berdasarkan hasil analisis dengan metode ISM, maka elemen aktivitas pengembangan PPSC terdiri dari 6 sub elemen aktivitas pengembangan PPSC
dapat digambarkan dalam bentuk hirarki seperti pada Gambar 88. Level satu pada elemen aktivitas pengembangan PPSC terdapat sub elemen menciptakan
iklim kondusif dalam mendukung pengembangan PPSC dan perumusan Perda untuk mendukung pengembangan PPSC. Aktivitas berikutnya adalah identifikasi
Sektor IV Sektor III
Sektor II Sektor I
155
jenis-jenis fasilitas PPSC yang akan dikembangkan, koordinasi antar sektor yang terlibat dalam pengembangan PPSC, pembinaan pendidikan dan pelatihan SDM
yang terlibat dalam pengembangan PPSC serta kemudahan akses terhadap teknologi dan informasi berada pada level dua. Elemen kunci key element dari
elemen aktivitas pengembangan PPSC adalah identifikasi jenis-jenis fasilitas PPSC yang akan dikembangkan, koordinasi antara sektor yang terlibat dalam
pengembangan PPSC, pembinaan, pendidikan dan pelatihan SDM yang terlibat dalam pengembangan PPSC dan kemudahan akses terhadap teknologi dan
informasi.
Gambar 88 Hirarki elemen aktivitas pengembangan PPSC. Jika dilihat dari hubungan matriks driver power–dependence Gambar
89, maka sub elemen perumusan perda untuk mendukung pengembangan PPSC dan menciptakan iklim kondusif dalam mendukung pengembangan PPSC
berada pada sektor II peubah terikat atau dependent yang berarti perannya cukup kecil pada aktivitas pengembangan PPSC. Sub elemen identifikasi jenis-
jenis fasilitas PPSC yang akan dikembangkan, koordinasi antara sektor yang terlibat dalam pengembangan PPSC, pembinaan, pendidikan dan pelatihan SDM
yang terlibat dalam pengembangan PPSC, dan kemudahan akses terhadap teknologi dan informasi berada pada sektor III linkage yang berarti saling
berpengaruh dengan sub elemen lainnya.
156
1,2,5,6
3,4 1
2 3
4 5
6
1 2
3 4
5 6
DEPENDENCE D
R IV
ER PO
WE R
Gambar 89 Matriks driver power–dependence elemen aktivitas pengembangan PPSC
Keterangan : 1 Identifikasi jenis-jenis fasilitas PPSC yang akan dikembangkan
2 Koordinasi antar sektor yang terlibat dalam pengembangan PPSC 3 Perumusan perda untuk mendukung pengembangan PPSC
4 Menciptakan iklim kondusif dalam mendukung pengembangan PPSC keamanan, politik, moneter
5 Pembinaan, pendidikan dan pelatihan SDM yang terlibat dalam
pengembangan PPSC 6 Kemudahan akses terhadap teknologi dan informasi
Rancangan Kelembagaan Pengembangan PPSC
Untuk lebih meningkatkan operasional PP maka perlu lebih dilibatkan peran serta masyarakat nelayan dalam setiap tahap pembangunan PP. Hal
tersebut didasarkan pada hasil strukturalisasi elemen sektor masyarakat yang terpengaruh dari pengembangan PPSC, bahwa sub elemen nelayan dan bakul
menjadi elemen kunci. Peran serta masyarakat dapat dikembangkan apabila didukung oleh kelembagaan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka; baik
kelembagaan aparatur, kelembagaan ekonomi maupun kelembagaan lainnya yang mampu memberdayakan masyarakat. Nelayan mempunyai kedudukan
yang amat strategis, dengan keterlibatan nelayan dalam pengembangan PPSC Sektor I
Sektor II Sektor III
Sektor IV
157
diharapkan akan berjalan sesuai dengan harapan dan tujuan pengembangan PPSC.
Elfandi 2000 menyebutkan bahwa upaya mengembangkan kelembagaan antara lain diupayakan melalui:
1 Peningkatan koordinasi kelembagaan aparatur terkait dalam proses pembangunan PP serta mendorong penyerahan kewenangan yang lebih
besar bagi daerah otonomi propinsi, kabupaten atau kota dalam rangka desentralisasi pelayanan kepada masyarakat.
2 Peningkatan peran koperasi di PP sebagai wadah pengembangan ekonomi nelayan kecil sehingga mampu melakukan kerjasama kemitraan yang saling
menguntungkan dengan pihak perikanan industri rakyat PIR. 3 Peningkatan peran LSM dalam program pengembangan PP.
Kelembagaan ekonomi perlu dikembangkan terutama pemasaran ikan yang kompetitif di PP. Termasuk dalam hal ini terjalinnya kemitraan antara
nelayan tradisional dengan perikanan industri untuk menyalurkan hasil tangkapan nelayan. Pemasaran yang efektif dapat meningkatkan harga ikan
ekonomis penting yang didaratkan di pelabuhan. Harga ikan yang rendah selama ini, telah mendorong usaha penangkapan ikan yang melebihi daya dukung
sumber daya sehingga secara tidak langsung mengakibatkan kerusakan sumber daya. Harga ikan yang rendah juga mengakibatkan opportunity cost investasi di
bidang perikanan menjadi rendah sehingga mudah digeser oleh sektor lain yang lebih menguntungkan pariwisata, business center, industri hasil hutan; serta
menghambat nelayan melakukan investasi terhadap usaha yang menghasilkan barang atau jasa yang lebih menguntungkan added value.
Sementara untuk elemen kunci key element dari elemen kendala pengembangan PPSC adalah banyaknya fasilitas yang belum layak mendukung
produksi perikanan yang didaratkan. Kendala tersebut disebabkan karena anggaran yang diperlukan untuk pembangunan fasilitas pengembangan produksi
perikanan sangat besar. PPSC sebagai PP yang baru dua belas tahun beroperasi memang ada fasilitas yang belum mendukung untuk kegiatan
produksi perikanan, sebagai contoh fasilitas alur masuk pelabuhan yang memiliki tingkat sedimentasi tinggi sehingga banyak kapal yang tidak bisa masuk ke
pelabuhan karena kandas di pintu masuk. Elemen kunci pelaku pengembangan PPSC adalah UPT PP, Pemprop
Jateng, Pemkab Cilacap, dan Pemerintah pusat DKP,DJPT. Peran tersebut
158
antara lain dalam bentuk upaya menciptakan iklim yang kondusif agar kegiatan pengembangan PP dapat berjalan efektif dan efisien serta memberikan manfaat
jangka panjang bagi semua pihak. Rincian secara lengkap peran pelaku dalam pengembangan PPSC ditunjukkan pada Tabel 55.
7 Sub Model Analisis Strategi Pengembangan PP
Keluaran sub model strategi pengembangan PPSC berupa hasil perhitungan perbandingan berpasangan dan gambar kuadran posisi strategi
pengembangan PP. Hasil perhitungan perbandingan berpasangan dapat dilihat pada Tabel 53 yang digunakan untuk menentukan titik x faktor internal dan y
faktor eksternal. Tabel 53 Keluaran sub model analisis strategi pengembangan PPSC terhadap
penilaian internal faktor evaluasi IFE dan eksternal faktor evaluasi EFE
Uraian Faktor-faktor Internal dan Eksternal Bobot
Rating Skor
Kekuatan
1 Potensi sumber daya perikanan di Samudera Hindia.
0.1554 5 0.7770 2 Komitmen pemerintah pusat dan daerah yang
tinggi dibidang pengembangan perikanan dan kelautan.
0.2907 4 1.1628 3 Kewenangan dan tugas pokok serta fungsi
tupoksi PP yang semakin luas dan jelas. 0.1244 3 0.3732
4 Tersedianya SDM dalam jumlah yang
memadai dan dapat didayagunakan serta didukung dengan biaya operasional
0.1448 4 0.5792 5 Tersedianya sarana dan prasarana yang terus
dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan master plan.
0.1875 4 0.7500 6 Tersedia dan telah operasionalnya prasarana
pengawasan terpadu di kawasan PPSC. 0.0973 4 0.3892
Kelemahan
1 Kemampuan manajemen maupun teknis SDM yang kurang memadai.
0.2365 4 0.9460 2
Fasilitas yang belum layak mendukung kualitas produksi perikanan yang didaratkan.
0.1543 3 0.4629 3
Terbatasnya biaya operasional dan pemeliharaan fasilitas prasarana pelabuhan.
0.2793 5 1.3965 4 Sarana dan prasarana pengawasan perikanan
belum memadai. 0.1204 3 0.3612
5 Pengurusan perijinan yang belum
sepenuhnya menjadi kewenangan UPT PP. 0.0785 3 0.2355
6 Sistem software informasi perikanan belum memadai.
0.1310 3 0.3930 Total skor kekuatan-kelemahan
0.2363
159
Uraian Faktor-faktor Internal dan Eksternal Bobot
Rating Skor
Peluang
1 Tumbuh dan berkembangnya iklim usaha sejalan dengan kebijakan pemerintah daerah
yang mendorong peningkatan investasi di wilayah Kabupaten Cilacap.
0.3613 4 1.4452
2 Semakin menguatnya nilai mata uang asing terhadap rupiah akan mendorong
pengembangan ekspor dan peningkatan devisa.
0.3540 3 1.0620
3 Semakin meningkatnya pangsa pasar produk perikanan baik lokal maupun nasional, seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk, tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat
yang semakin meningkat untuk mengkonsumsi produk pangan yang bergizi
dan menyehatkan. 0.2846 4 1.1384
Ancaman
1 Kebijakan pemerintah dalam penentuan harga BBM yang belum berpihak pada nelayan dan
industri perikanan. 0.1555 5 0.7775
2 Adanya duplikasi peraturan dan beragamnya jenis pungutan perikanan yang
membingungkan dan menghambat pengembangan usaha perikanan.
0.1448 4 0.5792
3 Maraknya IUU fishing di perairan teritorial dan ZEEI
0.1046 3 0.3138 4 Semakin meningkatnya akses produk-produk
asing terhadap pasar dalam negeri sebagai konsekuensi dari pelaksanaan perdagangan
bebas. Hal ini menyebabkan persaingan produk-produk perikanan menjadi semakin
ketat. 0.0622 3 0.1866
5 Usaha perikanan masih didominasi nelayan kecil dan pemanfaatan yang bertumpu pada
perairan pantai 0.1104 3 0.3312
6 Rendahnya kualitas SDM perikanan
khususnya nelayan dilihat dari rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan proses alih
teknologi dan ketrampilan tidak sesuai dengan harapan.
0.2378 4 0.9512
7 Masih rendahnya mutu hasil perikanan yang menyebabkan nilai jual produk perikanan
menjadi rendah. 0.1846 4 0.7384
Total skor peluang-ancaman -0.2323
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 53 maka posisi kebijakan berada pada Kuadran II pada titik 0.2363 ; -0.2323. Posisi strategi kebijakan
pengembangan PPSC dapat dilihat pada Gambar 90.
160
Gambar 90 Diagram penentuan matriks grand strategi. Sebagai jembatan yang menghubungkan antara tujuan dan sasaran
pembangunan PPSC yang telah ditetapkan dengan strategi, kebijakan dan program pembangunan yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan dan sasaran
tersebut, perlu dilakukan analisis terhadap lingkungan strategis yang senantiasa berkembang dinamis. Analisis dimaksud mencakup analisis lingkungan internal
dan eksternal, di mana masing-masing analisis ditinjau dari tiga aspek utama, yakni sosial, ekonomi dan ekologi.
Berdasarkan pengamatan terhadap kondisi internal dan eksternal, terdapat kekuatan strenght, kelemahan weaknesses, peluang opportunities
dan ancaman threats. Keempat unsur tersebut harus dapat “dinilai” sehingga dapat menentukan strategi yang tepat dalam rangka pencapaian visi dan misi
yang telah ditetapkan .
161
Tabel 54 Matrik SWOT Strategi Pengembangan PPSC
KEKUATAN S
1 Potensi sumber daya perikanan di Samudera Hindia.
2 Komitmen pemerintah pusat dan daerah yang tinggi dibidang pengembangan
perikanan dan kelautan. 3 Kewenangan dan tugas pokok serta
fungsi tupoksi PP yang semakin luas dan jelas.
4 Tersedianya SDM dalam jumlah yang memadai dan dapat didayagunakan
serta didukung dengan biaya operasional 5 Tersedianya sarana dan prasarana yang
terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan master plan.
6 Tersedia dan telah operasionalnya
prasarana pengawasan terpadu di kawasan PPSC.
KELEMAHAN W 1 Kemampuan
manajemen maupun teknis SDM yang
kurang memadai. 2 Fasilitas yang belum layak
mendukung kualitas produksi perikanan yang
didaratkan. 3 Terbatasnya
biaya operasional dan
pemeliharaan fasilitas prasarana pelabuhan.
4 Sarana dan prasarana
pengawasan perikanan belum memadai.
5 Pengurusan perijinan yang belum sepenuhnya menjadi
kewenangan UPT PP. 6 Sistem software informasi
perikanan belum memadai.
Peluang O 1 Tumbuh dan berkembangnya iklim usaha sejalan
dengan kebijakan pemerintah daerah yang mendorong peningkatan investasi di wilayah
Kabupaten Cilacap. 2 Semakin menguatnya nilai mata uang asing
terhadap rupiah akan mendorong pengembangan ekspor dan peningkatan devisa.
SO •
Menciptakan pusat-pusat pertumbuhan baru.
• Peningkatan kualitas pelayanan PP. WO
• Pengembangan usaha
perikanan tangkap skala kecil. • Pengembangan
sistem informasi perikanan.
• Penyempurnaan, pengembangan dan
pemeliharaan fasilitas
161
162
3 Semakin meningkatnya pangsa pasar produk perikanan baik lokal maupun nasional, seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk, tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat yang
semakin meningkat untuk mengkonsumsi produk pangan yang bergizi dan menyehatkan.
pelabuhan antara lain perpanjangan
breakwater, pengembangan outer harbour,
pengerukan kolam dan alur pelabuhan secara periodik
sesuai dengan kebutuhan.
Ancaman T 1 Kebijakan pemerintah dalam penentuan harga BBM
yang belum berpihak pada nelayan dan industri perikanan.
2 Adanya duplikasi peraturan dan beragamnya jenis pungutan perikanan yang membingungkan dan
menghambat pengembangan usaha perikanan. 3 Maraknya IUU fishing di perairan teritorial dan ZEEI.
4 Semakin meningkatnya akses produk-produk asing terhadap pasar dalam negeri sebagai konsekuensi
dari pelaksanaan perdagangan bebas. Hal ini menyebabkan persaingan produk-produk perikanan
menjadi semakin ketat.
5 Usaha perikanan masih didominasi nelayan kecil dan pemanfaatan yang bertumpu pada perairan
pantai. 6 Rendahnya kualitas SDM perikanan khususnya
nelayan dilihat dari rendahnya tingkat pendidikannya menyebabkan proses alih teknologi
dan ketrampilan tidak sesuai dengan harapan. 7
Masih rendahnya mutu hasil perikanan yang menyebabkan nilai jual produk perikanan menjadi
rendah.
ST •
Optimalisasi pemanfaatan potensi SDI sekaligus pengamanan wilayah perairan
indonesia. •
Menyediakan fasilitas yang memenuhi standar internasional.
• Pemeliharaan dan perbaikan fasilitas
operasional juga akan senantiasa memperoleh perhatian secara proporsional.
Untuk meningkatkan investasi swasta diperlukan selain fasilitas yang memadai,
juga iklim usaha yang kondusif.
• Peningkatan kapasitas kelembagaan, hal ini bukan hanya berguna untuk
meningkatkan kualitas lembaga perikanan yang ada namun guna menciptakan
sinergisitas antar lembaga terkait.
• Pengawasan dan penegakan hukum.
Dengan strategi ini diharapkan rasionalisasi penangkapan guna peningkatan kualitas
dan kuantitas hasil perikanan dapat dicapai.
WT
• Menekan nilai kerugian akibat IUU fishing.
• Pemberdayaan masyarakat, tujuan dalam strategi ini
adalah guna meningkatkan SDM.
• Peningkatan akses
permodalan. Peningkatan ini dapat berupa peningkatan
pengetahuan masyarakat perikanan terhadap cara
mengakses permodalan bagi kegiatan usaha serta
kerjasama dengan pihak perbankan yang khusus
menangani hal tersebut.
162
Formulasi Strategi Pengembangan PPSC
PPSC dalam statusnya sebagai UPT Pusat yang operasionalnya berada di daerah, maka sudah selayaknya arah dan aktifitas organisasi diupayakan
untuk senantiasa memperhatikan aspirasi dan kebutuhan riil yang ada di masyarakat, serta berupaya untuk menjembatani kepentingan pemerintah pusat
dan daerah sehingga terjadi sinergi program dan kegiatan yang bermuara pada kemandirian dan kesejahteraan masyarakat nelayan dan pengusaha perikanan.
Strategi pengembangan PPSC meliputi: 1 optimalisasi pemanfaatan potensi SDI sekaligus pengamanan wilayah perairan Indonesia; 2 menyediakan
fasilitas yang memenuhi standar internasional; 3 pemeliharaan dan perbaikan fasilitas operasional PP; 4 peningkatan kapasitas kelembagaan; dan 5
pengawasan dan penegakan hukum. Adapun penjelasannya masing-masing strategi tersebut adalah sebagai berikut :
1 Optimalisasi pemanfaatan potensi SDI, sekaligus pengamanan wilayah perairan Indonesia
Kebijakan dan program yang bertalian dengan upaya optimalisasi antara ketersedian sumber daya stok ikan dengan tingkat penangkapan pada
setiap wilayah penangkapan ikan fishing ground adalah sangat penting untuk menjamin sistem usaha perikanan tangkap yang efisien
menguntungkan, profitable secara berkelanjutan. Pengembangan PPSC antara lain untuk rasionalisasi pemanfaatan potensi SDI yang lebih merata
sesuai daya dukung SDI-nya. Peningkatan fasilitas dan peningkatan manajemen operasional PP, berpotensi untuk merangsang pertumbuhan
yang lebih besar dengan memanfaatkan peluang mengeksploitasi SDI di ZEEI dan perairan internasional. Kondisi tersebut bukan hanya menjadikan
nelayan sebagai tuan rumah di perairan Indonesia tetapi juga untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan konvensi hukum laut internasional untuk
pengelolaan perairan internasional high seas yang secara tidak langsung akan mengamankan perairan Indonesia. Pengembangan PPSC akan
membuka lapangan kerja baru bagi nelayan di selatan Jawa.
2 Menyediakan fasilitas yang memenuhi standar internasional
Tuntutan pasar global akan mengharuskan kita untuk menciptakan penyediaan fasilitas yang memadai untuk meningkatkan daya saing sehingga
menarik para investor asing untuk masuk melakukan kegiatan di Indonesia. Dengan demikian akan membantu pemerintah dalam mengatasi kondisi krisis
164 ekonomi dengan ikut menggerakkan sektor riil. Kualitas produk yang
dihasilkan dituntut memenuhi standar internasional, oleh karenanya bahan baku dituntut untuk lebih berkualitas.
3 Pemeliharaan dan perbaikan fasilitas operasional PP
Untuk memperlancar aktivitas perikanan tangkap, khususnya usaha penangkapan ikan di laut, perlu pemeliharaan fasilitas operasional PP.
Dalam upaya mengembangkan PP sebagai kawasan pengembangan ekonomi berbasis perikanan tangkap, diperlukan pemeliharaan fasilitas
operasional. Diharapkan pengelola PP dapat melakukan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan fasilitas operasional, sehingga kapal-kapal dan
nelayan serta stakeholders lainnya yang melakukan aktivitas di PP akan mendapatkan pelayan prima. Murdiyanto 2004 menyebutkan bahwa
instansi PP merupakan instansi pemerintah yang menjadi tulang punggung pembangunan infrastruktur bagi basis kegiatan perikanan tangkap. Dalam
kegiatannya PP bukan saja hanya terbatas pada masalah investasi pembangunan perangkat kerasnya saja melainkan harus memberikan jasa
pelayanan kepada masyarakat nelayan sebagai masyarakat pengguna dengan melaksanakan operasionalisasi fasilitas yang dibangun sesuai
dengan fungsinya. Investasi pembangunan prasarana harus dapat mendukung pengembangan kegiatan perikanan tangkap dan produksinya
dalam arti luas meliputi peningkatan mutu produksi dengan penanganan dan pengolahan yang baik, memenuhi kebutuhan pasar dengan pemasaran yang
kompetitif serta mengembangkan kehidupan masyarakat nelayan itu sendiri.
4 Peningkatan kapasitas kelembagaan
Kelembagaan PP dan PPI secara umum masih bervariasi tergantung dari tingkat kewenangan pengelolaannya. Kelembagaan pada PP yang masih
menjadi UPT Pusat sudah mengalami penataan dan secara umum sudah dapat berperan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Namun demikian,
kelembagaan PP masih perlu penataan lebih lanjut untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Peningkatan kapasitas kelembagaan PP tersebut
antara lain meliputi: status hukum, kewenangan, tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi serta pemberdayaan lebih lanjut dari lembaga dimaksud.
Upaya peningkatan kapasitas kelembagaan dapat dimulai dengan melakukan inventarisasi keragaan, evaluasi, formulasi, penetapan dan sosialisasi untuk
implementasinya.
165
5 Pengawasan dan penegakan hukum
Keberadaan PPSC sebagai suatu lingkungan kerja diharapkan akan mampu menjadi pusat pertumbuhan dan pengembangan ekonomi perikanan berbasis
perikanan tangkap yang pada gilirannya diharapkan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perkembangan ekonomi secara
keseluruhan. Di samping itu, PPSC juga mengemban tugas sebagai pusat pengawasan dan pengendalian sumber daya perikanan. Strategi ini dilakukan
untuk menjaga kelestarian SDI.