26
2.3 Tinjauan Studi Terdahulu yang Relevan
Penelitian tentang pengembangan PP belum banyak dilakukan dan cenderung parsial. Beberapa studi tentang pengembangan PP dan analisis
sistem suatu PP antara lain dilakukan oleh Lubis 1999 dan 2001 meneliti tentang “Pola Pengembangan PP di Wilayah Perairan Selat Malaka dan Laut
China Selatan yang Efisien dan Efektif”. Penelitian tersebut bertujuan mengetahui gambaran dasar PP dan PPI contoh di wilayah perairan Selat
Malaka dan Laut China Selatan dan menemukan akar permasalahan PP-PPI di kedua wilayah perairan studi dan alternatif pemecahan dalam pengembangan
PP-PPI secara efisien dan efektif melalui pola pengembangan yang didapatkan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan penerapan
analisis tryptique portuaire: hinterland, foreland dan fishing port. Gambaran umum dari foreland PP dan PPI di kedua wilayah perairan studi hampir
semuanya 90 tidak berfungsi optimal dan tidak melakukan pelelangan ikan secara murni, fasilitas yang ada sebagian tidak berfungsi karena biaya
pengoperasian dan pendapatannya tidak seimbang seperti cool room di PPI Manggar, juga karena fasilitas-fasilitas tersebut rusak seperti tangki air dan
tangki bahan bakar di PPP Pemangkat. Beberapa PP atau PPI tidak tersedia fasilitas yang sebenarnya diperlukan seperti fasilitas penyediaan es dan solar di
PPI Sungai Rengas-Pontianak dan juga terjadinya pendangkalan yang cukup serius di beberapa PPI.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, terdapat dua pola dasar pengembangan yang diarahkan untuk memecahkan permasalahan yang ada di
PP atau PPI wilayah perairan Laut China Selatan dan Selat Malaka dan untuk mencegah penjualan ikan ditengah laut dengan mengaitkan antara posisi pasar
dan fishing ground FG. Pada pola dasar I, untuk pengembangannya antara FG dan fishing market FM perlu dibangun sebuah PP atau PPI baru agar
pengontrolan jumlah produksi dan retribusi dapat dilakukan. Sedangkan pada pola dasar II, pengembangan ditujukan untuk PP atau PPI yang dilalui melalui
penyediaan fasilitas-fasilitas yang diperlukan dan penyesuaian kapasitasnya serta pengembangan industri pengolahan ikan. Pola dasar I dan II yang
diusulkan diatas untuk pengembangan PP atau PPI yang berada di wilayah perairan Selat Malaka dan Laut China Selatan agar efisien dan efektif dalam
segala aktivitasnya sehingga dapat menguntungkan nelayan dan meningkatkan kesejahteraannya serta dapat menguntungkan pengelolanya.
27
Lubis 2000 menyatakan bahwa pada umumnya PP atau PPI yang ada di wilayah perairan Laut Jawa masih belum berfungsi optimal khususnya PPI
karena adanya berbagai permasalahan internal seperti pengelolaan dan operasionalnya. Permasalahan pengelolaan ini khususnya karena minimnya
kualitas SDM yang ada terutama di PPI dan juga kurangnya peraturan-peraturan dengan kelembagaan yang berhubungan dengan pengelolaan PP. Pengelolaan
PP atau PPI yang ada saat ini masih kurang mengkaitkan dengan kondisi foreland dan hinterland-nya. Sebagai contoh faktor-faktor yang menjadi
hambatan dalam distribusinya kurang diperhatikan seperti sarana transportasi yang dipakai untuk mendistribusikan ikan, cara-cara dalam pengolahan dan
penanganan yang belum memperhatikan sanitasi dan higienis. Manurung 1995 melakukan penelitian tentang “Urgensi PP di Jawa
Tengah”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengemukakan keberadaan dan perkembangan PP di Indonesia pada umumnya dan di Jawa Tengah pada
khususnya. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menyatakan bahwa dikaitkan dengan sentra produksi pembangunan PP berjalan
lambat, bahkan pemeliharaan PP yang sudah tersedia belum dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan, antara lain karena keterbatasan dana. Sebagian
besar PP berukuran kecil dan belum dilengkapi dengan fasilitas yang memadai. Walaupun PP pada hakekatnya diharapkan sebagai pusat pengembangan
industri perikanan di desa pantai, tetapi lembaga-lembaga pendukungnya belum tersedia secara seimbang di wilayah pelabuhan tersebut. Bahkan lembaga-
lembaga yang telah ada di wilayah itu kurang berperan dan terkoordinasi dengan baik. Dilihat dari konsepsi agribisnis, kegiatan ekonomi perikanan di wilayah
pelabuhan masih lebih terfokus pada pelelangan ikan, pengolahan tradisional dan distribusi produksi hasil tangkapan nelayan yang belum terintegrasi antar
tiap sub sistem. Beberapa penelitian yang terkait dengan aplikasi pendekatan sistem
dalam pemanfaatan SDI antara lain Effendy 2005 meneliti tentang ”Rancang Bangun Sistem Informasi Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan dalam
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan secara Terpadu: Prototipe Kabupaten Sumenep Madura”. Penelitian tersebut bertujuan merancang bangun
sistem informasi pemanfaatan sumber daya perikanan dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan secara terpadu yang merupakan integrasi sistem
informasi manajemen management information system, MIS dan sistem
28
informasi geografis geographical information system, GIS dengan prototipe Kabupaten Sumenep Madura. Rancang bangun ini diharapkan menghasilkan
sistem informasi terintegrasi integrated information system yang berkualitas dari segi produk well-developed system dan proses pengembangan sistem well-
managed system serta relevan terhadap usaha pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan secara terpadu organizational relevance. Pengembangan
sistem ini menggunakan metode siklus hidup pengembangan sistem system development life cicle dengan sistematika pengembangan melalui
pengintegrasian empat sub sistem utama yang menentukan kapabilitas teknik sistem ini, yaitu: 1 sub sistem data base management system DBMS untuk
mengelola basis data; 2 sub sistem criteria base management system CBMS untuk mengelola basis kriteria; 3 sub sistem model base management system
MBMS untuk mengelola basis model; dan 4 sub sistem interface base management system IBMS untuk mengelola basis dialog ke dalam bangunan
sistem secara keseluruhan sehingga dihasilkan sebuah sistem informasi yang terintegrasi.
Hasil perancangan sistem informasi ini adalah sebuah program aplikasi komputer SISTEMIK
R
SIMPEL dengan platform Microsoft
R
Windows XP Home Edition
TM
dengan dua panel utama, yaitu: 1 marine and coastal support system MCSS informasi yang dapat diakses dan diproses dalam panel ini adalah
informasi atributal untuk pemanfaatan sumber daya pesisir dan lautan potensi lestari, kapasitas optimum upaya pemanfaatan, dan sebagainya dan informasi
atributal untuk pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan karakteristik biofisik, karakteristik permasalahan lingkungan, dan sebagainya; dan 2 marine and
coastal guideline system MCGS informasi yang dapat diakses dan diproses dalam panel ini adalah informasi spasial untuk pemanfaatan ruang pesisir dan
lautan persyaratan biofisik dan kesesuaian lahan untuk pelabuhan, tambak, industri, dan sebagainya dan informasi spasial untuk pengelolaan sumber daya
pesisir dan lautan karakteristik biofisik, karakteristik permasalahan lingkungan, dan sebagainya.
Agustedi 2000 melakukan penelitian tentang “Rancang Bangun Model Perencanaan dan Pembinaan Agroindustri Hasil Laut Orientasi Ekspor dengan
Pendekatan Wilayah. Penelitian tersebut bertujuan untuk menghasilkan suatu model perencanaan dan pembinaan agroindustri hasil laut orientasi ekspor
dengan pendekatan wilayah; meliputi 1 analisis faktor yang menghambat dan
29
mendukung perencanaan dan pembinaan agroindustri hasil laut; 2 mempelajari kemitraan antara pemasok bahan baku dan agroindustri dengan pedagang atau
distributor; 3 menganalisis struktur biaya usaha agroindustri hasil laut; 4 merancang perangkat lunak untuk membantu investor, pengusaha, dan
pemerintah dalam merencanakan dan membina agroindustri hasil laut skala usaha kecil dan menengah; serta 5 merancang suatu model perencanaan
agroindustri hasil laut terpadu yang terdiri dari UP-3 primer Usaha Pascapanen Perikanan Pedesaan primer dan UDP-2 tersier Usaha Distribusi Produk
Perikanan tersier dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan pendistribusian pendapatan pihak terkait secara proporsional. SPK dengan
model AGROSILA diwujudkan dalam bentuk program berbasis komputer yang terdiri dari teknik optimasi dengan menggunakan program linier untuk
meminimumkan biaya transportasi melalui prosedur VAM Vogel’s Approximation Methods dan stepping stone, rancangan kebijakan atau strategis dianalisis
dengan AHP, metode penentuan prioritas keputusan dengan MPE Metode Perbandingan Eksponensial dan CPI Comparative Performance Index.
Penetapan kinerja perusahaan dianalisis dengan metode APC American Productivity Center Model, analisis penetapan harga produk menggunakan
model pasar dinamik, dan perkiraan produksi produk agroindustri hasil laut dianalisis dengan model pemulusan eksponensial Exponential Smoothing
ModelESM. AGROSILA sebagai suatu model yang berbasis komputer dibagi ke
dalam dua kelompok, yaitu 1 model perencanaan yang didukung oleh sub model pengadaan bahan baku dan perencanaan produksi DAKUSI; sub model
teknologi TEKNO; sub model pembiayaan, kelayakan, dan resiko usaha PKRESIKU; dan sub model nelayan NELAYAN; dan 2 model pembinaan
yang didukung oleh sub model teknologi TEKNO; sub model mutu MUTU; sub model resiko usaha PKRESIKU; sub model nelayan NELAYAN; sub model
produktivitas PRITAS, dan sub model perkiraan harga HARGA. Aplikasi SPK AGROSILA diharapkan mengemban misi: 1 pemberdayaan nelayan atau
kelompok nelayan, 2 peningkatan nilai tambah melalui usaha pengolahan, dan 3 pengembangan usaha bersama. Aplikasi metode kesisteman telah
menghasilkan SPK AGROSILA yang holistic dan mampu membangun kondisi optimal melalui proses pemenuhan kebutuhan para pelaku terkait, sekaligus
dapat mengantisipasi dinamika perubahan data dan informasi.
30
Giyatmi 2005 meneliti tentang “Sistem Pengembangan Agroindustri Perikanan Laut: Suatu Kajian Kelayakan dan Strategi Pengembangan di Propinsi
Jawa Tengah”. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sistem pengembangan agroindustri perikanan laut. Sistem pengembangan agroindustri perikanan laut
dirancang dalam suatu program komputer dengan nama AGRIPAL Agroindustri Perikanan Laut. Sub Model Kawasan untuk pengelompokkan kawasan
pengembangan agroindustri perikanan laut dan penentuan pusat pertumbuhan masing-masing kawasan dirumuskan dengan Metode Cluster Analysis; Sub
Model Pemilihan untuk pemilihan prioritas komoditas potensial dan pemilihan produk unggulan dirumuskan berdasarkan Metode Independent Preference
Evaluation IPE dalam kaidah Fuzzy Group Decision Making FGDM; sub model kelayakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk unggulan
agroindustri perikanan laut dirumuskan dengan kriteria Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net Benefit Cost Ratio Net BC, Break Even Point
BEP, dan Pay Back Period PBP; sub model strategi untuk memilih alternatif strategi pengembangan dirumuskan dengan metode Analytical Hierarchy
Process AHP; dan sub model kelembagaan untuk menetapkan struktur elemen kelembagaan pengembangan agroindustri perikanan laut dirumuskan dengan
metode Interpretative Structural Modelling ISM. Sistem pengembangan agrindustri perikanan laut yang direkayasa melalui
Model SPK AGRIPAL didesain secara fleksibel, artinya Model AGRIPAL tidak hanya dapat diaplikasikan di Propinsi Jawa Tengah, tetapi dapat juga
diaplikasikan di daerah lain sesuai dengan permasalahan yang ingin dipecahkan. Penyesuaian dalam aplikasi model ini dapat dilakukan melalui serangkaian
identifikasi awal terhadap potensi, kondisi dan harapan yang hendak dicapai oleh masing-masing wilayah. Implementasi dari alternatif model dan hasil penelitian ini
masih membutuhkan kajian yang mendalam terhadap berbagai faktor pendukungnya, seperti model kemitraan antar wilayah berdasarkan tingkat
kepentingan yang serupa dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki, tinjauan kritis terhadap potensi SDI yang lebih akurat, serta dukungan kebijakan yang
nyata dari pemerintah terhadap pengembangan agroindustri bernilai tambah.
3 KERANGKA PEMIKIRAN
Sesuai dengan fungsi-fungsi yang dimilikinya maka pengembangan PP idealnya berdasarkan konsepsi pendekatan sistem yang menyeluruh
berdasarkan azas pengembangan wilayah yang dalam operasionalnya akan mencakup berbagai aspek penting dalam pengembangan PP seperti SDI,
produksi, aktivitas di PP, pengolahan, pemasaran hasil sampai dengan aspek- aspek sosial ekonomi perikanan, kelembagaan yang terkait, pembiayaan baik
jumlah biaya dan sumber biaya dalam pengembangan PP. Pengembangan PP di suatu wilayah harus dilakukan secara terencana
dan terpadu dengan menganalisis elemen-elemen penting yang terkait dalam sistem PP. Sistem PP merupakan bagian dari sub sistem perikanan tangkap
Monintja dan Yusfiandayani 2001. Sistem PP meliputi hulu, pusat dan hilir. Sistem tersebut jelasnya adalah :
1 Hulu marine terrain adalah tempat terjadinya aktivitas penangkapan. Analisis wilayah hulu terdiri dari analisis terhadap potensi SDI, daerah
penangkapan dan lingkungan perairan serta teknologi penangkapan ikan. Informasi mengenai sumber daya perikanan sangat penting artinya, karena
keberhasilan pembangunan PP atau PPI tidak terlepas dari ketepatan dalam pemilihan lokasi yang akan dikembangkan tersebut, antara lain adalah
adanya potensi sumber daya perikanan yang memadai, jumlah armada dan produksi, dan sistem pemasaran.
2 Pusat atau PP fishing port, pada hakekatnya PP merupakan basis utama kegiatan industri perikanan tangkap yang harus dapat menjamin suksesnya
aktivitas usaha perikanan tangkap di laut. PP berperan sebagai terminal yang menghubungkan kegiatan usaha di laut dan di darat ke dalam suatu
sistem usaha dan berdaya guna tinggi. Aktivitas unit penangkapan ikan di laut keberangkatannya harus dari pelabuhan dengan bahan bakar, makanan,
es dan lain-lain secukupnya. PP dalam analisisnya merupakan elemen yang meliputi kondisi fisik existing, potensi perikanan produksi, nilai produksi, unit
penangkapan dan organisasi yang ada didalamnya. 3 Hilir
hinterland adalah bagian dari wilayah daratan, tempat di mana suatu pelabuhan menjual jasa-jasanya dan menarik pengguna jasa untuk
memanfaatkan PP. Daerah hilir meliputi wilayah distribusi dan konsumsi. Hilir merupakan salah satu elemen penting dalam analisis karena elemen itu
31
32
meliputi konsumen, sarana prasarana pendukung, lembaga dan organisasi yang mendukung aktivitas pendistribusian, dan lain-lain.
Kerangka pemikiran pengembangan PPSC didasari oleh tujuan untuk mengembangkan produksi perikanan, pemanfaatan sumber daya laut yang lebih
optimal dan menggiatkan perekonomian masyarakat nelayan sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan pendapatan nelayan dan memberikan kontribusi
bagi PAD Kabupaten Cilacap, serta PNBP dari sektor Perikanan dan Kelautan.
Rencana Pengembangan
Pelabuhan Perikanan
Data Keberadaan
Pelabuhan existing port
Input Analisis dan
Pengolahan Data Output
Outcomes Hilir
Hinterland Pendekatan Sistem
Pusat Pelabuhan
Perikanan Hulu
Marine Terrain
Gambar 5 Kerangka pemikiran rekayasa model pengembangan PP. Perumusan rancangan pengembangan PPSC melibatkan berbagai
elemen dengan kepentingan yang beragam. Hubungan atau keterkaitan antara satu elemen dengan elemen yang lain dalam pemenuhan kebutuhan
pengembangan PP akan membuat persoalan semakin kompleks. Karakteristik ini memerlukan pendekatan sistem untuk mendapatkan
solusi yang komprehensif dan efektif. Pendekatan sistem merupakan suatu metode pemecahan masalah yang terdiri dari beberapa tahap proses.
Pendekatan sistem diawali dengan analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem dan pemodelan yang dilanjutkan dengan verifikasi dan validasi
33
model yang dihasilkan. Konsep utama sistem adalah bagaimana semua elemen dalam suatu sistem berinteraksi satu dengan yang lain melalui umpan balik
causal loop. Analisis kebijakan dilakukan untuk mengambil kebijakan yang perlu sehingga tujuan sistem dapat dicapai. Dengan menggunakan pendekatan sistem
diharapkan dapat diketahui skenario yang perlu diambil dalam pengembangan PPSC untuk mengantisipasi kejadian yang akan datang dan mencapai tujuan
yang diharapkan pengembangan. Pada Gambar 5 ditunjukkan kerangka pemikiran penelitian rekayasa model pengembangan PP.
3.1 Landasan Teori