Fasilitas penunjang Sistem Manajemen Basis Data

93 Tabel 24 Masukan data tingkat pemanfaatan fasilitas di PPSC tahun 2004 No. Jenis Fasilitas Kapasitas PemakaianKebutuhan saat ini 1. Dermaga bongkar 85.60 m 59.28 m 2. Dermaga tambat 313.60 m 195.84 m 3. Kolam pelabuhan 77 400.00 m 2 10 990.00 m 2 4. TPI Pertama 1 264.00 m 2 89.83 m 2 5. TPI Kedua 42.00 m 2 15.64 m 2 6. Area Parkir 168.00 m 2 100 m 2 7. Tempat perbaikan dan penjemuran jaring 1 000.00 m 2 500 m 2 8. DockSlipway 2 unit 1 unit 9. RumahMess 14 unit 14 unit : TPI yang menghadap ke kolam pelabuhan : TPI yang menghadap ke kolam Kali Yasa Jenis-jenis fasilitas seperti balai pertemuan nelayan, kantor pelabuhan, kantor syahbandar, MCK umum dan lain sebagainya ditentukan secara subyektif atau deskrifit dilihat dari tingkat kepadatan aktivitas yang ada di PP. 4 Sub Model Analisis Manfaat dan Biaya Pengembangan PP Sub model analisis manfaat dan biaya pengembangan PP menyimpan data jenis-jenis manfaat dan biaya suatu PP. Rincian masukan data manfaat dan biaya pengembangan PP dijelaskan berikut ini. Manfaat langsung direct benefit Dalam pembangunan PPSC penggunaan fasilitas yang dikenakan biaya pemakaian merupakan manfaat yang diterima secara langsung dalam bentuk nilai manfaat. Seluruh penerimaan yang dikenakan dalam penggunaan maupun penerimaan dana modal investasi merupakan arus kas masuk. Fasilitas yang memberikan manfaat berupa penerimaan antara lain tambat labuh kapal, TPI, sewa tanah dan gedung, slipway atau docking, pas masuk, listrik, air bersih, solar, keranjang ikan dan penggunaan jasa dari fasilitas fungsional. Masukan data manfaat langsung dan asumsi dasar penilaian jenis manfaat langsung direct benefit ditunjukkan pada Tabel 25. Masukan data manfaat yang diterima dari fasilitas yang ada di PPSC berdasarkan Indeks Harga Konsumen Gabungan IHKG dapat dilihat pada Tabel 26. Manfaat tidak langsung indirect benefit Keberadaan PPSC dirasa sangat penting, terutama bagi masyarakat, PPSC merupakan sumber pendapatan yang merupakan manfaat tidak langsung 94 bagi PPSC. Pendugaan nilai manfaat tidak langsung perlu dilakukan agar semua pihak mengetahui betapa besarnya manfaat ekonomi yang dapat dihasilkan dengan adanya PPSC. Masukan data asumsi dasar penilaian jenis manfaat tidak langsung indirect benefit dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 25 Masukan data asumsi dasar penilaian jenis manfaat langsung Fasilitas PPSC No Jenis Manfaat Asumsi Dasar Penilaian Manfaat Aktual 1. Jasa tambat labuh Penerimaan dari tambat labuh Rp. 20 071 563.00. 2. Penerimaan dari sewa tanah Luas tanah 32 911 m 2 3.3 ha, tarif sewa tanah Rp 1 500m 2 tahun, penerimaan dari sewa tanah Rp. 76 706 800.00. 3. Penerimaan dari jasa pas masuk Tarif pas masuk pelabuhan mobil Rp. 500.00, bus atau truk Rp. 1 000.00, truk gandeng Rp. 1 500.00, penerimaan dari jasa pas masuk sebesar Rp. 6 251 100.00. 4. Penerimaan dari retribusi pelelangan Luas bangunan 1 666 m 2 ; volume lelang 3 700.09 ton; penerimaan dari retribusi pelelangan ikan sebesar Rp. 562 Milyar. 5. Penerimaan dari SHU dock Jumlah 1 unit, penerimaan SHU dock kapal sebesar Rp. 6 411 365.00. 6. Penerimaan dari jasa listrik Jumlah 1 unit, kapasitas 64 kwh, penerimaan dari jasa listrik Rp. 305 250.00. 7. Penerimaan dari jasa penggunaan air tawar dan es Kapasitas air tawar 190 m 2 , kapasitas es 20 tonhari; tarif Rp. 2.2liter, pendapatan dari air tawar Rp. 1 255 157.00. 8. Penerimaan dari sewa bangunan Tarif bangunan permanen Rp. 8 000m 2 tahun; penerimaan sewa bangunan Rp. 1 152 000.00. 9. Penerimaan jasa penggunaan keranjang ikan Tarif Rp. 150jam, jumlah 50 buah keranjang dan penerimaan dari jasa penggunaan keranjang ikan Rp. 281 900.00. Sumber : PPSC 2006 Tabel 26 Masukan data manfaat proyek fasilitas PPSC Tahun Total Manfaat Riil Rp Indeks Harga Konstan Rp 1994 942 454 598.00 163.17 942 454 598.00 1995 1 365 383 620.00 177.83 1 252 823 738.00 1996 1 327 110 098.00 101.38 1 327 110 098.00 1997 1 618 233 408.00 111.79 1 467 541 845.00 1998 2 381 220 005.00 198.47 1 216 345 463.00 1999 1 746 906 515.00 202.45 874 790 726.00 2000 2 264 545 200.00 259.53 884 597 512.00 2001 1 851 539 400.00 290.74 645 625 178.00 2002 1 683 304 420.00 317.29 537 846 771.00 2003 958 279 130.00 313.92 309 474 828.00 Sumber : PPSC 2006 IHKG dengan tahun dasar 1996 =100 95 Tabel 27 Masukan data asumsi dasar penilaian jenis manfaat tidak langsung Fasilitas PPSC No Jenis Manfaat Asumsi Dasar Penilaian Manfaat Aktual 1. Pemasaran hasil perikanan oleh nelayan dan sebagai sarana dalam mempertahankan mutu ikan - peningkatan harga ikan adanya pelelangan - pembeli bakul ikan banyak - lokasi dermaga bongkar dan TPI dekat ±10 m - akses ke pasar ikan dan ke industri pengolahan dekat - produksi ikan segar meningkat - penanganan ikan yang baik seperti cara pengangkutan dengan memperhatikan kualitas ikan yang akan dipasarkan - tersedianya sarana dan prasarana transportasi agar distribusi ikan secara cepat sampai ke konsumen 2. Memudahkan dalam memenuhi kebutuhan operasional nelayan - ketersediaan kebutuhan operasional nelayan es, solar, air tawar, serta perbekalan melaut lainnya - harga kebutuhan operasional terjangkau - dekat dengan kapal nelayan adanya dermaga muat 3. Adanya multiplier effect seperti peningkatan pendapatan pada sektor lain - bertambahnya usaha di luar kawasan PPSC warung makan dan minum 27 buah, tingkat kebutuhan nelayan yang berhubungan dengan kegiatan penangkapan ikan 4. Adanya economic of scale seperti peningkatan skala usaha - peningkatan usaha dari skala kecil menjadi besar sebanyak 56 jenis usaha 6 pembekuan, 1 pengalengan, 8 pengolahan ikan tradisional, 1 pengepakan, 7 pergudangan, 4 perbengkelan, 27 pujasera, 2 logistik. 5. Adanya dynamic secondary effect seperti terbukanya kesempatan kerja bagi masyarakat dan peningkatan produktivitas tenaga kerja - waktu kerja, motivasi kerja, kemampuan kerja - jumlah nelayan 22 516 orang, rata-rata waktu kerja 3-5 hari, rata-rata ukuran kapal 10 GT, rata-rata penerimaan Rp. 870 000.00bulan - pegawai pelabuhan koperasi 35 orang, 6 hari kerja dalam 1 minggu dan rata-rata penerimaan Rp. 890 000.00bulan - pedagang eceran atau kaki lima 11 orang, waktu kerja 312 hari dan rata-rata penerimaan Rp. 25 000.00hari - karyawan bengkel 5 orang, waktu kerja 312 hari dan rata-rata penerimaan Rp. 30 000.00hari - penjual makanan dan minuman 32 orang, waktu kerja 360 hari dan rata-rata penerimaan Rp. 50 000.00hari - penjaga toko waserda 34 orang, waktu kerja 358 hari dan rata-rata penerimaan Rp. 65 000.00hari - karyawan perusahan perikanan pengumpulan dan pengolahan ikan 76 orang, waktu kerja 312 hari dan rata-rata penerimaan Rp. 20 000.00hari - karyawan pabrik es 30 orang, waktu kerja 312 hari dan rata-rata penerimaan Rp. 27 000.00hari - bakul ikan 72 orang, waktu kerja 360 hari dan rata-rata penerimaan Rp. 55 000.00hari Sumber : Hasil Penelitian 2006 Diolah 96 Berdasarkan hasil prediksi nilai manfaat ekonomi PPSC, diketahui bahwa total nilai manfaat ekonomi Rp. 3 511 704 716 807.00tahun, terbagi atas nilai manfaat langsung yaitu Rp. 17 013 785 382.00tahun dan manfaat tidak langsung sebesar Rp. 3 494 690 931 425.00tahun Tabel 28. Hal ini menunjukan bahwa manfaat tidak langsung yang diberikan oleh PPSC lebih besar dibandingkan dengan manfaat langsung dari fasilitas PPSC, dan hal tersebut membuktikan keberadaan PPSC sangat penting, untuk itu pemerintah perlu lebih meningkatkan peran tersebut melalui pengembangan PP. Tabel 28 Masukan data prediksi nilai manfaat ekonomi PPSC No. Jenis Manfaat Ekonomi Manfaat Ekonomi Rp Manfaat langsung 1. Penerimaan dari tambat labuh 222 383 317 2. Penerimaan dari sewa tanah 354 470 200 3. Penerimaan dari retribusi pelelangan ikan 16 256 850 000 4. Penerimaan dari jasa pas masuk 57 050 784 5. Penerimaan dari jasa listrik 7 915 990 6. Penerimaan dari jasa penggunaan tangki BBM atau solar 31 557 460 7. Penerimaan dari jasa penggunaan air tawar 18 603 043 8. Penerimaan dari sewa bangunan 1 929 600 9. Penerimaan dari penjualan SHU Dock 45 630 488 10. Penerimaan dari jasa penggunaan keranjang ikan 17 394 500 11 Penerimaan dari penjualan dokumen lelang 1 660 000 Total manfaat langsung 17 013 785 382 Manfaat tidak langsung 1. Pemasaran hasil perikanan oleh nelayan dan sebagai sarana dalam mempertahankan mutu ikan 1 254 328 000 000 2. Memudahkan dalam memenuhi kebutuhan operasional nelayan 1 898 784 000 000 3. Adanya multiplier effect 226 800 000 4. Adanya Economic of scale 156 467 031 425 5. Adanya dynamic secondary effect 2 923 186 220 000 Total manfaat tidak langsung 3 494 690 931 425 Total manfaat ekonomi 3 511 704 716 807 Sumber : Hasil Penelitian 2006 Manfaat yang tidak dapat dinilai dengan uang intangible benefit Menurut Ibrahim 1998 dan Choliq et al. 1999, intangible benefit merupakan manfaat yang diperoleh dari kegiatan proyek yang tidak dapat dihitung atau dinilai dengan uang. Adanya fasilitas di PPSC maka intangible benefit yang diharapkan adalah pengembangan wilayah dan penambahan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di Kabupaten Cilacap. 97 Manfaat bagi pengembangan wilayah di sekitar PPSC Keberadaan PP diharapkan dapat membuat kawasan daerah sekitarnya menjadi sentra kegiatan baru yang akan meningkatkan kegiatan perekonomian di daerah ini, misalnya munculnya pedagang dan toko yang memenuhi kebutuhan sehari-hari, pedagang makanan dan minuman. Manfaat bagi penambahan lapangan pekerjaan a Lapangan kerja yang langsung terkait dengan operasional PPSC. Adanya kegiatan di PPSC antara lain kegiatan penangkapan ikan di laut, proses pengolahan dan pemasaran ikan maka dalam operasionalnya diperlukan tenaga kerja, misalnya: ABK, kuli angkut barang, sopir angkutan barang, pengolah dan bakul ikan. b Lapangan kerja yang tidak langsung terkait dengan operasional PPSC. Adanya penambahan kegiatan di PPSC berdampak pada terbukanya lapangan kerja baru untuk melayani kebutuhan para pegawai atau pekerja pelabuhan, misalnya pedagang makanan dan minuman serta tukang ojek. Identifikasi Biaya Modal investasi Menurut Umar 2003, untuk merealisasikan proyek dibutuhkan dana untuk investasi seperti tanah, bangunan dan mesin-mesin serta biaya-biaya pendahuluan sebelum operasi. Modal investasi yang digunakan dalam pembangunan PPSC berasal dari sumber dana proyek yang disediakan oleh PT. Pertamina. Dana keseluruhan yang digunakan dalam pembangunan PPSC disediakan Pertamina sebesar Rp. 46 635 057.00. Biaya yang termasuk dalam modal investasi adalah sebagai berikut: 1 Tanah Tanah yang digunakan untuk lahan pembangunan fasilitas fungsional PPSC antara lain tanah makam milik negara dan tanah milik Kodam IVDiponegoro. Tanah milik merupakan tanah darat yang dimiliki oleh perorangan dan digunakan oleh masyarakat untuk pekarangan atau dibangun rumah di atas tanah milik tersebut. Tanah negara merupakan tanah darat tidak berpenghuni dan dimiliki negara. Makam merupakan tanah darat yang digunakan untuk lahan pembangunan PPSC yang merupakan tanah tidak produktif tidak digunakan 98 untuk lahan kegiatan ekonomi dan tidak menghasilkan dan tidak termasuk dalam nilai netto produksi yang hilang, dengan demikian tidak dihitung dalam NPV. 2 Tenaga kerja Menurut Gray et al. 1993 dan Khotimah et al. 2002, penentuan harga bayangan untuk upah tenaga kerja khususnya tenaga kerja terdidik skilled labour dan tenaga kerja tidak terdidik unskilled labour agak sulit. Sifat pasar tenaga kerja terdidik skilled labour pada umumnya agak kompetitif sehingga upah yang diterima tenaga kerja dapat dikatakan setingkat atau seimbang dengan tingkat upah yang berlaku di pasaran tenaga kerja. Pemakaian tenaga tidak terdidik unskilled labour akan menimbulkan biaya-biaya lain yang harus dikeluarkan proyek antara lain biaya pengangkutan tenaga dari daerah tempat tinggalnya ke lokasi proyek biaya transport dan biaya makan yang diperlukan oleh tenaga kerja. Dari laporan hasil akhir pelaksanaan proyek PPSC 1994, tenaga kerja yang dipakai dalam pelaksanaan proyek ini berasal dari daerah Cilacap dan sekitarnya. Tenaga kerja yang bekerja dalam pelaksanan proyek PPSC termasuk dalam tenaga kerja tanpa keterampilan khusus. Tenaga kerja yang dipekerjakan sebagian besar adalah nelayan Cilacap yang sedang mengalami masa paceklik, sehingga tidak melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut. 3 Biaya peralatan dan bahan-bahan konstruksi Menurut Kadariah 1986 pengadaan barang yang diperdagangkan merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan biaya peralatan dan bahan-bahan konstruksi. Jika barang tersebut dapat diperdagangkan maka yang diperhitungkan sebagai biaya adalah harga perbatasan border prices, artinya harga bahan untuk diimpor atau untuk bahan diekspor. Hal yang perlu diperhatikan apakah biaya ini harus dibebankan pada saat dikeluarkan sebagai investasi atau saat pembayaran kembali angsuran pinjaman dan bunganya. Peralatan dan bahan-bahan konstruksi yang digunakan dalam pelaksanaan proyek pembangunan PPSC merupakan peralatan yang telah ada tetapi bahan-bahan yang diperlukan masih banyak didatangkan dari Jakarta. Peralatan dan bahan-bahan konstruksi yang diperlukan disediakan dalam jumlah banyak untuk memenuhi kebutuhan konstruksi dengan kualitas cukup baik. 99 4 Biaya operasi dan pemeliharaan Biaya operasi dan pemeliharaan merupakan biaya yang harus dikeluarkan secara rutin dalam setiap tahunnya selama proyek mempunyai umur ekonomi Khotimah et al. 2002. Biaya operasi dan pemeliharaan fasilitas fungsional di PPSC diantaranya yaitu biaya renovasi. Biaya operasi dan pemeliharaan dikeluarkan tiap tahunnya dengan nilai hampir sama, namun disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi fasilitas yang telah dipergunakan. Hal ini ditujukan agar fasilitas-fasilitas yang telah dibangun mendapatkan perawatan yang baik. Masukan data besarnya total biaya proyek fasilitas PPSC ditunjukkan Tabel 29. Tabel 29 Masukan data biaya proyek fasilitas PPSC Tahun Total Biaya Riil Rp Indeks Harga Konstan Rp 1990-1993 13 973 597 275.00 153.98 13 973 597 275.00 1994 - 163.17 - 1995 198 500 000.00 177.83 171 877 804.00 1996 38 838 000.00 101.38 38 838 000.00 1997 261 588 000.00 111.79 237 228 655.00 1998 9 500 000.00 198.47 4 852 672.00 1999 70 395 800.00 202.45 35 251 796.00 2000 70 033 000.00 259.53 27 356 935.00 2001 12 940 000.00 290.74 4 512 131.00 2002 1 094 694 000.00 317.29 349 774 899.00 2003 34 755 000.00 313.92 11 224 075.00 Sumber : Hasil Penelitian 2006 IHKG dengan tahun dasar 1996 =100 Aliran kas cash flow Aliran kas yang berhubungan dengan suatu proyek bisa dikelompokkan menjadi 3 bagian antara lain: aliran kas permulaan initial cash flow, aliran kas operasional operational cash flow dan aliran kas terminal terminal cash flow. Pengeluaran-pengeluaran untuk investasi pada awal periode mungkin tidak hanya sekali dan merupakan initial cash flow. Aliran kas yang timbul selama operasi proyek disebut sebagai operational cash flow. Aliran kas yang diperoleh pada waktu proyek tersebut berakhir disebut sebagai terminal cash flow. Umumnya initial cash flow adalah negatif, operational cash flow dan terminal cash flow umumnya positif. Aliran-aliran kas ini harus dinyatakan dengan dasar setelah pajak. 100 a Aliran kas permulaan initial cash flow Dalam menentukan aliran kas permulaan, pola aliran yang berhubungan dengan pengeluaran investasi harus diidentifikasi seperti mengetahui bagaimana pengeluaran biaya untuk tahap pembangunan sampai dengan siap beroperasi. Misalnya tahap pengeluaran untuk biaya prakonstruksi, pembelian material dan peralatan, konstruksi, termasuk juga penyediaan-penyediaan modal kerja. Oleh karena itu aliran kas permulaan pada proyek pembangunan fasilitas fungsional PPSC tidak hanya terjadi pada awal periode tetapi terjadi beberapa kali yaitu pada tahun ke-1, tahun ke-2 dan seterusnya. b Aliran kas operasional operational cash flow Penentuan tentang berapa besarnya aliran kas operasional setiap tahunnya merupakan titik permulaan untuk penilaian profitabilitas usulan investasi tersebut. Aliran kas operasional diperhitungkan berdasarkan aliran kas aliran kas masuk yang bersifat continue seperti penerimaan dari pelayanan serta penggunaan jasa dari fasilitas fungsional PPSC, sedangkan aliran kas keluar cash outflow yang bersifat tidak continue atau intermittent seperti pengeluaran biaya operasional dan pemeliharaan. c Aliran kas terminal terminal cash flow Aliran kas terminal umumnya terdiri dari aliran kas nilai sisa residu investasi tersebut dan pengembalian modal kerja. Aliran kas terminal dalam aliran kas proyek fasilitas fungsional PPSC, yang biasa dipergunakan dalam aliran kas proyek masuk dalam biaya. Dana pembangunan PPSC murni dari APBN. Oleh karena itu, dana pembangunan PPSC merupakan manfaat yang diterima oleh pemerintah dan masyarakat dan tidak termasuk dalam biaya proyek. Untuk mengetahui aliran kas fasilitas PPSC dapat dilihat pada Lampiran 14. Tidak adanya nilai sisa residu dan penjualan barang-barang proyek PPSC dalam aliran kas terminal, hal ini dikarenakan tidak adanya perhitungan dalam analisis manfaat dan biaya. Untuk pengembalian modal kerja tidak termasuk aliran kas terminal dalam perhitungan analisis manfaat dan biaya. Hal ini karena pengembalian modal kerja termasuk dalam manfaat yang diterima, kalau proyek tersebut memerlukan modal kerja dan umumnya proyek-proyek memang membutuhkan maka kalau proyek tersebut berakhir modal kerjanya tidak lagi diperlukan. Dengan demikian modal kerja ini akan kembali sebagai 101 aliran kas pada akhir usia proyek. Aliran kas fasilitas PPSC berdasarkan IHKG dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30 Masukan data total aliran kas fasilitas PPSC Tahun Total Aliran Kas Rp Indeks Harga Konstan Rp 1990-1993 13 973 597 275.00 15 398.00 13 973 597 275.00 1994 942 454 598.00 163.17 889 374 021.00 1995 1 166 883 620.00 177.83 1 010 384 861.00 1996 1 288 272.098.00 101.38 1 288 272 098.00 1997 1 356 645 408.00 111.79 1 230 313 190.00 1998 2 371 720 005.00 198.47 1 211 492 790.00 1999 1 676 510 715.00 202.45 839 538 929.00 2000 2 194 512 200.00 259.53 857 240 576.00 2001 1 838 599 400.00 290.74 641 113 046.00 2002 588 610 418.00 317.29 188 071 871.00 2003 923 524 130.00 313.92 298 250 752.00 Sumber : Hasil Penelitian 2006 IHKG dengan tahun dasar 1996 =100 Berdasarkan Tabel 30 total aliran kas pada tahun 2002 dan 2003 sangat minimum. Pada tahun 2002 PPSC mengadakan pembangunan fasilitas dalam rangka peningkatan status dari PPNC menjadi PPSC. Hal ini mengakibatkan PPSC mengeluarkan banyak biaya sedangkan pemasukan hanya sedikit karena kapal-kapal yang dapat memanfaatkan fasilitas PPSC terbatas jumlahnya. Pada tahun 2002 dilakukan penambahan pembangunan fasilitas untuk melengkapi fasilitas yang sudah ada dan total manfaat yang diterima PPSC mengalami penurunan. 5 Sub Model Analisis Prioritas Pengembangan PP Sub model analisis prioritas pengembangan PP menyimpan data jenis- jenis fasilitas yang akan dikembangkan dan rincian kriteria penilaian. Masukan data meliputi input statis dan input dinamis. Input statis adalah input yang telah tersedia dalam sistem, nilai tingkat kepentingan dan bobot kriteria penentuan prioritas pengembangan suatu fasilitas PP. Input dinamis adalah input yang harus dimasukkan oleh pengguna saat pengisian, yaitu pilihan-pilihan parameter- parameter dari setiap kriteria penentuan prioritas dengan tingkat keyakinan masing-masing. Rincian masukan data prioritas pengembangan diuraikan dalam penjelasan berikut ini. Pada struktur hirarki ini terdapat tiga level yang membangun, yaitu : 1. Level 1: Prioritas pengembangan PPSC. 102 2. Level 2: Kriteria yang mempengaruhi pengembangan PPSC. Kriteria yang terdapat dalam hirarki ini adalah : a. Potensi SDI, produksi ikan. b. Ketersediaan anggaran. c. Manfaat. d. Kebutuhan masyarakat dan nelayan. e. Jenis industri yang ada. f. Kebutuhan bakul, pedagang, dan pengolah. 3. Level 3: Sub kriteria dari kriteria yang mempengaruhi pengembangan PPSC. Sub kriteria yang terdapat hirarki kriteria ini adalah : a. Pengembangan kawasan industri di PPSC. b. Perbaikan atau pengerukan alur masuk ke pelabuhan. c. Pengembangan dermaga bongkar dan tambat. d. Pengembangan TPI I dan TPI II. e. Penambahan fasilitas SPBU dan logistik. Informasi mengenai fokus sasaran, kriteria dan alternatif tersebut tersusun dalam bentuk diagram seperti pada Gambar 14. Gambar 14 Hirarki prioritas pengembangan PPSC. 6 Sub Model Analisis Kelembagaan Pengembangan PPSC Sub model analisis kelembagaan dalam pengembangan suatu PP dirancang dengan metode ISM dan digunakan untuk melakukan identifikasi 103 struktur elemen unsur dalam sistem pengembangan PPSC. Pada sub model analisis kelembagaan menyimpan data jenis elemen dan sub elemen. Data jenis elemen dari program yang dikaji dijabarkan menjadi sejumlah sub elemen. Setelah itu, ditetapkan hubungan kontesktual antara sub elemen yang terkandung adanya suatu pengarahan direction dalam terminologi dengan penilaian perbandingan berpasangan. Adapun penilaian hubungan sudah ditetapkan dalam sub model yang diberi simbol VAXO. Rincian masukan data elemen dan sub elemen dalam analisis kelembagaan pengembangan PPSC ditampilkan pada Tabel 31. Tabel 31 Masukan data pada sub model analisis kelembagaan No Jenis Elemen Jenis Sub Elemen 1 Sektor masyarakat yang terpengaruh dari pengembangan PPSC Nelayan, masyarakat sekitar, buruh tenaga kerja di PPSC, pedagang bakul, pedagang sarana penangkapan, pengusaha tenaga kerja agroindustri hasil laut, pengusaha transportasi, pengolah ikan, pengusaha penyedia jasa perbaikan kapal dan alat tangkap, eksportir. 2 Kebutuhan untuk pelaksanaan program pengembangan PPSC Dukungan dan komitmen pemerintah pusat, dukungan dan komitmen pemerintah daerah, dukungan dan komitmen masyarakat sekitar dan nelayan, suasana kondusif dan aman, potensi SDI, kemudahan birokrasi ijin, tersedia lahan pengembangan, ketersediaan anggaran pengembangan PPSC. 3 Kendala dalam pengembangan PPSC Keterbatasan dana pengembangan, rendahnya kualitas SDM, hambatan birokrasi dan kelembagaan, banyaknya fasilitas yang belum layak mendukung produksi yang didaratkan. 4 Perubahan yang mungkin terjadi dari pengembangan PPSC Peningkatan PAD, peningkatan investasi, optimalisasi pemanfaatan potensi SDI, peningkatan motorisasi dan teknologi alat tangkap, pengembangan teknologi pengolahan hasil perikanan, peningkatan industri yang berbasis di PPSC, pengembangan wilayah ekonomi wilayah, peningkatan aktivitas pelayanan di PPSC, keterjaminan pasar produk perikanan, peningkatan jumlah nelayan dan pendapatan nelayan. 5 Tujuan dari program pengembangan PPSC Peningkatan PAD, peningkatan investasi, optimalisasi pemanfaatan potensi SDI, peningkatan motorisasi dan teknologi alat tangkap, pengembangan teknologi pengolahan hasil perikanan, peningkatan industri yang berbasis di PPSC, pengembangan wilayah ekonomi wilayah, peningkatan aktivitas pelayanan di PPSC, keterjaminan pasar produk perikanan, peningkatan jumlah nelayan dan pendapatan nelayan. 104 No Jenis Elemen Jenis Sub Elemen 6 Tolok ukur pengembangan Peningkatan investasi, penurunan angka kemiskinan dan pengangguran, peningkatan pendapatan nelayan, peningkatan PAD dan PNBP dari PPSC, peningkatan volume dan nilai produksi, optimalisasi fasilitas di PP, peningkatan pangsa pasar domestik, peningkatan pangsa pasar ekspor, optimalisasi pemanfaatan SDI, peningkatan jumlah kunjungan kapal bongkar dan hasil tangkapan. 7 Pelaku pengembangan PPSC Pemerintah pusat, pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten, UPT pelabuhan, nelayan, KUD, kesyahbandaran, POLAIRUD, lembaga keuangan, HNSI, perguruan tinggi, LSM. 8 Aktivitas Pengembangan PPSC Koordinasi antar sektor yang terlibat dalam pengembangan PP, perumusan perda untuk mendukung pengembangan PPSC, identifikasi jenis-jenis fasilitas yang akan dikembangkan, menciptakan iklim kondusif dalam mendukung pengembangan PPSC, pengembangan pendidikan dan pelatihan SDM yang terlibat dalam pengembangan PP, kemudahan akses informasi dan teknologi. 7 Sub Model Analisis Strategi Pengembangan PP Analisis ini menggunakan matriks SWOT untuk mendapatkan strategi yang diurutkan berdasarkan nilai skornya. Nilai skor didapat dari hasil pengumpulan pendapat responden ahli yang diminta mengisi kuisioner berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor yang terdapat dalam kuisioner tersebut didapat dari wawancara. Dari hasil wawancara dan studi pustaka serta laporan-laporan akhir tahun lembaga-lembaga yang terkait diketahui beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kebijakan pengembangan PPSC. Dari faktor-faktor tersebut kemudian dilakukan penyusunan kuisioner untuk disebarkan kepada para ahli pakar. Setelah mengidentifikasi faktor-faktor internal-eksternal, maka dilanjutkan dengan memberikan rating dan bobot pada faktor tersebut sehingga dapat diketahui apakah posisi internal dan eksternal kuat, sedang atau lemah. Rating menunjukkan apakah faktor tersebut merupakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang besar atau kecil. Bobot menunjukkan prioritas kepentingan faktor tersebut. Pembobotan dilakukan dengan menggunakan matriks perbandingan berpasangan fuzzy pairwise comparison. Prinsip pembobotan terhadap faktor peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan adalah berdasarkan besarnya prioritas yang diberikan pada faktor-faktor tersebut. Faktor yang 105 memiliki prioritas besar akan memiliki bobot yang besar dan sebaliknya faktor yang tidak diprioritaskan akan memiliki bobot yang lebih kecil. Tabel 32 Masukan data jenis variabel internal faktor evaluasi IFE dan eksternal faktor evaluasi EFE No Uraian Faktor-faktor Internal dan Eksternal Kekuatan 1 Potensi sumber daya perikanan di Samudera Hindia. 2 Komitmen pemerintah pusat dan daerah yang tinggi dibidang pengembangan perikanan dan kelautan. 3 Kewenangan dan tugas pokok serta fungsi PP yang luas dan jelas. 4 Tersedianya SDM dalam jumlah yang memadai dan dapat didayagunakan serta didukung dengan biaya operasional. 5 Tersedianya sarana dan prasarana yang terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan master plan. 6 Tersedia dan telah operasionalnya prasarana pengawasan terpadu di kawasan PPSC. Kelemahan 1 Kemampuan manajemen maupun teknis SDM yang kurang memadai. 2 Fasilitas yang belum layak mendukung kualitas produksi perikanan yang didaratkan. 3 Terbatasnya biaya operasional dan pemeliharaan fasilitas prasarana pelabuhan. 4 Sarana dan prasarana pengawasan perikanan belum memadai. 5 Pengurusan perijinan yang belum sepenuhnya menjadi kewenangan UPT PP. 6 Sistem software informasi perikanan belum memadai. Peluang 1 Tumbuh dan berkembangnya iklim usaha sejalan dengan kebijakan pemerintah daerah yang mendorong peningkatan investasi. 2 Semakin menguatnya nilai mata uang asing terhadap rupiah akan mendorong pengembangan ekspor dan peningkatan devisa. 3 Semakin meningkatnya pangsa pasar produk perikanan baik lokal maupun nasional, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat yang semakin meningkat untuk mengkonsumsi produk pangan yang bergizi dan menyehatkan. Ancaman 1 Kebijakan pemerintah dalam penentuan harga BBM yang belum berpihak pada nelayan dan industri perikanan. 2 Duplikasi peraturan dan beragamnya jenis pungutan perikanan yang membingungkan dan menghambat pengembangan usaha perikanan. 3 Maraknya IUU fishing di perairan teritorial dan ZEEI. 4 Semakin meningkatnya akses produk-produk asing terhadap pasar dalam negeri sebagai konsekuensi dari pelaksanaan perdagangan bebas, hal ini menyebabkan persaingan produk-produk perikanan semakin ketat. 5 Usaha perikanan masih didominasi nelayan kecil dan pemanfaatan yang bertumpu pada perairan pantai. 6 Rendahnya kualitas SDM perikanan khususnya nelayan yang bisa dilihat dari rendahnya tingkat pendidikannya menyebabkan proses alih teknologi dan ketrampilan tidak sesuai dengan yang diharapkan, sehingga berdampak pada kemampuan pengembangan usaha. 7 Rendahnya mutu ikan yang menyebabkan nilai jual ikan menjadi rendah. 106

5.2.1.2 Sistem Manajemen Basis Model

Analisis yang terdapat pada sistem manajemen basis model SISBANGPEL terdiri dari analisis potensi SDI, analisis prakiraan aktivitas, analisis tingkat pemanfaatan fasilitas, analisis biaya dan manfaat, analisis prioritas pengembangan PP, analisis kelembagaan pengembangan PP, dan analisis strategi pengembangan. 1 Sub Model Analisis Potensi SDI Keluaran dari sub model analisis potensi SDI antara lain : prakiraan MSY, tingkat pemanfaatan dan tingkat pengupayaan CPUE. Potensi SDI yang di analisis adalah SDI perkelompok ikan, yaitu kelompok ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, demersal, dan udang. Berikut akan diuraikan keluaran dari sub model analisis potensi SDI di Cilacap. Potensi SDI Pelagis Besar di Cilacap Keluaran sub model SDI selain berupa nilai-nilai dalam bentuk tabel, juga berupa grafik-grafik yang akan membantu pengguna mendapatkan gambaran perkembangan effort, CPUE tahunan serta gambaran MSY apakah sudah pernah terlampaui atau belum. Berikut ini adalah grafik-grafik keluaran untuk potensi SDI pelagis besar di Cilacap. 0,00 1000,00 2000,00 3000,00 4000,00 5000,00 6000,00 7000,00 1998 1999 2000 2001 2002 2003 TAHUN E F F O RT T RI P Gambar 15 Kecenderungan upaya penangkapan tahunan ikan pelagis besar di Cilacap. Secara garis besar, perkembangan effort pada aktivitas penangkapan ikan pelagis besar yang terjadi di Cilacap cenderung stabil. Upaya penangkapan terendah terjadi pada tahun 1998. Penurunan upaya penangkapan ikan pelagis 107 besar, kemungkinan disebabkan oleh kelangkaan dan tingginya biaya produksi untuk melakukan aktivitas penangkapan. Untuk lebih jelasnya, perkembangan trend effort penangkapan ikan pelagis besar tampak pada Gambar 15. Trend CPUE perikanan pelagis besar di Cilacap tahun 1998 hingga tahun 2003 tampak pada Gambar 16. Terlihat bahwa tahun 1998 memiliki nilai CPUE tertinggi. Berdasarkan nilai koefisien determinasi R, maka model pendugaan potensi ikan pelagis besar terpilih adalah model Fox. Hubungan antara effort dan produksi dapat dilihat pada Gambar 17. 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 1998 1999 2000 2001 2002 2003 TAHUN CP UE T O N T RI P Gambar 16 Grafik fluktuasi CPUE tahunan ikan pelagis besar di Cilacap. 1993 1992 1990 1994 1995 2000 4000 6000 8000 10000 12000 1000 2000 3000 4000 5000 EFFORT TRIP PRODUKSI T ON Gambar 17 Hubungan hasil tangkapan dengan upaya penangkapan ikan pelagis besar di Cilacap.

Dokumen yang terkait

Rekayasa model pengembangan pelabuhan perikanan samudera Cilacap

1 64 307

Potensi Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Cilacap untuk Pengembangan Industri Pengolahan Ikan

0 8 173

Rancang Bangun Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan (Studi Kasus Di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap)

3 21 115

Rancang Bangun Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan (Studi Kasus Di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap)

0 5 94

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP (Development Plan Of Cilacap Ocean Fishery Port) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP (Development Plan Of Cilacap Ocean Fishery Port) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 19

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP (Development Plan Of Cilacap Ocean Fishery Port) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 7

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP (Development Plan Of Cilacap Ocean Fishery Port) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 40

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP (Development Plan Of Cilacap Ocean Fishery Port) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 7

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP (Development Plan Of Cilacap Ocean Fishery Port) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 41