92
sebanyak 861 orang. Pedagang atau bakul yang masih aktif di PPSC tersebut rata-rata berasal dari daerah yang masih termasuk dalam kawasan Kabupaten
Cilacap antara lain Tegal Kamulyan, Menganti, Kampung Laut, Kebon Baru, Tambak Reja dan Sentolokawat.
3 Sub Model Analisis Kondisi dan Tingkat Pemanfaatan Fasilitas
Sub model analisis tingkat pemanfaatan fasilitas menyimpan data jenis fasilitas dan kapasitas serta pemakaian fasilitas di suatu PP. Keluaran dari sub
model ini adalah tingkat pemanfaatan fasilitas di suatu PP. Rincian masukan data jenis dan tingkat pemanfaatan fasilitas di PPSC ditunjukkan pada Tabel 23-24.
Tabel 23 Masukan data jenis fasilitas yang tersedia di PPSC No.
Jenis Fasilitas Luas m
2
A. Fasilitas pokok
1. Kolam pelabuhan 77 400.00
2. Breakwater • Utara
1 395.00 • Selatan
563.36 3. Dermaga
• Pendaratan 35.60
• Tambat 315.20
• Lapor 240.00
4. Groin 436.00
5. Revetmen 32 823.00
6. Jalan • Komplek
10 500.00 • Menuju balai pertemuan nelayan
684.00 • Kantor
241.00
B. Fasilitas fungsional
1. Slipway 3 120.00
2. TPI di depan kolam pelabuhan 1 264.00
3. TPI di depan kali Yasa 420.00
4. Shelter nelayan
120.00 5. MCK
umum 66.00
6. Tangki air atas dan bawah 36.00
7. Rumah pompa
7.00 8. Rambu suar
43.00 9. Kantor syahbandar
36.00 10. Kantor
pelabuhan 544.00
11. Pagar kompleks 2 465.00
12. Tempat parkir
168.00 13. Balai pertemuan nelayan
400.00 14. Tempat perbaikan dan penjemuran jaring
1 000.00
C. Fasilitas penunjang
1. Mess operator
540.00 2. Kawasan industri
18 500.00 3. Zona pengembangan
149 800.00
93
Tabel 24 Masukan data tingkat pemanfaatan fasilitas di PPSC tahun 2004 No.
Jenis Fasilitas Kapasitas
PemakaianKebutuhan saat ini
1. Dermaga bongkar
85.60 m 59.28 m
2. Dermaga tambat
313.60 m 195.84 m
3. Kolam pelabuhan
77 400.00 m
2
10 990.00 m
2
4. TPI Pertama
1 264.00 m
2
89.83 m
2
5. TPI Kedua
42.00 m
2
15.64 m
2
6. Area Parkir
168.00 m
2
100 m
2
7. Tempat perbaikan dan
penjemuran jaring 1 000.00 m
2
500 m
2
8. DockSlipway
2 unit 1 unit
9. RumahMess
14 unit 14 unit
: TPI yang menghadap ke kolam pelabuhan : TPI yang menghadap ke kolam Kali Yasa
Jenis-jenis fasilitas seperti balai pertemuan nelayan, kantor pelabuhan, kantor syahbandar, MCK umum dan lain sebagainya ditentukan secara subyektif
atau deskrifit dilihat dari tingkat kepadatan aktivitas yang ada di PP.
4 Sub Model Analisis Manfaat dan Biaya Pengembangan PP
Sub model analisis manfaat dan biaya pengembangan PP menyimpan data jenis-jenis manfaat dan biaya suatu PP. Rincian masukan data manfaat dan
biaya pengembangan PP dijelaskan berikut ini.
Manfaat langsung direct benefit
Dalam pembangunan PPSC penggunaan fasilitas yang dikenakan biaya pemakaian merupakan manfaat yang diterima secara langsung dalam bentuk
nilai manfaat. Seluruh penerimaan yang dikenakan dalam penggunaan maupun penerimaan dana modal investasi merupakan arus kas masuk. Fasilitas yang
memberikan manfaat berupa penerimaan antara lain tambat labuh kapal, TPI, sewa tanah dan gedung, slipway atau docking, pas masuk, listrik, air bersih,
solar, keranjang ikan dan penggunaan jasa dari fasilitas fungsional. Masukan data manfaat langsung dan asumsi dasar penilaian jenis manfaat langsung
direct benefit ditunjukkan pada Tabel 25. Masukan data manfaat yang diterima dari fasilitas yang ada di PPSC berdasarkan Indeks Harga Konsumen Gabungan
IHKG dapat dilihat pada Tabel 26.
Manfaat tidak langsung indirect benefit
Keberadaan PPSC dirasa sangat penting, terutama bagi masyarakat, PPSC merupakan sumber pendapatan yang merupakan manfaat tidak langsung
94
bagi PPSC. Pendugaan nilai manfaat tidak langsung perlu dilakukan agar semua pihak mengetahui betapa besarnya manfaat ekonomi yang dapat dihasilkan
dengan adanya PPSC. Masukan data asumsi dasar penilaian jenis manfaat tidak langsung indirect benefit dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 25 Masukan data asumsi dasar penilaian jenis manfaat langsung Fasilitas PPSC
No Jenis Manfaat
Asumsi Dasar Penilaian Manfaat Aktual 1.
Jasa tambat labuh Penerimaan dari tambat labuh
Rp. 20 071 563.00. 2.
Penerimaan dari sewa tanah
Luas tanah 32 911 m
2
3.3 ha, tarif sewa tanah Rp 1 500m
2
tahun, penerimaan dari sewa tanah Rp. 76 706 800.00.
3. Penerimaan dari jasa
pas masuk Tarif pas masuk pelabuhan mobil Rp. 500.00,
bus atau truk Rp. 1 000.00, truk gandeng Rp. 1 500.00, penerimaan dari jasa pas masuk sebesar
Rp. 6 251 100.00.
4. Penerimaan dari
retribusi pelelangan Luas bangunan 1 666 m
2 ;
volume lelang 3 700.09 ton; penerimaan dari retribusi pelelangan ikan
sebesar Rp. 562 Milyar. 5.
Penerimaan dari SHU dock
Jumlah 1 unit, penerimaan SHU dock kapal sebesar Rp. 6 411 365.00.
6. Penerimaan dari jasa
listrik Jumlah 1 unit, kapasitas 64 kwh, penerimaan dari
jasa listrik Rp. 305 250.00. 7.
Penerimaan dari jasa penggunaan air tawar
dan es Kapasitas air tawar 190 m
2
, kapasitas es 20 tonhari; tarif Rp. 2.2liter, pendapatan dari air
tawar Rp. 1 255 157.00. 8.
Penerimaan dari sewa bangunan
Tarif bangunan permanen Rp. 8 000m
2
tahun; penerimaan sewa bangunan Rp. 1 152 000.00.
9. Penerimaan jasa
penggunaan keranjang ikan
Tarif Rp. 150jam, jumlah 50 buah keranjang dan penerimaan dari jasa penggunaan keranjang ikan
Rp. 281 900.00.
Sumber : PPSC 2006 Tabel 26 Masukan data manfaat proyek fasilitas PPSC
Tahun Total Manfaat Riil Rp
Indeks Harga Konstan Rp
1994 942 454 598.00
163.17 942 454 598.00
1995 1 365 383 620.00
177.83 1 252 823 738.00
1996 1 327 110 098.00
101.38 1 327 110 098.00
1997 1 618 233 408.00
111.79 1 467 541 845.00
1998 2 381 220 005.00
198.47 1 216 345 463.00
1999 1 746 906 515.00
202.45 874 790 726.00
2000 2 264 545 200.00
259.53 884 597 512.00
2001 1 851 539 400.00
290.74 645 625 178.00
2002 1 683 304 420.00
317.29 537 846 771.00
2003 958 279 130.00
313.92 309 474 828.00
Sumber : PPSC 2006 IHKG dengan tahun dasar 1996 =100
95
Tabel 27 Masukan data asumsi dasar penilaian jenis manfaat tidak langsung Fasilitas PPSC
No Jenis Manfaat
Asumsi Dasar Penilaian Manfaat Aktual 1.
Pemasaran hasil perikanan oleh nelayan
dan sebagai sarana dalam
mempertahankan mutu ikan
- peningkatan harga ikan adanya pelelangan - pembeli bakul ikan banyak
- lokasi dermaga bongkar dan TPI dekat ±10 m - akses ke pasar ikan dan ke industri pengolahan
dekat - produksi ikan segar meningkat
- penanganan ikan yang baik seperti cara
pengangkutan dengan memperhatikan kualitas ikan yang akan dipasarkan
- tersedianya sarana dan prasarana transportasi agar distribusi ikan secara cepat sampai ke
konsumen 2.
Memudahkan dalam memenuhi kebutuhan
operasional nelayan - ketersediaan kebutuhan operasional nelayan es,
solar, air tawar, serta perbekalan melaut lainnya - harga kebutuhan operasional terjangkau
- dekat dengan kapal nelayan adanya dermaga muat
3. Adanya multiplier effect
seperti peningkatan pendapatan pada
sektor lain - bertambahnya usaha di luar kawasan PPSC
warung makan dan minum 27 buah, tingkat kebutuhan nelayan yang berhubungan dengan
kegiatan penangkapan ikan 4.
Adanya economic of scale seperti peningkatan
skala usaha - peningkatan usaha dari skala kecil menjadi besar
sebanyak 56 jenis usaha 6 pembekuan, 1 pengalengan, 8 pengolahan ikan tradisional, 1
pengepakan, 7 pergudangan, 4 perbengkelan, 27 pujasera, 2 logistik.
5. Adanya dynamic
secondary effect seperti terbukanya kesempatan
kerja bagi masyarakat dan peningkatan
produktivitas tenaga kerja
- waktu kerja, motivasi kerja, kemampuan kerja - jumlah nelayan 22 516 orang, rata-rata waktu
kerja 3-5 hari, rata-rata ukuran kapal 10 GT, rata-rata penerimaan Rp. 870 000.00bulan
- pegawai pelabuhan koperasi 35 orang, 6 hari kerja dalam 1 minggu dan rata-rata penerimaan
Rp. 890 000.00bulan - pedagang eceran atau kaki lima 11 orang, waktu
kerja 312 hari dan rata-rata penerimaan Rp. 25 000.00hari
- karyawan bengkel 5 orang, waktu kerja 312 hari dan rata-rata penerimaan Rp. 30 000.00hari
- penjual makanan dan minuman 32 orang, waktu kerja 360 hari dan rata-rata penerimaan Rp. 50
000.00hari - penjaga toko waserda 34 orang, waktu kerja 358
hari dan rata-rata penerimaan Rp. 65 000.00hari - karyawan perusahan perikanan pengumpulan
dan pengolahan ikan 76 orang, waktu kerja 312 hari dan rata-rata penerimaan Rp. 20 000.00hari
- karyawan pabrik es 30 orang, waktu kerja 312 hari dan rata-rata penerimaan Rp. 27 000.00hari
- bakul ikan 72 orang, waktu kerja 360 hari dan rata-rata penerimaan Rp. 55 000.00hari
Sumber : Hasil Penelitian 2006 Diolah
96
Berdasarkan hasil prediksi nilai manfaat ekonomi PPSC, diketahui bahwa total nilai manfaat ekonomi Rp. 3 511 704 716 807.00tahun, terbagi atas nilai
manfaat langsung yaitu Rp. 17 013 785 382.00tahun dan manfaat tidak langsung sebesar Rp. 3 494 690 931 425.00tahun Tabel 28. Hal ini
menunjukan bahwa manfaat tidak langsung yang diberikan oleh PPSC lebih besar dibandingkan dengan manfaat langsung dari fasilitas PPSC, dan hal
tersebut membuktikan keberadaan PPSC sangat penting, untuk itu pemerintah perlu lebih meningkatkan peran tersebut melalui pengembangan PP.
Tabel 28 Masukan data prediksi nilai manfaat ekonomi PPSC No.
Jenis Manfaat Ekonomi Manfaat Ekonomi
Rp
Manfaat langsung
1. Penerimaan dari tambat labuh
222 383 317 2.
Penerimaan dari sewa tanah 354 470 200
3. Penerimaan dari retribusi pelelangan ikan
16 256 850 000 4.
Penerimaan dari jasa pas masuk 57 050 784
5. Penerimaan dari jasa listrik
7 915 990 6.
Penerimaan dari jasa penggunaan tangki BBM atau solar
31 557 460 7.
Penerimaan dari jasa penggunaan air tawar 18 603 043
8. Penerimaan dari sewa bangunan
1 929 600 9.
Penerimaan dari penjualan SHU Dock 45 630 488
10. Penerimaan dari jasa penggunaan keranjang ikan 17 394 500
11 Penerimaan dari penjualan dokumen lelang
1 660 000
Total manfaat langsung 17 013 785 382
Manfaat tidak langsung
1. Pemasaran hasil perikanan oleh nelayan dan
sebagai sarana dalam mempertahankan mutu ikan 1 254 328 000 000
2. Memudahkan dalam memenuhi kebutuhan
operasional nelayan 1 898 784 000 000
3. Adanya multiplier effect
226 800 000 4. Adanya
Economic of scale 156 467 031 425
5. Adanya dynamic secondary effect
2 923 186 220 000
Total manfaat tidak langsung 3 494 690 931 425
Total manfaat ekonomi 3 511 704 716 807
Sumber : Hasil Penelitian 2006
Manfaat yang tidak dapat dinilai dengan uang intangible benefit
Menurut Ibrahim 1998 dan Choliq et al. 1999, intangible benefit merupakan manfaat yang diperoleh dari kegiatan proyek yang tidak dapat
dihitung atau dinilai dengan uang. Adanya fasilitas di PPSC maka intangible benefit yang diharapkan adalah pengembangan wilayah dan penambahan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat di Kabupaten Cilacap.
97
Manfaat bagi pengembangan wilayah di sekitar PPSC
Keberadaan PP diharapkan dapat membuat kawasan daerah sekitarnya menjadi sentra kegiatan baru yang akan meningkatkan kegiatan perekonomian di
daerah ini, misalnya munculnya pedagang dan toko yang memenuhi kebutuhan sehari-hari, pedagang makanan dan minuman.
Manfaat bagi penambahan lapangan pekerjaan
a Lapangan kerja yang langsung terkait dengan operasional PPSC. Adanya kegiatan di PPSC antara lain kegiatan penangkapan ikan di laut,
proses pengolahan dan pemasaran ikan maka dalam operasionalnya diperlukan tenaga kerja, misalnya: ABK, kuli angkut barang, sopir angkutan
barang, pengolah dan bakul ikan. b Lapangan kerja yang tidak langsung terkait dengan operasional PPSC.
Adanya penambahan kegiatan di PPSC berdampak pada terbukanya lapangan kerja baru untuk melayani kebutuhan para pegawai atau pekerja
pelabuhan, misalnya pedagang makanan dan minuman serta tukang ojek.
Identifikasi Biaya Modal investasi
Menurut Umar 2003, untuk merealisasikan proyek dibutuhkan dana untuk investasi seperti tanah, bangunan dan mesin-mesin serta biaya-biaya
pendahuluan sebelum operasi. Modal investasi yang digunakan dalam pembangunan PPSC berasal dari sumber dana proyek yang disediakan oleh PT.
Pertamina. Dana keseluruhan yang digunakan dalam pembangunan PPSC disediakan Pertamina sebesar
Rp. 46 635 057.00. Biaya yang termasuk dalam modal investasi adalah sebagai berikut:
1 Tanah
Tanah yang digunakan untuk lahan pembangunan fasilitas fungsional PPSC antara lain tanah makam milik negara dan tanah milik Kodam
IVDiponegoro. Tanah milik merupakan tanah darat yang dimiliki oleh perorangan dan digunakan oleh masyarakat untuk pekarangan atau dibangun rumah di atas
tanah milik tersebut. Tanah negara merupakan tanah darat tidak berpenghuni dan dimiliki negara. Makam merupakan tanah darat yang digunakan untuk lahan
pembangunan PPSC yang merupakan tanah tidak produktif tidak digunakan
98
untuk lahan kegiatan ekonomi dan tidak menghasilkan dan tidak termasuk dalam nilai netto produksi yang hilang, dengan demikian tidak dihitung dalam
NPV.
2 Tenaga kerja
Menurut Gray et al. 1993 dan Khotimah et al. 2002, penentuan harga bayangan untuk upah tenaga kerja khususnya tenaga kerja terdidik skilled
labour dan tenaga kerja tidak terdidik unskilled labour agak sulit. Sifat pasar tenaga kerja terdidik skilled labour pada umumnya agak kompetitif sehingga
upah yang diterima tenaga kerja dapat dikatakan setingkat atau seimbang dengan tingkat upah yang berlaku di pasaran tenaga kerja. Pemakaian tenaga
tidak terdidik unskilled labour akan menimbulkan biaya-biaya lain yang harus dikeluarkan proyek antara lain biaya pengangkutan tenaga dari daerah tempat
tinggalnya ke lokasi proyek biaya transport dan biaya makan yang diperlukan oleh tenaga kerja.
Dari laporan hasil akhir pelaksanaan proyek PPSC 1994, tenaga kerja yang dipakai dalam pelaksanaan proyek ini berasal dari daerah Cilacap dan
sekitarnya. Tenaga kerja yang bekerja dalam pelaksanan proyek PPSC termasuk dalam tenaga kerja tanpa keterampilan khusus. Tenaga kerja yang dipekerjakan
sebagian besar adalah nelayan Cilacap yang sedang mengalami masa paceklik, sehingga tidak melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut.
3 Biaya peralatan dan bahan-bahan konstruksi
Menurut Kadariah 1986 pengadaan barang yang diperdagangkan merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan biaya peralatan dan
bahan-bahan konstruksi. Jika barang tersebut dapat diperdagangkan maka yang diperhitungkan sebagai biaya adalah harga perbatasan border prices, artinya
harga bahan untuk diimpor atau untuk bahan diekspor. Hal yang perlu diperhatikan apakah biaya ini harus dibebankan pada saat dikeluarkan sebagai
investasi atau saat pembayaran kembali angsuran pinjaman dan bunganya. Peralatan dan bahan-bahan konstruksi yang digunakan dalam
pelaksanaan proyek pembangunan PPSC merupakan peralatan yang telah ada tetapi bahan-bahan yang diperlukan masih banyak didatangkan dari Jakarta.
Peralatan dan bahan-bahan konstruksi yang diperlukan disediakan dalam jumlah banyak untuk memenuhi kebutuhan konstruksi dengan kualitas cukup baik.
99
4 Biaya operasi dan pemeliharaan
Biaya operasi dan pemeliharaan merupakan biaya yang harus dikeluarkan secara rutin dalam setiap tahunnya selama proyek mempunyai umur
ekonomi Khotimah et al. 2002. Biaya operasi dan pemeliharaan fasilitas fungsional di PPSC diantaranya yaitu biaya renovasi. Biaya operasi dan
pemeliharaan dikeluarkan tiap tahunnya dengan nilai hampir sama, namun disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi fasilitas yang telah dipergunakan. Hal
ini ditujukan agar fasilitas-fasilitas yang telah dibangun mendapatkan perawatan yang baik. Masukan data besarnya total biaya proyek fasilitas PPSC ditunjukkan
Tabel 29. Tabel 29 Masukan data biaya proyek fasilitas PPSC
Tahun Total Biaya Riil Rp
Indeks Harga Konstan Rp
1990-1993 13 973 597 275.00
153.98 13 973 597 275.00
1994 - 163.17
- 1995
198 500 000.00 177.83
171 877 804.00 1996
38 838 000.00 101.38
38 838 000.00 1997
261 588 000.00 111.79
237 228 655.00 1998
9 500 000.00 198.47
4 852 672.00 1999
70 395 800.00 202.45
35 251 796.00 2000
70 033 000.00 259.53
27 356 935.00 2001
12 940 000.00 290.74
4 512 131.00 2002
1 094 694 000.00 317.29
349 774 899.00 2003
34 755 000.00 313.92
11 224 075.00 Sumber : Hasil Penelitian 2006
IHKG dengan tahun dasar 1996 =100
Aliran kas cash flow
Aliran kas yang berhubungan dengan suatu proyek bisa dikelompokkan menjadi 3 bagian antara lain: aliran kas permulaan initial cash flow, aliran kas
operasional operational cash flow dan aliran kas terminal terminal cash flow. Pengeluaran-pengeluaran untuk investasi pada awal periode mungkin tidak
hanya sekali dan merupakan initial cash flow. Aliran kas yang timbul selama operasi proyek disebut sebagai operational cash flow. Aliran kas yang diperoleh
pada waktu proyek tersebut berakhir disebut sebagai terminal cash flow. Umumnya initial cash flow adalah negatif, operational cash flow dan terminal
cash flow umumnya positif. Aliran-aliran kas ini harus dinyatakan dengan dasar setelah pajak.
100
a Aliran kas permulaan initial cash flow
Dalam menentukan aliran kas permulaan, pola aliran yang berhubungan dengan pengeluaran investasi harus diidentifikasi seperti mengetahui bagaimana
pengeluaran biaya untuk tahap pembangunan sampai dengan siap beroperasi. Misalnya tahap pengeluaran untuk biaya prakonstruksi, pembelian material dan
peralatan, konstruksi, termasuk juga penyediaan-penyediaan modal kerja. Oleh karena itu aliran kas permulaan pada proyek pembangunan fasilitas fungsional
PPSC tidak hanya terjadi pada awal periode tetapi terjadi beberapa kali yaitu pada tahun ke-1, tahun ke-2 dan seterusnya.
b Aliran kas operasional operational cash flow
Penentuan tentang berapa besarnya aliran kas operasional setiap tahunnya merupakan titik permulaan untuk penilaian profitabilitas usulan
investasi tersebut. Aliran kas operasional diperhitungkan berdasarkan aliran kas aliran kas masuk yang bersifat continue seperti penerimaan dari pelayanan
serta penggunaan jasa dari fasilitas fungsional PPSC, sedangkan aliran kas keluar cash outflow yang bersifat tidak continue atau intermittent seperti
pengeluaran biaya operasional dan pemeliharaan.
c Aliran kas terminal terminal cash flow
Aliran kas terminal umumnya terdiri dari aliran kas nilai sisa residu investasi tersebut dan pengembalian modal kerja. Aliran kas terminal dalam
aliran kas proyek fasilitas fungsional PPSC, yang biasa dipergunakan dalam aliran kas proyek masuk dalam biaya. Dana pembangunan PPSC murni dari
APBN. Oleh karena itu, dana pembangunan PPSC merupakan manfaat yang diterima oleh pemerintah dan masyarakat dan tidak termasuk dalam biaya
proyek. Untuk mengetahui aliran kas fasilitas PPSC dapat dilihat pada Lampiran 14.
Tidak adanya nilai sisa residu dan penjualan barang-barang proyek PPSC dalam aliran kas terminal, hal ini dikarenakan tidak adanya perhitungan
dalam analisis manfaat dan biaya. Untuk pengembalian modal kerja tidak termasuk aliran kas terminal dalam perhitungan analisis manfaat dan biaya. Hal
ini karena pengembalian modal kerja termasuk dalam manfaat yang diterima, kalau proyek tersebut memerlukan modal kerja dan umumnya proyek-proyek
memang membutuhkan maka kalau proyek tersebut berakhir modal kerjanya tidak lagi diperlukan. Dengan demikian modal kerja ini akan kembali sebagai
101
aliran kas pada akhir usia proyek. Aliran kas fasilitas PPSC berdasarkan IHKG dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30 Masukan data total aliran kas fasilitas PPSC Tahun
Total Aliran Kas Rp Indeks
Harga Konstan Rp 1990-1993
13 973 597 275.00 15 398.00
13 973 597 275.00 1994
942 454 598.00 163.17
889 374 021.00 1995
1 166 883 620.00 177.83
1 010 384 861.00 1996
1 288 272.098.00 101.38
1 288 272 098.00 1997
1 356 645 408.00 111.79
1 230 313 190.00 1998
2 371 720 005.00 198.47
1 211 492 790.00 1999
1 676 510 715.00 202.45
839 538 929.00 2000
2 194 512 200.00 259.53
857 240 576.00 2001
1 838 599 400.00 290.74
641 113 046.00 2002
588 610 418.00 317.29
188 071 871.00 2003
923 524 130.00 313.92
298 250 752.00 Sumber : Hasil Penelitian 2006
IHKG dengan tahun dasar 1996 =100 Berdasarkan Tabel 30 total aliran kas pada tahun 2002 dan 2003 sangat
minimum. Pada tahun 2002 PPSC mengadakan pembangunan fasilitas dalam rangka peningkatan status dari PPNC menjadi PPSC. Hal ini mengakibatkan
PPSC mengeluarkan banyak biaya sedangkan pemasukan hanya sedikit karena kapal-kapal yang dapat memanfaatkan fasilitas PPSC terbatas jumlahnya. Pada
tahun 2002 dilakukan penambahan pembangunan fasilitas untuk melengkapi fasilitas yang sudah ada dan total manfaat yang diterima PPSC mengalami
penurunan.
5 Sub Model Analisis Prioritas Pengembangan PP
Sub model analisis prioritas pengembangan PP menyimpan data jenis- jenis fasilitas yang akan dikembangkan dan rincian kriteria penilaian. Masukan
data meliputi input statis dan input dinamis. Input statis adalah input yang telah tersedia dalam sistem, nilai tingkat kepentingan dan bobot kriteria penentuan
prioritas pengembangan suatu fasilitas PP. Input dinamis adalah input yang harus dimasukkan oleh pengguna saat pengisian, yaitu pilihan-pilihan parameter-
parameter dari setiap kriteria penentuan prioritas dengan tingkat keyakinan masing-masing. Rincian masukan data prioritas pengembangan diuraikan dalam
penjelasan berikut ini. Pada struktur hirarki ini terdapat tiga level yang membangun, yaitu :
1. Level 1: Prioritas pengembangan PPSC.
102
2. Level 2: Kriteria yang mempengaruhi pengembangan PPSC. Kriteria yang
terdapat dalam hirarki ini adalah : a. Potensi SDI, produksi ikan.
b. Ketersediaan anggaran.
c. Manfaat. d. Kebutuhan masyarakat dan nelayan.
e. Jenis industri yang ada. f. Kebutuhan bakul, pedagang, dan pengolah.
3. Level 3: Sub kriteria dari kriteria yang mempengaruhi pengembangan
PPSC. Sub kriteria yang terdapat hirarki kriteria ini adalah : a. Pengembangan kawasan industri di PPSC.
b. Perbaikan atau pengerukan alur masuk ke pelabuhan. c. Pengembangan dermaga bongkar dan tambat.
d. Pengembangan TPI I dan TPI II. e. Penambahan fasilitas SPBU dan logistik.
Informasi mengenai fokus sasaran, kriteria dan alternatif tersebut tersusun dalam bentuk diagram seperti pada Gambar 14.
Gambar 14 Hirarki prioritas pengembangan PPSC.
6 Sub Model Analisis Kelembagaan Pengembangan PPSC
Sub model analisis kelembagaan dalam pengembangan suatu PP dirancang dengan metode ISM dan digunakan untuk melakukan identifikasi
103
struktur elemen unsur dalam sistem pengembangan PPSC. Pada sub model analisis kelembagaan menyimpan data jenis elemen dan sub elemen. Data jenis
elemen dari program yang dikaji dijabarkan menjadi sejumlah sub elemen. Setelah itu, ditetapkan hubungan kontesktual antara sub elemen yang
terkandung adanya suatu pengarahan direction dalam terminologi dengan penilaian perbandingan berpasangan. Adapun penilaian hubungan sudah
ditetapkan dalam sub model yang diberi simbol VAXO. Rincian masukan data elemen dan sub elemen dalam analisis kelembagaan pengembangan PPSC
ditampilkan pada Tabel 31. Tabel 31 Masukan data pada sub model analisis kelembagaan
No Jenis Elemen
Jenis Sub Elemen 1
Sektor masyarakat yang terpengaruh
dari pengembangan
PPSC Nelayan, masyarakat sekitar, buruh tenaga kerja
di PPSC, pedagang bakul, pedagang sarana penangkapan, pengusaha tenaga kerja
agroindustri hasil laut, pengusaha transportasi, pengolah ikan, pengusaha penyedia jasa
perbaikan kapal dan alat tangkap, eksportir.
2 Kebutuhan untuk
pelaksanaan program
pengembangan PPSC
Dukungan dan komitmen pemerintah pusat, dukungan dan komitmen pemerintah daerah,
dukungan dan komitmen masyarakat sekitar dan nelayan, suasana kondusif dan aman, potensi SDI,
kemudahan birokrasi ijin, tersedia lahan pengembangan, ketersediaan anggaran
pengembangan PPSC.
3 Kendala dalam
pengembangan PPSC
Keterbatasan dana pengembangan, rendahnya kualitas SDM, hambatan birokrasi dan
kelembagaan, banyaknya fasilitas yang belum layak mendukung produksi yang didaratkan.
4 Perubahan yang
mungkin terjadi dari pengembangan
PPSC Peningkatan PAD, peningkatan investasi,
optimalisasi pemanfaatan potensi SDI, peningkatan motorisasi dan teknologi alat tangkap,
pengembangan teknologi pengolahan hasil perikanan, peningkatan industri yang berbasis di
PPSC, pengembangan wilayah ekonomi wilayah, peningkatan aktivitas pelayanan di PPSC,
keterjaminan pasar produk perikanan, peningkatan jumlah nelayan dan pendapatan nelayan.
5 Tujuan dari
program pengembangan
PPSC Peningkatan PAD, peningkatan investasi,
optimalisasi pemanfaatan potensi SDI, peningkatan motorisasi dan teknologi alat tangkap,
pengembangan teknologi pengolahan hasil perikanan, peningkatan industri yang berbasis di
PPSC, pengembangan wilayah ekonomi wilayah, peningkatan aktivitas pelayanan di PPSC,
keterjaminan pasar produk perikanan, peningkatan jumlah nelayan dan pendapatan nelayan.
104
No Jenis Elemen
Jenis Sub Elemen 6 Tolok
ukur pengembangan
Peningkatan investasi, penurunan angka kemiskinan dan pengangguran, peningkatan
pendapatan nelayan, peningkatan PAD dan PNBP dari PPSC, peningkatan volume dan nilai produksi,
optimalisasi fasilitas di PP, peningkatan pangsa pasar domestik, peningkatan pangsa pasar ekspor,
optimalisasi pemanfaatan SDI, peningkatan jumlah kunjungan kapal bongkar dan hasil tangkapan.
7 Pelaku pengembangan
PPSC Pemerintah pusat, pemerintah propinsi, pemerintah
kabupaten, UPT pelabuhan, nelayan, KUD, kesyahbandaran, POLAIRUD, lembaga keuangan,
HNSI, perguruan tinggi, LSM.
8 Aktivitas Pengembangan
PPSC Koordinasi antar sektor yang terlibat dalam
pengembangan PP, perumusan perda untuk mendukung pengembangan PPSC, identifikasi
jenis-jenis fasilitas yang akan dikembangkan, menciptakan iklim kondusif dalam mendukung
pengembangan PPSC, pengembangan pendidikan dan pelatihan SDM yang terlibat dalam
pengembangan PP, kemudahan akses informasi dan teknologi.
7 Sub Model Analisis Strategi Pengembangan PP
Analisis ini menggunakan matriks SWOT untuk mendapatkan strategi yang diurutkan berdasarkan nilai skornya. Nilai skor didapat dari hasil
pengumpulan pendapat responden ahli yang diminta mengisi kuisioner berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor yang terdapat
dalam kuisioner tersebut didapat dari wawancara. Dari hasil wawancara dan studi pustaka serta laporan-laporan akhir tahun lembaga-lembaga yang terkait
diketahui beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kebijakan pengembangan PPSC. Dari faktor-faktor tersebut kemudian dilakukan
penyusunan kuisioner untuk disebarkan kepada para ahli pakar. Setelah mengidentifikasi faktor-faktor internal-eksternal, maka dilanjutkan
dengan memberikan rating dan bobot pada faktor tersebut sehingga dapat diketahui apakah posisi internal dan eksternal kuat, sedang atau lemah. Rating
menunjukkan apakah faktor tersebut merupakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang besar atau kecil. Bobot menunjukkan prioritas kepentingan
faktor tersebut. Pembobotan dilakukan dengan menggunakan matriks perbandingan berpasangan fuzzy pairwise comparison. Prinsip pembobotan
terhadap faktor peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan adalah berdasarkan besarnya prioritas yang diberikan pada faktor-faktor tersebut. Faktor yang
105
memiliki prioritas besar akan memiliki bobot yang besar dan sebaliknya faktor yang tidak diprioritaskan akan memiliki bobot yang lebih kecil.
Tabel 32 Masukan data jenis variabel internal faktor evaluasi IFE dan eksternal faktor evaluasi EFE
No Uraian Faktor-faktor Internal dan Eksternal
Kekuatan 1
Potensi sumber daya perikanan di Samudera Hindia. 2 Komitmen pemerintah pusat dan daerah yang tinggi dibidang
pengembangan perikanan dan kelautan. 3
Kewenangan dan tugas pokok serta fungsi PP yang luas dan jelas. 4
Tersedianya SDM dalam jumlah yang memadai dan dapat didayagunakan serta didukung dengan biaya operasional.
5 Tersedianya sarana dan prasarana yang terus dikembangkan dan
disempurnakan sesuai dengan master plan. 6
Tersedia dan telah operasionalnya prasarana pengawasan terpadu di kawasan PPSC.
Kelemahan 1
Kemampuan manajemen maupun teknis SDM yang kurang memadai. 2
Fasilitas yang belum layak mendukung kualitas produksi perikanan yang didaratkan.
3 Terbatasnya biaya operasional dan pemeliharaan fasilitas prasarana
pelabuhan. 4
Sarana dan prasarana pengawasan perikanan belum memadai. 5
Pengurusan perijinan yang belum sepenuhnya menjadi kewenangan UPT PP.
6 Sistem software informasi perikanan belum memadai.
Peluang
1 Tumbuh dan berkembangnya iklim usaha sejalan dengan kebijakan pemerintah daerah yang mendorong peningkatan investasi.
2 Semakin menguatnya nilai mata uang asing terhadap rupiah akan mendorong pengembangan ekspor dan peningkatan devisa.
3 Semakin meningkatnya pangsa pasar produk perikanan baik lokal maupun
nasional, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat yang semakin meningkat untuk mengkonsumsi produk pangan
yang bergizi dan menyehatkan.
Ancaman
1 Kebijakan pemerintah dalam penentuan harga BBM yang belum berpihak
pada nelayan dan industri perikanan. 2
Duplikasi peraturan dan beragamnya jenis pungutan perikanan yang membingungkan dan menghambat pengembangan usaha perikanan.
3 Maraknya IUU fishing di perairan teritorial dan ZEEI.
4 Semakin meningkatnya akses produk-produk asing terhadap pasar dalam
negeri sebagai konsekuensi dari pelaksanaan perdagangan bebas, hal ini menyebabkan persaingan produk-produk perikanan semakin ketat.
5 Usaha perikanan masih didominasi nelayan kecil dan pemanfaatan yang
bertumpu pada perairan pantai. 6
Rendahnya kualitas SDM perikanan khususnya nelayan yang bisa dilihat dari rendahnya tingkat pendidikannya menyebabkan proses alih teknologi
dan ketrampilan tidak sesuai dengan yang diharapkan, sehingga berdampak pada kemampuan pengembangan usaha.
7 Rendahnya mutu ikan yang menyebabkan nilai jual ikan menjadi rendah.
106
5.2.1.2 Sistem Manajemen Basis Model