21
1 Prasarana ekonomi, seperti jalan penghubung yang diperlukan guna mendorong kegiatan ekonomi perikanan rakyat yang belum memadai.
2 Sarana produksi yang berupa bahan dan alat penangkapan, es, garam dan sebagainya masih dalam keadaan terbatas.
3 Jaringan pemasaran hasil masih berliku-liku atau bersifat unorganized market, sehingga tidak menguntungkan nelayan. Secara geografis pusat
produksi perikanan banyak yang berjauhan dengan pusat konsumen. 4 Lembaga-lembaga perkreditan yang bisa membantu dalam permodalan
usaha belum banyak terdapat di daerah nelayan dan sistem kredit yang ada belum efektif di dalam menunjang usaha perikanan rakyat sesuai dengan
situasi dan kondisinya. Menurut Lubis 2000, pengembangan PP dapat meliputi :
1 Pengembangan fasilitasnya kapasitas dan jenis, yaitu berkaitan dengan fisik pelabuhan.
2 Pengembangan statusnya, yaitu berkaitan dengan manajemen atau
administrasi pelabuhan. Dasar pertimbangan dari pengembangan status sebuah PP adalah :
a Program sektoral dan fasilitas pendukung. b Kebijakan pusat dan daerah.
c Potensi SDI dan SDM. d Kemampuan dan manajemen serta teknologi.
e Keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran yang terjadi di PP tersebut.
Lubis 2000 menambahkan, ada tiga alternatif untuk mengembangkan fasilitas pelabuhan, yaitu :
1 Memperluas fasilitas yang ada. 2 Menambah jenis fasilitas yang ada.
3 Menambah jenis dan memperluas fasilitas yang ada. Dalam pelaksanaannya, pengembangan terhadap fasilitas PP dilakukan
secara bertahap dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti dana yang dibutuhkan, lahan untuk pengembangan, kapasitas fasilitas yang ada, kondisi
fasilitas dan sebagainya. Proses pengembangan harus dilakukan secara efektif dan efisien sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan di PP tersebut
sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat yang nyata kepada para pelaku di pelabuhan dalam melakukan berbagai aktivitas.
22
2.2 Peran Pendekatan Sistem dalam Rekayasa Model Pengembangan Pelabuhan Perikanan
Kesisteman adalah suatu meta konsep atau meta disiplin, di mana formalitas dan proses dari keseluruhan disiplin dan pengetahuan sosial dapat
dipadukan dengan berhasil. Pendekatan sistem adalah mencari keterpaduan antar bagian melalui pemahaman yang utuh Eriyatno 2003. Marimin 2004,
mendefinisikan sistem sebagai satu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian- bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan
dalam suatu lingkungan kompleks. Pengertian tersebut mencerminkan adanya beberapa bagian dan hubungan antar bagian, ini menunjukkan kompleksitas dari
sistem yang meliputi kerjasama antar bagian yang interdependen satu sama lain. Selain itu dapat dilihat bahwa sistem berusaha mencapai tujuan. Pencapaian
tujuan ini menyebabkan timbulnya dinamika, perubahan-perubahan yang terus menerus perlu dikembangkan dan dikendalikan. Definisi tersebut menunjukkan
bahwa sistem sebagai gugus dari elemen-elemen yang saling berinteraksi secara teratur dalam rangka mencapai tujuan atau sub tujuan.
Turban 1990 menyatakan bahwa pola pikir kesisteman merupakan pendekatan ilmiah untuk pengkajian yang memerlukan telaah berbagai hubungan
yang relevan, komplementar dan terpercaya. Pendekatan sistem adalah metodologi yang bersifat rasional sampai bersifat intuitif untuk memecahkan
masalah guna mencapai tujuan tertentu. Permasalahan yang sebaiknya menggunakan pendekatan sistem dalam pengkajiannya harus memiliki tiga
karakteristik: i kompleks, ii dinamis dan iii probabilistik. Terdapat tiga pola pikir yang menjadi pegangan pokok dalam menganalisis permasalahan dengan
pendekatan sistem, yaitu: i sibernetik cybernetic, artinya berorientasi kepada tujuan; ii holistik holistic, yaitu cara pandang yang utuh terhadap keutuhan
sistem, dan iii efektif effectiveness, yaitu prinsip yang lebih mementingkan hasil guna yang operasional serta dapat melaksanakan daripada pendalaman
teoritis untuk mencapai efisiensi keputusan Eriyatno 2003 dan Marimin 2004. Marimin 2004 menyebutkan bahwa pendekatan sistem adalah suatu
pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis. Manajemen sistem dapat diterapkan dengan mengarahkan
perhatian kepada berbagai ciri dasar sistem yang perubahan dan gerakannya akan mempengaruhi keberhasilan suatu sistem. Eriyatno 2003 berpendapat
bahwa pendekatan sistem memberikan metode yang logis untuk penanganan masalah dan merupakan alat yang memungkinkan untuk mengidentifikasikan,
23
menganalisis, menstimulasi serta mendesain sistem keseluruhan. Metode untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan melalui pendekatan sistem terdiri
dari beberapa tahap proses. Tahap-tahap tersebut meliputi: evaluasi kelayakan, penyusunan model abstrak, implementasi rancangan, implementasi dan operasi
sistem. Pendekatan sistem diperlukan untuk menyelesaikan persoalan dengan
melalui tahap-tahap di mana untuk menentukan tujuan dan permasalahan diawali dengan penentuan kebutuhan-kebutuhan dari setiap pelaku yang terlibat.
Eriyatno 2003 menyatakan bahwa dalam pendekatan sistem terdapat enam tahap analisis sebelum sampai kepada sintesis rekayasa, yaitu: 1 analisis
kebutuhan; 2 identifikasi sistem; 3 formulasi masalah; 4 pembentukan alternatif sistem; 5 determinasi dari realisasi fisik, sosial dan politik; dan 6
penentuan kelayakan ekonomi dan keuangan. Tahap pendekatan sistem tampak pada Gambar 3.
Konsep model dari sistem penunjang keputusan SPK menggambarkan secara abstrak tiga komponen utama penunjang keputusan, yaitu 1 pengambil
keputusan atau pengguna, 2 data, dan 3 model. Masing-masing komponen dikelola oleh sebuah sistem manajemen. Masukan dan keluaran dari dan untuk
pengguna dikelola oleh sistem manajemen dialog. Pengelolaan atau manipulasi data dilakukan oleh sistem manajemen basis data, sedangkan model dikelola
oleh sistem manajemen basis model. Ketiga komponen dari sistem tersebut dikoordinasi oleh sebuah sistem pengolahan terpusat Keen and Morton 1978.
Struktur dasar dari SPK dapat dilihat pada Gambar 4. Sistem manajemen dialog, menurut Minch and Burns 1983 adalah sub
sistem dari SPK yang berkomunikasi langsung dengan pengguna, yakni menerima masukan dan memberikan pengeluaran dari sistem. Sistem ini
menerima masukan dan memberikan keluaran yang dikehendaki oleh pengguna Eriyatno 2003.
Sistem manajemen basis data harus bersikap interaktif dan luwes, dalam arti mudah dilakukan perubahan terhadap ukuran, isi dan struktur elemen-elemen
data Minch and Burns 1983. Komponen data dapat ditambah, dihapus atau disunting agar tetap relevan bila dibutuhkan Turban 1990.