4.2.4.3 Benefit Cost Ratio BC Rasio
Benefit Cost Ratio BC Rasio merupakan perbandingan antara total penerimaan kotor dan total biaya produksi. Rumus yang digunakan untuk
menghitung Net BC adalah:
Cost oduction
Total Benefit
Gross Total
Rasio C
B Pr
=
Kriteria keputusan yang diambil dalam menentukan kelayakan berdasarkan BC Ratio adalah:
1 jika BC Ratio 1, layak diterima; 2 jika BC Ratio 1, tidak layak diterima.
4.2.5 Analisis Prioritas Pengembangan PPSC
Analisis prioritas pengembangan PPSC digunakan untuk menentukan alternatif prioritas pengembangan PPSC. Analisis pengembangan PPSC
menggunakan teknik fuzzy analytical hierarchy process AHP. Proses Hirarki Analitik AHP dirancang untuk menangkap secara rasional persepsi orang yang
berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu, melalui suatu prosedur yang didesain untuk sampai pada suatu skala preferensi diantara berbagai
alternatif. Analisis ini merupakan suatu pendekatan analisis yang bertujuan untuk membuat suatu model permasalahan yang tidak mempunyai struktur, dan
biasanya diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang terukur, maupun masalah-masalah yang memerlukan pendapat judgement Saaty 1993
dan Marimin 2004. Menurut Saaty 1993 dalam memecahkan persoalan dengan AHP
terdapat tiga prinsip dasar: 1 Menyusun Hirarki
Dalam praktek induk terdapat prosedur untuk menentukan tujuan, kriteria dan aktivitas yang terdapat dalam suatu hirarki bahkan dalam sistem yang lebih
umum. Masalah yang harus dipecahkan dalam bagian ini adalah menentukan atau memilih tujuan dalam rangka mendekomposisikan kompleksitas sistem.
Untuk mendefinisikan tujuan secara rinci sesuai dengan periskusi untuk mendapatkan konsep yang relevan dalam permasalahan.
2 Struktur Hirarki Struktur hirarki merupakan bagian dari suatu sistem yang mempelajari fungsi
interaksi komponen secara menyeluruh. Struktur ini mempunyai bentuk yang saling terkait, tersusun dari suatu sasaran utama turun ke sub-sub tujuan, lalu
ke pelaku aktor yang memberi dorongan, turun ke tujuan-tujuan aktor dan kemudian untuk menggambarkan elemen sistem atau alternatif keputusan
yang teridentifikasi. 3 Penyusunan Bobot
Tingkat kepentingan bobot dari elemen-elemen keputusan yang ada pada setiap tingkat hirarki keputusan, ditentukan melalui penilaian pendapat
dengan cara komparasi berpasangan. Komparasi tersebut adalah membandingkan setiap elemen dengan elemen lainnya pada setiap tingkat
hirarki secara berpasangan, sehingga terdapat nilai tingkat kepentingan. Untuk mentransformasi dari data kualitatif menjadi data kuantitatif digunakan
skala penilaian, sehingga diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka. Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks
yang tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hirarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi
nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut
kemudian dilakukan sintesis untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut Marimin
2004. Dalam proses pengambilan keputusan, otak manusia mempunyai
karakteristik yang spesial yang mampu belajar dan menalar pada lingkungan yang samar vague dan kabur fuzzy. Berbeda dengan model matematik formal
dan logika formal yang memerlukan data kuantitatif dan tepat, otak manusia juga mampu untuk sampai kepada suatu keputusan yang didasarkan pada data yang
tidak tepat dan kualitatif. Dengan kata lain setiap pengambil keputusan dalam memberikan preferensinya terhadap suatu alternatif atau kriteria adalah bersifat
fuzzy Machfud 2001. Metode fuzzy AHP adalah suatu metode yang dikembangkan dari metode
AHP dengan menggunakan konsep fuzzy pada beberapa bagian seperti dalam hal penilaian sekumpulan alternatif dan kriteria. Pada umumnya pengembangan
metode fuzzy AHP melalui empat tahap Yudhistira dan Diawati 2000, yaitu: 1 Skoring alternatif dan kriteria
Skoring yang dilakukan oleh pengambil keputusan dalam bentuk variabel linguistik seperti sangat jelek, sedikit jelek, sedang, sedikit bagus dan lain-
lain. Menurut Kastaman 1999 fuzzyfikasi pada metode fuzzy AHP adalah
proses pengubahan nilai selang rating berupa batas nilai yang diberikan oleh penilai menjadi selang dalam bentuk bilangan fuzzy dengan maksud
untuk menghilangkan ketidakkonsistenan nilai yang disebabkan selang rating dan bias setiap penilai.
2 Defuzzifikasi skor fuzzy Defuzzifikasi dilakukan untuk menentukan satu nilai dari skor fuzzy. Menurut
Marimin 2005 defuzzyfikasi merupakan suatu proses pengubahan output fuzzy ke output yang bernilai tunggal crisp. Terdapat banyak metode
defuzzyfikasi, namun yang banyak digunakan adalah metode centroid, nilai variabel dari centre of gravity suatu keanggotaan untuk nilai fuzzy.
Sedangkan di dalam metode maksimum, satu dari nilai-nilai variabel yang merupakan nilai kepercayaan maksimum gugus fuzzy dipilih sebagai nilai
tunggal untuk variabel output. 3 Pembobotan
Pembobotan dapat dilakukan berdasarkan teori Saaty. Menurut Marimin 2004 untuk menentukan nilai eigen eigenvector, dapat diselesaikan
melalui dua cara, yaitu dengan manipulasi matriks dan persamaan matematik.
4 Rangking dan skor akhir Menentukan rangking dan skor akhir dapat digunakan set operasi yang
memungkinkan sesuai dengan teori. Menurut Kastaman 1999 keuntungan metode fuzzy AHP, antara lain:
1 Mampu mengatasi persoalan yang sifatnya kualitatif, yang terkadang membingungkan fuzzy, contohnya: bagaimana menentukan suatu pilihan
dari serangkaian alternatif pilihan yang didasarkan atas beberapa kriteria yang sifatnya kualitatif, misalnya: kenyamanan atau keindahan yang tolok
ukur atau skala ukurannya relatif. AHP dalam hal ini menyediakan suatu skala yang mengukur hal-hal yang tak dapat dinyatakan secara jelas atau
relatif, sedemikian rupa skala ukuran yang sifatnya kualitatif dapat diperlakukan sebagaimana halnya data kuantitatif, dan untuk menghindari
ketidakkonsistenan dalam perhitungan, pada proses analisisnya melibatkan metode perbandingan berpasangan.
2 Mengingat pada proses pemilihan alternatif dalam AHP didasarkan atas perbandingan secara berpasang-pasangan dari mulai tingkatan level kriteria
terbawah menurut hirarki persoalan yang dirumuskan, maka pada proses
analisis ini terjadi pembobotan kriteria dan pemilihan alternatif berdasarkan kompetisi penuh. Dengan demikian tingkat dominasi kepentingan atau bobot
masing-masing kriteria dapat ditentukan secara pasti. 3
Proses pengambilan keputusannya dapat secara kelompok maupun perorangan, tergantung dari banyak sedikitnya responden penilai. Oleh
karena itu metode ini dapat dikatakan fleksibel dalam menjawab persoalan baik yang sifat keputusannya individual maupun kelompok.
4 Pengambilan keputusannya akan lebih obyektif, karena metode ini mampu menampilkan alternatif selang kepercayaan yang berkaitan dengan tingkat
obyektivitas pengambilan keputusan. 5 Dengan AHP dimungkinkan untuk memperbaiki definisi suatu masalah dan
mengembangkan keputusannya melalui pengulangan, bila pada saat tahap analisis terjadi kekeliruan atau adanya kekurangan yang perlu ditambahkan.
6 Metode AHP dapat mengakomodasikan pendapat setiap orang dan dalam proses pengambilan keputusannya dapat dilakukan baik berdasarkan
penilaian judgement maupun konsensus. 7 Oleh karena dalam AHP dibuat suatu hirarki sistem, maka dalam proses
analisis akan terlihat keterkaitan atau ketergantungan diantara satu elemen sistem dengan elemen sistem lainnya.
8 AHP menghitung konsistensi logis dari setiap penilaian yang digunakan dalam menentukan prioritas. Sehingga ketidakkonsistenan dalam
perbandingan berpasangan diantara alternatif pilihan dapat dihindari. Contoh dari bentuk ketidakkonsistenan yang dimaksud misalnya: A B, B C,
namun terjadi C A. Konsistensi terjadi apabila A B, B C dan A C. 9 Bias yang muncul pada saat pembobotan kriteria dapat dihilangkan karena
adanya proses normalisasi bobot. Penentuan prioritas pengembangan fasilitas dengan pendekatan fuzzy
AHP akan didasarkan dengan tiga tingkatan hirarki. Tingkat pertama adalah fokus prioritas pengembangan fasilitas di PPSC, tingkat kedua adalah aspek atau
kriteria dan tingkat ketiga adalah alternatif pengembangan fasilitas. Fokus pengembangan fasilitas di PPSC adalah penentuan prioritas pengembangan
fasilitas di PPSC. Aspek ataupun kriteria pengembangan fasilitas PPSC yaitu SDI, jumlah dan jenis produksi ikan, biaya atau ketersediaan anggaran, manfaat,
kebutuhan masyarakat atau nelayan penangkap, jenis industri pengolahan, jenis industri jasa, jenis industri penangkapan, kebutuhan bakul atau nelayan dan
kebutuhan pengolah. Alternatif pengembangan fasilitas dalam pengembangan PPSC adalah dengan menambah jenis fasilitas baru, memperluas fasilitas yang
ada, dan menambah jenis dan memperluas fasilitas yang ada. Hirarki prioritas pengembangan fasilitas PPSC dengan pendekatan fuzzy AHP ditampilkan pada
Gambar 11.
Gambar 11 Prioritas pengembangan fasilitas PPSC.
4.2.6 Analisis Kelembagaan