1
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Tenaga kerja merupakan aset yang penting karena berfungsi untuk mendukung produktivitas dan keberlangsungan usaha setiap perusahaan, selain dari
adanya keunggulan teknologi dan ketersediaan dana, sehingga harus dilindungi agar dapat bekerja secara aman, sehat dan produktif. Kondisi kesehatan dan produktivitas
tenaga kerja akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia yang menjadi faktor penentu Indek Pembangunan Manusia IPM atau
Human Development Index
HDI. Sedangkan IPMHDI itu sendiri merupakan salah satu faktor penentu terhadap
kemajuan pembangunan dan daya saing suatu bangsa dan negara. Di tempat kerja, setiap tenaga kerja selalu berhadapan dengan kondisi kerja
yang mengandung potensi bahaya
potensial hazards
terhadap kecelakaan kerja
occupational accident
ataupun penyakit; yang dapat berupa penyakit umum
general disease
maupun penyakit akibat kerjaPAK
occupational disease
. Berbagai pemakaian peralatan, mesin-mesin, bahan-bahan berbahaya, zat kimia
beracun, kondisi lingkungan kerja, tuntutan pekerjaan yang menimbulkan tekanan fisik dan psikis telah menjadikan seseorang yang bekerja berhadapan dengan
kemungkinan yang makin besar terkena risiko pekerjaan atau terkena penyakit yang disebabkan pekerjaan dan jabatannya.
Sementara di luar tempat kerja, para tenaga kerja juga menghadapi risiko berbagai penyakit dan kecelakaan sebagaimana masyarakat pada umumnya. Dengan
demikian maka seorang tenaga kerja berhadapan dengan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerjaPAK sebagai risiko khusus yang ada di tempat kerja dan
2 berhadapan dengan risiko penyakit dan kecelakaan di luar tempat kerja sebagai risiko
umum yang ada di lingkungan masyarakat. Tenaga kerja pada umumnya berada di tempat kerjanya selama 8 jam atau
lebih dalam sehari, sehingga risiko di tempat kerja secara tidak langsung juga akan meningkatkan risiko kecelakaan dan penyakit yang ada di lingkungan masyarakat
pada umumnya. Hal ini dikarenakan berbagai potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja akan menimbulkan penurunan daya tahan tubuh dan berbagai gangguan
kesehatan sehingga tenaga kerja akan lebih mudah terkena atau tertular penyakit maupun kecelakaan sewaktu berada di luar lingkungan kerjanya. Demikian pula
sebaliknya, kondisi tenaga kerja yang mengidap penyakit atau gangguan kesehatan umum apabila bekerja juga akan meningkatkan risiko kecelakaan kerja dan penyakit
terkait kerja
work related disease
yaitu penyakit yang dipermudah atau diperparah oleh risiko dari tempat kerja.
Untuk mengendalikan dan menangani hal tersebut di atas, pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja merupakan prioritas utama. Pemeliharaan kesehatan
tenaga kerja termasuk juga pemeriksaan kesehatan tenaga kerja merupakan salah satu upaya dalam menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif yang merupakan
kewajiban pengurus perusahaan untuk melaksanakannya. Masih banyak pengusaha yang belum memahami berbagai bahaya kerja dari
sumber-sumber bahaya di tempat kerja dan kewajiban-kewajiban yang terkait dengan peraturan perundangan bidang pengawasan kesehatan kerja khususnya masalah
penerapan persyaratan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja, sehingga masih banyak pelanggaran pelaksanaan peraturan perundang-undangan. Agar nantinya pelaksanaan
peraturan perundangan di tempat kerja terutama dalam penerapan persyaratan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dapat berjalan dengan optimal, maka perlu
3 pembinaan dan pengawasan pelaksanaan peraturan perundangan bidang kesehatan
kerja khususnya berkaitan dengan norma pemeliharaan kesehatan tenaga kerja secara baik.
Diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan secara umum bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh
akses atas sumber daya di bidang kesehatan, setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau, serta setiap
orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
Untuk kesehatan kerja secara khusus teratur di dalam Bab XII Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 164 sampai dengan Pasal
166 yang menjelaskan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk
yang diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud meliputi pekerja di sektor formal dan informal. Sementara pengusaha yang
menjalankan upaya kesehatan kerja wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan serta wajib menanggung
seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja. Dengan memberikan pelayanan kesehatan yang baik, pengusaha pun telah
memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dan keluarganya melalui program jaminan sosial tenaga kerja Jamsostek dan secara langsung mengikutsertakan
tenaga kerja dalam program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK yang pengelolaannya diatur dalam Undang-undang Nomor 3 Tahunn 1992 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Filosofi dari jaminan sosial tenaga kerja adalah untuk memberikan ketenangan kerja, menjamin kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya
4 dan dapat memberikan dampak positif terhadap usaha peningkatan disiplin dan
produktifitas tenaga kerja. PT Jamsostek Persero merupakan program publik yang memberikan
perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu. Adapun
penyelenggaraannya menggunakan
mekanisme asuransi
sosial. Jamsostek memiliki berbagai program yang menjadi hak setiap tenaga kerja dan
wajib dipenuhi pihak perusahaan. Program tersebut di antaranya, Jaminan Kecelakaan Kerja JKK, Jaminan Hari Tua JHT, Jaminan Kematian, dan Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan JPK. Khusus yang terakhir disebut, JPK, merupakan bentuk perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan kesejahteraan tenaga kerja dan
keluarganya. Program ini bertujuan memberikan perlindungan kesehatan bagi tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
Dengan adanya Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK, otomatis setiap tenaga kerja bisa lebih produktif dalam bekerja dan keluarganya pun bisa tenang dan
lebih sejahtera. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK bermanfaat bagi tenaga kerja dan perusahaan. Untuk tenaga kerja dan keluarganya, Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan JPK melayani masalah kesehatan mulai dari pelayanan di klinik, rumah sakit, apotek, optik, dan kebutuhan alat bantu kesehatan. Sementara bagi perusahaan,
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK secara tidak langsung menjamin tenaga kerja yang sehat dan dapat berkonsentrasi dalam bekerja sehingga lebih produktif.
Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK ini mengcover tenaga kerja baik suami atau istri dan tiga orang anak dengan syarat maksimal 21 tahun, belum
bekerja, dan belum menikah. Dengan melihat besarnya manfaat Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK, Kepala Bidang Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
JPK Jamsostek Kantor Cabang Purwakarta Bunyamin Najmi mengimbau kepada
5 setiap perusahaan yang belum memiliki jaminan kesehatan bagi tenaga kerjanya agar
segera mengikutsertakannya di program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK http:www.pasundanekspres.co.idekbis9280-jpk-hak-pekerja-yang-harus-dipenuhi
diakses pada tanggal 3 Februari 14.22 WIB. Reytman Aruan, Kasubag Hukum dan Organisasi Ditjen PHI dan Jamsostek
Depnakertrans, mengungkapkan bahwa program jaminan sosial tenaga kerja Jamsostek wajib hukumnya. Untuk program Jaminan Hari Tua, Jaminan Kematian
dan Jaminan Kecelakaan Kerja, perusahaan harus mendaftarkan pekerjanya ke PT Jamsostek Persero. Sementara untuk Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, perusahaan
boleh mengikuti program lain, sepanjang lebih menguntungkan dari yang ditawarkan Jamsostek. Untuk program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan itu, Pasal 35 Ayat 1
PP No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jamsostek, sudah ditentukan paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar yang terdiri dari: rawat
jalan tingkat pertama, rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap, pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan, penunjang diagnostik, pelayanan khusus dan
gawat darurat. Ini adalah standar minimal pemeliharaan kesehatan. Kalau perusahaan memilih program lain, maka program tersebut harus lebih menguntungkan dari
standar minimal ini http:www.hukumonline.comberitabacahol20037ketika- buruh-tidak-diikutkan-program-jaminan-pemeliharaan-kesehatan
diakses pada
tanggal 3 Februari 2015 pukul 09.45 WIB. Berdasarkan Pasal 2 ayat 4 PP No. 141993, bahwa pengusahaperusahaan
yang telah memenuhi syarat menyelenggarakan sendiri program pemeliharaan kesehatan JPK bagi tenaga kerjanya dengan manfaat yang lebih baik dari Paket
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar PT Persero Jamsostek JPK Dasar, tidak wajib ikut dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK yang diselenggarakan oleh
6 PT
Jamsostek Persero. Perusahaan
dinyatakan telah
menyelenggarakan sendiri program pemeliharaan kesehatan JPK bagi tenaga kerjanya dengan manfaat
yang lebih baik dari JPK-Dasar PT Persero Jamsostek, adalah apabila perusahaan telah memenuhi ketentuan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-
01Men1998 tentang Penyelenggaraan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga Kerja Dengan Manfaat Lebih Baik Dari Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja selanjutnya disebut “Permen No.
01MEN1998” http:www.hukumonline.comklinikdetaillt4c33df89f2498paket- pemeliharaan-kesehatan-karyawan-dengan-manfaat-lebih-baik-oleh-perusahaan
diakses pada tanggal 28 Januari 2015 16.28 WIB. Sudah cukup banyak perusahaan yang memiliki dan menjalankan Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan JPK secara Mandiri dengan manfaat yang lebih baik dari program yang diselenggarakan oleh badan penyelenggara. Hal tersebut dikarenakan
perusahaan beserta tenaga kerja merasa bahwa program jaminan kesehatan JPK yang diselenggarakan oleh badan penyelenggara masih memiliki banyak kendala
dalam penyelenggaraan program-programnya. Kendala yang masih dialami dalam proses pelaksanaan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK antara lain:
Persyaratan administrasi yang mudah dalam pengajuan klaim serta menerapkan mekanisme klaim yang mudah dan cepat menjadi kekuatan dari Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan JPK Mandiri karena kinerja klaim yang baik selain mempengaruhi kondisi keuangan dan reputasi badan penyelenggara juga akan
berdampak pada kepuasan Pelaksana Pelayanan Kesehatan PPK dan kepuasan peserta. Dimensi citra atau reputasi memungkinkan perusahaan untuk secara proaktif
menjelaskan diri kepada pelanggan dan dapat mempengaruhi perilaku pembelian pelanggan. Menurut
stakeholder
terkait Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK
7
Mandiri mempunyai citra atau reputasi yang baik dan relatif cukup bagus, sementara
pelayanan PT
Askes sudah
kita ketahui
bersama seperti
apa http:jurnal.ugm.ac.idjmpkarticledownload26882411 diakses pada 29 Januari
2015 pukul 12.27 WIB. Banyak klaim yang diajukan oleh pekerja yang ditolak oleh badan
penyelenggara dengan alasan bahwa klaim tersebut bukan merupakan tindakan
emergency
, sehingga banyak pekerja yang tidak mendapatkan ganti kerugian dari klaim yang mereka ajukan. Ganti kerugian yang diberikan oleh perusahaan yang
menjalankan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK secara Mandiri bahkan terlihat lebih baik dibandingkan dengan aturan yang berlaku dari badan penyelenggara
http:e-journal.uajy.ac.id58314HK310404.pdf diakses pada tanggal 29 Januari 2015 pukul 08.20 WIB.
Sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.: PER-01MEN1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan
Bagi Tenaga Kerja Dengan Manfaat Lebih Baik Dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja, PT Indofood merupakan salah
satu contoh perusahaan yang menyelenggarakan sendiri Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK. Faktor-faktor yang menunjang pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan JPK Secara Mandiri tersebut diantaranya yaitu adanya kesadaran dari pengusaha untuk memberikan kesejahteraan di bidang kesehatan bagi karyawannya,
adanya kepercayaan yang ingin diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya bahwa PT Indofood CBP
Consumer Branded Products
Sukses Makmur Tbk Terbuka Cabang Medan dapat memberikan fasilitas kesehatan yang terbaik bagi
pekerjanya.
8 Berangkat dari kondisi yang telah diuraikan, Peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian berkenaan dengan pelaksanaan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK secara Mandiri serta melihat sejauh mana keberhasilan pelaksanaan
program tersebut. Untuk itu Peneliti mengangkat permasalahan yang dirangkum dalam penelitian sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul: “Evaluasi
Pelaksanaan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK Secara Mandiri Oleh PT Indofood CBP
Consumer Branded Products
Sukses Makmur Tbk Terbuka Cabang Medan”.
I.2. Perumusan Masalah