Kadar Serat Kasar Kelarutan dalam Air dingin

53 Dari sampel-sampel yang telah diuji dapat dilihat bahwa seluruh sampel memenuhi standar DSN untuk dekstrin yaitu maksimal 0,5 . Sampel-sampel yang diuji juga memenuhi standar maltodekstrin menurut PT. Sorini, Tbk. yaitu maksimal 0,5 . Hal ini juga berarti bahwa pati tapioka merupakan pati yang baik untuk diproduksi menjadi pati termodifikasi karena memiliki kadar abu yang rendah. Mineral yang terkandung dalam pati juga berasal dari NaCl hasil penetralan HCl oleh NaOH yang tidak ikut tercuci. Dengan ANOVA terlihat bahwa sampel yang berbeda akan memiliki pengaruh terhadap nilai kadar abu yang berbeda nyata. Perbedaan kadar abu pada tiap sampel dikarenakan tertinggalnya NaCl pada pati ketika dilakukan pencucian dengan jumlah yang tidak sama pula. Agar kadar abu rendah, proses pencucian harus dilakukan dengan berulang-ulang sehingga garam NaCl tercuci seluruhnya.

6. Kadar Serat Kasar

Kadar serat hampir sama dengan kadar abu suatu bahan yaitu tidak bergantung pada konsentrasi asam yang digunakan, lama proses modifikasi ataupun metode yang digunakan. Kadar serat tergantung dari bahan baku yang digunakan. Serat merupakan bahan yang tidak dapat dicerna oleh usus manusia dan biasa berupa selulosa. Berikut ini adalah hasil pengujian kadar serat dari beberapa sampel: 54 Tabel 16. Hasil pengujian kadar serat Metode Sampel Pati Kadar serat pati tapioka 0.115 0 N 60 menit N1W2 0.13 0,1N 90 menit N2W3 0.095 0,2N 60 menit N3W2 0.136 0,3 N 60 menit N4W2 0.0965 Metode Kering 0,4N 60 menit N5W2 0.4925 0 20 menit M1W2 0.115 0,5 50 menit M2W5 0.135 1 20 menit M3W2 0.15 1,5 50 menit M4W5 0.12 Metode gelatinis asi 2 20 menit M5W2 0.135 Keterangan : Sesuai standar DSN Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa keseluruhan sampel memenuhi standar kadar derat dekstrin DSN. Hanya satu sampel yang sedikit melampaui ambang batas kadar serat untuk aplikasi pangan yaitu pada sampel pati termodifikasi dengan metode gelatinisasi dengan konsentrasi HCl 1 dan waktu proses 20 menit. Kadar serat maksimal yang diijinkan untuk aplikasi pangan adalah 0,6 Dewan Standarisasi Nasional, 1992 Dengan ANOVA didapatkan bahwa seluruh sampel tidak berbeda nyata satu sama lainnya. Dapat dikatakan juga bahwa kadar serat seluruh sampel yang diuji memiliki kadar serat yang sama. Kadar serat yang sama ini disebabkan karena bahan baku tapioka yang digunakan adalah sama. Serat yang terkandung di dalam pati merupakan serat selulosa yang terdapat pada umbi ubi kayu. Pada saat proses ekstraksi pati, selulosa tersebut ada yang tercampur pada cairan ekstrak pati. Saat pati dikeringkan, ada sedikit serat yang masih tercampur dalam pati. 55

7. Kelarutan dalam Air dingin

Kelarutan dalam air dingin menyatakan berapa persentase bahan yang dapat larut di dalam air pada suhu kamar. Pati merupakan bahan yang tidak larut di dalam air. Bahan yang dapat larut dalam air dapat berupa garam-garaman atau gula monosakarida maupun disakarida. Di bawah ini adalah hasil pengujian kelarutan dalam air dingin. Tabel 17. Hasil pengujian persentase kelarutan dalam air dingin. Metode Sampel Pati Kelarutan dalam air dingin pati tapioka 0,04 0 N 60 menit N1W2 0,08 0,1N 90 menit N2W3 1,92 0,2N 60 menit N3W2 0,12 0,3 N 60 menit N4W2 0,16 Metode Kering 0,4N 60 menit N5W2 0,08 0 20 menit M1W2 0,08 0,5 50 menit M2W5 0,04 1 20 menit M3W2 0,08 1,5 50 menit M4W5 0,04 Metode gelatinisa si 2 20 menit M5W2 1,76 Keterangan : Sesuai standar DSN Dari hasil pengujian didapatkan pati yang telah mengalami proses modifikasi memiliki persentase bahan yang larut dalam air dingin lebih tinggi dibandingkan dengan pati tapioka. Hal ini dapat dijelaskan karena dalam proses modifikasi pati terbentuk gula-gula hasil pemutusan polimer pati. Pada grafik hasil pengujian kelarutan dalam air dingin terdapat dua sampel yang memiliki persentase kelarutan dalam air dingin yang cukup besar dibanding sampel lainnya. Perbedaan itu disebabkan karena pada sampel metode penyangraian dengan konsentrasi asam 0,1 N waktu penyangraiannya adalah 90 menit. Berarti gula pereduksi yang dihasilkan juga lebih daripada sampel yang lain dengan metode yang sama. Waktu yang lebih lama menghasilkan pati termodifikasi dengan jumlah gula hasil pemotongan polimer pati yang lebih banyak pula. Demikian juga dengan sampel dengan metode gelatinisasi dengan konsentrasi HCl 2 dan waktu 56 20 menit. Semakin tinggi konsentrasi asam berarti juga semakin cepat proses hidrolisisnya dan semakin banyak pula gula yang dihasilkan. Dari ANOVA didapatkan seluruh sampel memiliki kelarutan yang relatif sama kecuali sampel N2W3 dan M5W2. Hal ini dikarenakan sampel N2W3 adalah sampel yang diambil pada menit ke-90. Sedangkan sampel yang lain diambil pada menit dibawahnya. Sampel M5W2 menggunakan larutan asam dengan konsentrasi tertinggi dibanding sampel laininya pada metode gelatinisasi. Semakin lama waktu hidrolisis dan semakin tinggi konsentrasi asam menyebabkan tingginya gula pereduksi yang dihasilkan. Hal tersebut berarti juga semakin banyak materi yang terlarut dalam air. Oleh karena itu sampel N2W3 dan M5W2 memiliki kelarutan yang tertinggi.

8. Derajat asam