Kadar Air ANALISA KARAKTERISTIK MUTU PATI TERMODIFIKASI

50 Warna ungu agak kecoklatan ini menunjukkan terdapatnya gula yang mengandung gula pereduksi yang jumlahnya lebih banyak daripada sampel yang lain. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai DE kedua sampel tesebut yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan sampel-sampel yang lain. Bila dibandingkan dengan standar DSN, sampel-sampel pati yang diuji memenuhi syarat mutu dekstrin untuk aplikasi pangan maupun non pangan. Dalam DSN disebutkan bahwa warna dalam lugol adalah ungu sampai kecoklatan.

4. Kadar Air

Kadar air suatu pati termodifikasi menunjukkan bagaimana proses pengeringannya apakah berjalan dengan baik ataupun tidak. Pati yang bermutu baik akan memiliki kadar air yang rendah. Kadar air sangat penting dalam penyimpanan produk pati tersebut. Pati dengan kadar air yang rendah akan lebih mudah dalam penyimpanan dan aplikasinya. Sampel yang diuji pada pengujian kadar air ini melalui proses pengeringan yang sama. Hasil pengujian kadar air dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 14. Hasil pengujian kadar air Metode Sampel Pati Kadar air pati tapioka 3,10 0 N 60 menit N1W2 0,01 0,1N 90 menit N2W3 0,66 0,2N 60 menit N3W2 2,41 0,3 N 60 menit N4W2 0,22 Metode Kering 0,4N 60 menit N5W2 0,00 0 20 menit M1W2 9,68 0,5 50 menit M2W5 14,25 1 20 menit M3W2 25,31 1,5 50 menit M4W5 28,60 Metode gelatinisasi 2 20 menit M5W2 48,25 Keterangan : Sesuai standar DSN 51 Hasil pengujian kadar air menunjukkan bahwa sampel yang diproses dengan metode penyangraian memiliki kadar air yang lebih rendah dibandingkan pati yang diperoleh dari metode gelatinisasi. Hal ini dapat dijelaskan karena pada pati hasil gelatinisasi terdapat penambahan air dalam proses modifikasinya. Produk yang dihasilkan setelah proses hidrolisis adalah pati yang masih basah yang berbentuk gel. Berbeda dengan pati yang dihasilkan dari metode penyangraian yang sudah kering. Selain itu proses pengeringan dilakukan pada suhu yang tidak terlalu tinggi 25 C untuk menghindari kerusakan produk pati. Bila dibandingkan dengan standar DSN untuk produk dekstrin, pati termodifikasi yang dihasilkan dari proses penyangraian semuanya memenuhi syarat. Batas kadar air maksimal yang diijinkan untuk dekstrin oleh DSN adalah 11 . Untuk pati termodifikasi dengan proses gelatinisasi hanya satu sampel yang memenuhi syarat yaitu pada konsentrasi HCl 0 dan pada waktu 20 menit. Sampel selain itu kesemuanya melebihi ambang kadar air yang diperbolehkan. Agar kadar air pati termodifikasi dengan metode gelatinisasi memiliki kadar air yang rendah, perlu adanya proses pengeringan yang lebih lama dibandingkan dengan metode penyangraian. Kadar air lebih ditentukan oleh teknik pengeringan dan teknik modifikasinya. Dengan ANOVA didapatkan kadar air dari pati termodifikasi dengan metode penyangraian tidak berbeda nyata satu sama lain. Kadar air untuk pati termodifikasi metode gelatinisasi relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pati termodifikasi metode gelatinisasi. Semakin tinggi konsentrasi asam yang digunakan dalam metode gelatinisasi semakin tinggi pula kadar air pada produk pati termodifikasinya. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan air dalam prosesnya. Pati hasil gelatinisasi pada konsentrasi rendah berbentuk gel setelah digelatinisasi sedangkan pada konsentrasi tinggi berbentuk cair. Hal tersebut terjadi karena semakin tinggi konsentrasi HCl yang digunakan menyebabkan rantai polimer pati yang terpotong semakin banyak pula sehingga kekuatan gel pati akan menurun. Pada saat proses 52 pengeringan, air pada pati yang telah berbentuk gel lebih cepat kering sehingga kadar air pada pati yang menggunakan konsentrasi HCl yang lebih tinggi memiliki kadar air yang lebih tinggi pula.

5. Kadar Abu