Motorisasi Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan Nelayan

68

5.2.5. Motorisasi

Motorisasi perahu-perahu nelayan dalam pelaksanaannya memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan adanya penggunaan mesin, perjalanan perahu nelayan untuk menangkap ikan dapat dilakukan dengan lebih cepat, penghematan tenaga pendayung dan kegiatan tidak tergantung pada arah angin, yang berarti waktu dan tenaga dapat dihemat. Selain itu juga, kegiatan menangkap ikan dapat dilakukan dengan lebih intensif. Namun, dalam perkembangannya motorisasi peralatan tangkap ini telah menyebabkan tersisihnya kelembagaan ekonomi TPI karena para nelayan harus menjual hasil tangkapannya kepada para bakul yang menjadi langgannya bukan melalui lelang bebas di TPI seperti sebelum diberlakukannya motorisasi. Selain itu, motorisasi peralatan tangkap erat kaitannya dengan penggunaan bahan bakar. Setelah adanya kenaikan harga bahan bakar minyak BBM mulai tahun 1998 sampai terakhir pada bulan September 2005 yang lalu, masyarakat nelayan sangat merasa terbebani karena harus mengeluarkan biaya operasional yang lebih besar. Kenaikan harga BBM tersebut tidak dibarengi dengan kenaikan harga hasil produksi nelayan. Seperti diungkapkan oleh salah seorang responden sebagai berikut: ”Ning waktu bengen nangkep iwak ora usah ado-ado, cukup ning banyu 3 depah ato sekitar 8 meter, nelayan wis oli pengasilan akeh, sawise ana motorisasi, nelayan angel oli iwak lan jarake kudu ado, dadi kudu ngetokaken biaya perbekelan sing luwi akeh KmrJuragan”. Pada waktu dulu menangkap ikan tidak perlu jauh-jauh, cukup pada jarak kedalaman 3 jengkal atau sekitar 8 meter, nelayan sudah mendapatkan hasil yang banyak, setelah adanya motorisasi, nelayan susah mendapatkan ikan dan jaraknya pun harus jauh, sehingga harus mengeluarkan biaya perbekalan yang semakin besar. ”Bengen sadurunge krisis, lagi waktu rega solar masih Rp 750,00 rega urang bisa sampe Rp 100.000,00 – Rp 125.000,00 perkilo, sekiyen rega solar Rp 5000,00, tapi rega urang cuma Rp 80.000,00 – Rp 100.000,00 perkilo WrnJuragan”. Dulu sebelum krisis, pada waktu harga solar masih Rp 750,00 harga udang bisa mencapai Rp 100.000,00 – Rp 125.000,00 perkilogram, sekarang harga solar Rp 5000,00, namun harga udang hanya Rp 80.000,00 – Rp 100.000,00 perkilogram. 69

5.2.6. Pencemaran Lingkungan

Dokumen yang terkait

Analisis Masalah Kemiskinan Nelayan Tradisional Di Desa Padang Panjang Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam

4 53 173

Strategi Kehidupan Rumahtangga Sirkulator dalam Meningkatkan Kesejahteraan Rumahtangga (Studi Kasus di Desa Curug, Kecamatan Karangsembung, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat)

0 28 124

Evaluasi Program Inpres Desa Tertinggal dalam Konteks Mengentaskan Kemiskinan pada Masyarakat Nelayan (Studi Kasus Nelayan Penerima Program IDT di Kotamadya Padang, Propinsi Sumatera Barat)

0 12 288

Persepsi Masyarakat Nelayan terhadap Pendidikan Formal (Kasus di Pantai Pamayang Desa Cikawungading, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat)

0 13 136

Analisis ekonomi alokasi waktu, pendapatan dan kemiskinan rumahtangga nelayan di Desa Cikahuripan, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi

0 6 203

Pola adaptasi nelayan terhadap perubahan iklim studi kasus Nelayan Dusun Ciawitali, Desa Pamotan, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat

6 43 138

Strategi Nafkah Rumahtangga Nelayan (Studi Kasus di Dua Desa Nelayan Tangkap Kabupaten Lamongan Jawa Timur)

0 6 208

Analisis model peluang kerja suami dan istri, perilaku ekonomi rumahtangga dan peluang kemiskinan. studi kasus : rumahtangga nelayan tradisional di kecamatan Pandan kabupaten Tapanuli Tengah propinsi Sumatera Utara

0 6 288

STRATEGI KELUARGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN.

2 15 157

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN MASYARAKAT NELAYAN (Studi Pada Masyarakat Desa Limbangan Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu) - repository UPI S PEK 0804472 Title

0 0 4