51 juragan
lain adalah adanya keinginan untuk memperoleh pinjaman uang ikatan kerja yang lebih besar dari yang pernah diterima sebelumnya. Bagi para juragan
yang tidak mau bidaknya berpindah bekerja kepada juragan lain, maka juragan tersebut sangat menghargai pekerjaan bidaknya dan tidak segan-segan untuk
memberikan pinjaman uang kepada bidaknya. Bagi para bidak, menjalin ikatan dengan juragan merupakan suatu hal
penting untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Pola hubungan patron-klien ini merupakan tata hubungan yang saling menguntungkan, dimana bidak selaku
nelayan yang tidak memiliki alat-alat produksi diberikan keuntungan oleh juragan selaku pemilik alat-alat produksi untuk bekerja sebagai bidak pada juragan yang
bersangkutan dan akan memproleh imbalan yang setimpal dengan hasil usahanya.
5.1.3. Sistem Bagi Hasil
Sistem bagi hasil adalah pola pembagian dari hasil penjualan tangkapan setelah melakukan kegiatan menangkap ikan di laut miyang dalam satu kali
melaut. Sistem bagi hasil ini dilakukan oleh para nelayan karena adanya ketidakpastian hasil dalam usaha penangkapan ikan. Pada waktu dulu sistem bagi
hasil yang berlaku pada tiap-tiap peralatan tangkap sama yaitu 50 persen bagi pemilik perahu juragan dan 50 persen bagi buruh nelayan bidak. Namun pada
perkembangannya, sistem bagi hasil mengalami perubahan karena jumlah pemilik perahu juragan yang semakin bertambah sementara jumlah buruh nelayan relatif
tetap, sehingga persaingan antar juragan untuk mendapatkan tenaga kerja buruh nelayan. Untuk mengatasi persaingan antar juragan tersebut, para juragan
membuat kesepakatan yang baru tentang sistem bagi hasil yang berlaku.
52 Sistem bagi hasil yang berlaku pada masyarakat nelayan di Desa
Limbangan sangat bergantung pada jenis alat tangkap karena pada tiap-tiap alat tangkap sistem bagi hasil yang berlaku berbeda-beda. Perbedaan sistem bagi hasil
ini dikarenakan oleh adanya perbedaan harga pada peralatan tangkap. Pada peralatan tangkap yang harganya lebih mahal, maka bagian pemilik parahu
juragan akan lebih besar bila dibandingkan dengan sistem bagi hasil pada peralatan tangkap yang harganya relatif lebih murah. Selain itu, perbedaan system
bagi hasil disebabkan pula oleh adanya perbedaan resiko kerusakan alat tangkap jaring pada saat digunakan dalam kegiatan melaut miyang. Sepeti terlihat pada
uraian berikut ini: 1. Jaring Payang
Setelah proses penjualan hasil tangkapan selesai, hasil penjualan tidak langsung dibagi, tetapi dipotong terlebih dahulu 3 persen untuk pembayaran
retribusi kepada petugas TPI. Biaya retribusi ini ditanggung bersama antara nelayan dan bakul. Setelah dipotong biaya retribusi, baru kemudian dilakukan
pembagian hasil. Aturan atau ketentuan yang digunakan dalam pembagian hasil untuk menentukan besarnya bagian yang diperoleh setiap komponen
yang terlibat dalam hubungan kerja, yaitu sebagai berikut: a. Jumlah keseluruhan pendapatan atau uang penghasilan dalam sekali
melaut mula-mula dipotong untuk biaya retribusi dan biaya perbekalan atau biaya operasional melaut miyang. Untuk sekarang ini, dengan
adanya kenaikan harga BBM, biaya perbekalan pada jenis alat tangkap ini rata-rata sekitar Rp 125.000,00.- mencakup antara lain: biaya solar, oli,
minyak tanah, es, makanan dan rokok. Biaya perbekalan tersebut terlebih
53 dahulu ditanggung oleh pemilik perahu juragan, setelah kegiatan melaut
selesai biaya perbekalan tersebut akan dibayar dari penjualan hasil tangkapan.
b. Setelah dipotong biaya perbekalan, selanjutnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu satu bagian atau 40 persen untuk pemilik perahu juragan dan satu
bagian 60 persen untuk buruh nelayan bidak. c. Dari keseluruhan bagian para bidak yang besarnnya 60 persen tersebut,
dibagi sesuai dengan besarnya bagian yang harus diterima oleh masing- masing bidak menurut perannya dalam bertugas di laut.
Rincian pembagian hasil pada jenis alat tangkap ini dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:
Tabel 6. Pembagian Hasil Bidak pada Jenis Alat Tangkap Jaring Payang
No Spesialisasi kerja
Jumlah orang Bagian
1 2
3 4
5 Juru mudi
Pemburit Jembatu
Motoris Penabur saya
1 1
1 1
3 – 4 1,5
1,5 1
1 1
Keterangan: 1. Juru mudi, yaitu nelayan yang bertugas mengemudikan perahu pada saat
melaut 2. Pemburit, yaitu nelayan yang bertugas menarik jaring
3. Jembatu, yaitu nelayan yang bertugas melemparkan batu pada saat menabur jaring
4. Motoris, nelayan yang bertugas mengopersikan mesin pada perahu 5. Penabur saya, yaitu nelayan yang bertugas menaburkan jaring pada saat
melaut miyang.
54 Contoh sistem bagi hasil pada alat tangkap jaring payang sebagai berikut:
Misal hasil kotor penjualan ikan teri dalam satu kali melaut miyang adalah Rp 300.000,00. Uang tersebut mula-mula dikurangi biaya retribusi sebesar
3. Namun karena biaya retribusi ini ditanggung oleh nelayan dan bakul, sehingga nelayan hanya di bebani setengahnya 1,5 yaitu sebesar Rp 4500,00.
Dengan demikian uang yang tersisa adalah Rp 295.500,00. Dari uang yang tersisa tersebut di kurangi biaya perbekalan sebesar Rp 125.000,00, sehingga uang yang
tersisa sebesar Rp 170.500,00. Selanjutnya uang tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pemilik parahu juragan sebesar 40 Rp 68.200,00 dan
bagian bidak sebesar 60 Rp 102.300,00. Dari bagian bidak sebesar Rp 102.300,00 ini dibagi sesuai dengan jumlah bidak yang ikut melaut miyang dan
besarnya bagian yang harus diterima oleh masing-masing bidak menurut perannya dalam bertugas di laut. Apabila bidak yang ikut melaut miyang berjumlah 8
orang, maka hasil yang diterima oleh masing-masing bidak adalah sebagai berikut:
a. Juru mudi 1,5 bagian sebesar Rp 19.000,00 b. Pemburit 1,5 bagian sebesar Rp 19.000,00
c. Jembatu 1 bagian sebesar Rp12.800,00 d. Motoris 1 bagian sebesar Rp 12.800,00
e. Penabur saya masing-masing 1 bagian sebesar Rp 12.800,00 Pada kasus juragan yang ikut dalam kegiatan melaut miyang, maka
selain bagian juragan sebesar 40 Rp 68.200,00 juga ditambah bagian jurumudi sebesar1,5 bagian Rp 19.000,00, sehingga pendapatan total juragan sebesar Rp
87.200,00.
55 Bagan alir bagi hasil pada jenis alat tangkap jaring payang dapat terlihat
pada gambar 2. perlu dikemukakan disini, bahwa mekanisme pembagian hasil tersebut bisa dijalankan jika hasil yang di dapat dari kegiatan melaut miyang
telah melewati jumlah nilai untuk menutupi biaya retribusi dan biaya perbekalan. Jika hasil dari melaut miyang relatif kecil, maka perhitungan tersebut tidak
sepenuhnya dijalankan.
Gambar 2. Bagan Alir Bagi Hasil Pada Jenis Alat tangkap Jaring Payang 2. Jaring Kantong
Setelah proses penjualan hasil tangkapan selesai, kemudian dilakukan pembagian hasil. Aturan atau ketentuan yang digunakan dalam pembagian
hasil untuk menentukan besarnya bagian yang diperoleh setiap komponen yang terlibat dalam hubungan kerja, yaitu sebagai berikut:
a. Jumlah keseluruhan pendapatan atau uang penghasilan dalam sekali melaut mula-mula dipotong biaya perbekalan atau biaya operasional
melaut miyang. Besarnya biaya perbekalan pada jenis alat tangkap ini rata-rata sekitar Rp 90.000,00.- mencakup antara lain: biaya solar, oli,
Hasil Tangkapan Dikurangi biaya retribusi dan operasionalperbekalan
40 juragan 60 Bidak
1. Juru mudi 2. Pemburit
3. Jembatu 4. Motoris
5.
Penabur saya
56 minyak tanah, es, makanan dan rokok. Biaya perbekalan tersebut terlebih
dahulu ditanggung oleh pemilik perahu juragan, setelah kegiatan melaut selesai biaya perbekalan tersebut akan dibayar dari penjualan hasil
tangkapan. b. Setelah dipotong biaya perbekalan, selanjutnya dibagi menjadi dua bagian,
yaitu satu bagian atau 30 persen untuk pemilik perahu juragan dan satu bagian 70 persen untuk bidak.
c. Dari keseluruhan bagian para bidak yang besarnnya 70 persen tersebut, dibagi sesuai dengan besarnya bagian yang harus diterima oleh masing-
masing bidak menurut perannya dalam bertugas di laut. Rincian pembagian hasil pada jenis alat tangkap ini dapat dilihat pada
tabel 6 berikut ini:
Tabel 7. Pembagian Hasil Bidak pada Jenis Alat Tangkap Jaring Kantong
No Spesialisasi kerja
Jumlah orang Bagian
1 2
3 Juru mudi
Pemburit Penabur saya
1 1
2 1
1 1
Contoh sistem bagi hasil pada alat tangkap jaring kantong sebagai berikut: Misal hasil kotor penjualan udang dalam satu kali melaut miyang adalah
Rp 300.000,00. Uang tersebut mula-mula di kurangi biaya perbekalan sebesar Rp 90.000,00, sehingga uang yang tersisa sebesar Rp 210.000,00. Selanjutnya uang
tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pemilik parahu juragan sebesar 30 Rp 63.000,00 dan bagian bidak sebesar 70 Rp 147.00,00. Dari bagian
bidak sebesar Rp 147.000,00 ini dibagi sesuai dengan jumlah bidak yang ikut
melaut miyang dan besarnya bagian yang harus diterima oleh masing-masing bidak
menurut perannya dalam bertugas di laut. Apabila bidak yang ikut melaut
57 miyang berjumlah 4 orang, maka hasil yang diterima oleh masing-masing bidak
adalah sebagai berikut: a. Juru mudi 1 bagian sebesar Rp 36.750,00
b. Pemburit 1 bagian sebesar Rp 36.750,00 c. Penabur saya masing-masing 1 bagian sebesar Rp 36.750,00
Pada kasus juragan yang ikut dalam kegiatan melaut miyang, maka selain bagian juragan sebesar 30 Rp 63.200,00 juga ditambah bagian jurumudi
sebesar 1 bagian Rp 63.000,00, sehingga pendapatan total juragan sebesar Rp 99.750,00.
Bagan alir bagi hasil pada jenis alat tangkap jaring kantong ini dapat terlihat pada gambar 3 berikut ini:
Gambar 3. Bagan Alir Bagi Hasil Pada Jenis Alat tangkap Jaring Kantong 3. Jaring RampusanUnyil
Sistem bagi hasil pada jenis alat tangkap ini sama dengan sistem bagi hasil yang berlaku pada jenis alat tangkap jaring kantong, yaitu:
a. Jumlah keseluruhan pendapatan atau uang penghasilan dalam sekali melaut mula-mula dipotong biaya perbekalan atau biaya operasional
Hasil Tangkapan Dikurangi biaya operasionalperbekalan
30 juragan 70 Bidak
1. Juru mudi 2. Pemburit
3. Penabur saya
58 melaut miyang. Besarnya biaya perbekalan pada jenis alat tangkap ini
rata-rata sekitar Rp 80.000,00.- mencakup antara lain: biaya solar, oli, minyak tanah, es, makanan dan rokok. Biaya perbekalan tersebut terlebih
dahulu ditanggung oleh pemilik perahu juragan, setelah kegiatan melaut selesai biaya perbekalan tersebut akan dibayar dari penjualan hasil
tangkapan. b. Setelah dipotong biaya perbekalan, selanjutnya dibagi menjadi dua bagian,
yaitu satu bagian atau 30 persen untuk pemilik perahu juragan dan satu bagian 70 persen untuk bidak.
c. Dari keseluruhan bagian para bidak yang besarnnya 70 persen tersebut, dibagi sesuai dengan besarnya bagian yang harus diterima oleh masing-
masing bidak menurut perannya dalam bertugas di laut.
Tabel 8. Pembagian Hasil Bidak pada Jenis Alat Tangkap Jaring Rampusan
No Spesialisasi kerja
Jumlah orang Bagian
1 2
3 Juru mudi
Pemburit Penabur saya
1 1
2 1
1 1
Contoh sistem bagi hasil pada alat tangkap jaring rampusanunyil sebagai berikut:
Misal hasil kotor penjualan ikan dalam satu kali melaut miyang adalah Rp 200.000,00. Uang tersebut mula-mula di kurangi biaya perbekalan sebesar Rp
80.000,00, sehingga uang yang tersisa sebesar Rp 120.000,00. Selanjutnya uang tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pemilik parahu juragan sebesar
30 Rp 36.000,00 dan bagian bidak sebesar 70 Rp 84.00,00. Dari bagian bidak
sebesar Rp 84.000,00 ini dibagi sesuai dengan jumlah bidak yang ikut melaut miyang dan besarnya bagian yang harus diterima oleh masing-masing
59 bidak
menurut perannya dalam bertugas di laut. Apabila bidak yang ikut melaut miyang berjumlah 4 orang, maka hasil yang diterima oleh masing-masing bidak
adalah sebagai berikut: a. Juru mudi 1 bagian sebesar Rp 21.000,00
b. Pemburit 1 bagian sebesar Rp 21.000,00 c. Penabur saya masing-masing 1 bagian sebesar Rp 21.000,00
Pada kasus juragan yang ikut dalam kegiatan melaut miyang, maka selain bagian juragan sebesar 30 Rp 36.000,00 juga ditambah bagian jurumudi
sebesar 1 bagian Rp 21.000,00, sehingga pendapatan total juragan sebesar Rp 57.000,00.
4. Jaring Kopet Sistem bagi hasil pada jenis alat tangkap ini juga sama dengan sistem bagi
hasil yang berlaku pada jenis alat tangkap jaring kantong dan jaring rampusan, yaitu:
a. Jumlah keseluruhan pendapatan atau uang penghasilan dalam sekali melaut mula-mula dipotong biaya perbekalan atau biaya operasional
melaut miyang. Besarnya biaya perbekalan pada jenis alat tangkap ini rata-rata sekitar Rp 80.000,00.- mencakup antara lain: biaya solar, oli,
minyak tanah, es, makanan dan rokok. Biaya perbekalan tersebut terlebih dahulu ditanggung oleh pemilik perahu juragan, setelah kegiatan melaut
selesai biaya perbekalan tersebut akan dibayar dari penjualan hasil tangkapan.
60 b. Setelah dipotong biaya perbekalan, selanjutnya dibagi menjadi dua bagian,
yaitu satu bagian atau 30 persen untuk pemilik perahu juragan dan satu bagian 70 persen untuk bidak.
c. Dari keseluruhan bagian para bidak yang besarnnya 70 persen tersebut, dibagi sesuai dengan besarnya bagian yang harus diterima oleh masing-
masing bidak menurut perannya dalam bertugas di laut.
Tabel 9. Pembagian Hasil Bidak pada Jenis Alat Tangkap Jaring Kopet
No Spesialisasi kerja
Jumlah orang Bagian
1 2
3 Juru mudi
Pemburit Penabur saya
1 1
1 1
1 1
Contoh sistem bagi hasil pada alat tangkap jaring kopet sebagai berikut: Misal hasil kotor penjualan ikan dalam satu kali melaut miyang adalah
Rp 200.000,00. Uang tersebut mula-mula di kurangi biaya perbekalan sebesar Rp 80.000,00, sehingga uang yang tersisa sebesar Rp 120.000,00. Selanjutnya uang
tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pemilik parahu juragan sebesar 30 Rp 36.000,00 dan bagian bidak sebesar 70 Rp 84.00,00. Dari bagian
bidak sebesar Rp 84.000,00 ini dibagi sesuai dengan jumlah bidak yang ikut
melaut miyang dan besarnya bagian yang harus diterima oleh masing-masing bidak
menurut perannya dalam bertugas di laut. Apabila bidak yang ikut melaut miyang berjumlah 4 orang, maka hasil yang diterima oleh masing-masing bidak
adalah sebagai berikut: a. Juru mudi 1 bagian sebesar Rp 21.000,00
b. Pemburit 1 bagian sebesar Rp 21.000,00 c. Penabur saya masing-masing 1 bagian sebesar Rp 21.000,00
61 Pada kasus juragan yang ikut dalam kegiatan melaut miyang, maka
selain bagian juragan sebesar 30 Rp36.000,00 juga ditambah bagian jurumudi sebesar 1 bagian Rp 21.000,00, sehingga pendapatan total juragan sebesar Rp
57.000,00.
5. Jaring Kejer Pada jenis alat tangkap ini tidak terdapat bagi hasil. Namun hanya membayar
uang sewa perahu kepada pemilik perahu juragan sebesar Rp 2.000-Rp 3.000 perkilogram untuk biaya pemeliharaan perahu dan mesin. Dalam
pengoperasiannya para bidak menggunakan alat tangkap sendiri-sendiri. Contoh pembayaran sewa pada jenis alat tangkap jaring kejer sebagai
berikut: Misal dalam kegiatan melaut miyang dilakukan oleh 4 orang terdiri
seorang juragan dan 3 orang bidak, dari masing-masing 4 orang tesebut menghasilkan rajungan sebanyak 10 kg, jika juragan menentukan harga sewa
perkilogramnya sebesar Rp 3.000,00, maka masing-masing bidak tersebut akan mengeluarkan biaya sewa sebesar Rp 30.000,00. Dengan demikian seorang
juragan medapatkan total biaya sewa sebesar Rp 90.000,00.
5.1.4. Kemiskinan Nelayan