4. Perataankesamaan equity; erat berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara
kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kebijakan yang berorientasi pada perataan adalah kebijakan yang akibatnya atau usahanya
yang secara adil didistribusikan 5. Responsivitas responsiveness; berkenaan dengan seberapa jauh suatu
kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok masyarakat tertentu. Kebijakan dapat memenuhi kriteria efektivitas,
efisiensi, dan perataan tetapi jika belum dapat menanggapi kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya
perumusan suatu kebijakan. 6. Ketepatan appropriateness; biasanya bersifat terbuka, karena definisi per
kriteria ini dimaksudkan untuk menjangkau keluar kriteria yang sudah ada. Oleh karenanya tidak ada dan tidak dapat dibuat definisi baku mengenai
kriteria kelayakan.
D. Pengelolaan Hutan Lindung
Menurut Undang Undang No. 41 tahun 1999, yang dimaksud dengan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan
tanah. Adapun kriteria dari hutan lindung menurut PP No. 44 tahun 2004 pasal
24, dengan memenuhi salah satu: 1. Kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan
intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai skore 175 seratus tujuh puluh
lima atau lebih 2. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40 empat puluh per
seratus atau lebih 3. Kawasan hutan yang berada pada ketinggian 2000 dua ribu meter atau
lebih di atas permukaan laut
4. Kawasan hutan yang mempunyai tanah sangat peka terhadap erosi dengan lereng lapangan lebih dari 15 lima belas per seratus
5. Kawasan hutan yang merupakan daerah resapan air 6. Kawasan hutan yang merupakan daerah perlindungan pantai
Kegiatan yang dapat maupun dilarang dilakukan di dalam kawasan hutan lindung menurut Keppres No. 32 tahun 1990 adalah:
Kegiatan yang dilarang Kegiatan yang dapat dilakukan
Di dalam kawasan hutan lindung dilarang melakukan kegiatan budidaya, kecuali yang
tidak mengganggu fungsi lindung Pasal 37 ayat 1
Di dalam kawasan lindung dapat dilakukan kegiatan eksplorasi mineral dan air tanah serta
kegiatan lain yang berkaitan dengan pencegahan bencana alam
Berdasarkan UU No. 41 tahun 1999, pengelolaan hutan meliputi kegiatan: 1. Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan.
2. Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan 3. Rehabilitasi dan reklamasi hutan
4. Perlindungan dan konservasi hutan Menurut PP No. 44 tahun 2004 ayat 1 kegiatan yang perencanaan hutan
meliputi: a. Inventarisasi hutan
b. Pengukuhan kawasan hutan c. Penatagunaan kawasan hutan
d. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan e. Penyusunan rencana kehutanan.
Setiap peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia tidak ada definisi yang jelas tentang arti atau definisi yang pasti dan lengkap dari pengelolaan hutan.
E. Pengelolaan hutan multi-stakeholder