yang mewakili masyarakat, padahal apa yang diinginkan oleh masyarakat belum tentu dapat terakomodir oleh camat.
Desa-desa di sekitar kawasan HLGL tidak mengetahui bahwa desa mereka menjadi bagian dari kawasan lindung menurut RTRWK tahun 2001. Untuk pelibatan
masyarakat di desa-desa sekitar Kawasan HLGL, cukup ketua adat beserta wakilnya saja yang mengetahui rencana penyusunan RTRW Kabupaten Pasir. Ini berguna
untuk menghindari ketidaktahuan masyarakat antara kawasan HLGL dengan lahan yang diusahakan oleh masyarakat untuk berladang dan berkebun rotan.
A. 6 UPTD Planologi Kehutanan Balikpapan
Kegiatan yang dilakukan UPTD Planologi Kehutanan Balikpapan di Kabupaten Pasir secara umum adalah mendukung dalam penyediaan peta dan
melakukan pengukuran terfokus pada pal batas, inventarisasi potensi kayu dalam areal hutan produksi, pemantauan pemukiman di dalam kawasan hutan, membuat
perencanaan hutan serta pemantauan perkembangan kawasan hutan. Kegiatan yang dilakukan di kawasan HLGL, diantaranya adalah melakukan pengukuran dan
pembuatan tata batas kawasan hutan dan pemukiman dalam kawasan yang kemudian diikuti dengan rekonstruksi batas; kawasan HLGL sudah dilakukan 2x rekonstruksi
pal batas yaitu pada tahun 1990 dan tahun 2003. Dengan panjang batas yang ditata batas berturut-turut adalah 20.600 Km dan 121.575 Km dengan ukuran pal batas yang
dibuat UPTD Planologi Kehutanan Balikpapan 15x15x30 cm terbuat dari kayu jenis ulin Eusideroxylon zwageri atau kayu kelas awet setempat. Kondisi pal batas
kawasan HLGL terakhir yang dilakukan tim orientasi batas UPTD Planologi Kehutanan Balikpapan tahun 2003 menghasilkan data sebanyak 1208 buah pal batas
dengan rincian sebanyak 223 buah pal batas rusak akibat lapuk dan sebanyak 979 buah hilang atau tidak ditemukan karena dirusak dan dicabut oleh masyarakat sekitar
kawasan serta masih terdapat 3 buah pal batas dalam kondisi baik UPTD Planologi
Kehutanan Balikpapan, 2003.
B.7 Tropenbos Internasonal Indonesia
Tropenbos Internasional Indonesia TBI Indonesia merupakan lembaga non pemerintah yang bergerak di bidang kehutanan yang berdiri di tahun 1987. Inti dari
lembaga non pemerintah ini adalah penelitian di bidang kehutanan dan baru-baru ini menambah kegiatan besarnya dalam forest partnership yang tujuan akhirnya adalah
untuk kegiatan penelitian. TBI Indonesia memiliki visi yaitu mendukung usaha-usaha pengeloalaan
hutan secara lestari untuk kepentingan masyarakat, konservasi, dan pembangunan yang berkelanjutan. Misi TBI Indonesia adalah mendukung usaha-usaha pemnfaaatan
dan pengelolaan hutan secara lebih baik bagi kepentingan lingkungan yang sehat, pembangunan yang berkelanjutan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,
khususnya di Kalimantan Timur. Karena merupakan lembaga non pemerintah, maka TBI Indonesia tidak
mengeluarkan kebijakan yang menunjang pengelolaan kawasan HLGL. Tetapi dalam kegiatannya, TBI Indonesia mendukung pengelolaan HLGL dan juga berinteraksi
dengan lembaga pemerintahan untuk memberi masukan-masukan guna menyusun kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan kawasan HLGL kepada Pemerintah
Kabupaten Pasir. Kegiatan penelitian yang telah diwadahi oleh TBI Indonesia untuk kemajuan
pengelolaan HLGL dinyatakan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 7. Program penelitian yang diwadahi oleh TBI Indonesia No.
Program Penelitian Deskripsi Program
Pihak-pihak yang Terlibat
1. Pertukaran nilai-nilai
keanekaragam hayati dan eksploitasi hutan di area
hutan tertentu wilayah Gunung Lumut, Untir-
Beratus dan sekitarnya Trade-off biodiversity
values and forest exploitation in selected
forest areas of the Gunung Lumut Untir-Beratus
extention area Penelitian ini bertujuan
mempelajari pertukaran antara pelestarian keaneakaragam
hayati dan ekstraksi produk- produk hutan kayu dan non
kayu untuk membantu Pemerintah Indonesia dan
pemerintah daerah dalam melakukan peran mereka untuk
menutupi biaya pelestarian yang kian meningkat.
Centre for Environmental Science Netherlands,
National Herbarium Netherlands,
The van Vollenhove Institute Netherlands,
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman
Samarinda, Herbarium Loka Litbang
Satwa Primata Wanariset Samboja,
2. Desain dan pengembangan
suatu sistem monitoring dan sertifikasi yang efektif
untuk mendukung pengelolaan hutan produksi
yang berkelanjutan di Indonesia Design and
development of an effective monitoring and certification
system to support sustainable management of
production forest in Indonesia
Penelitian ini akan menyeleksi dan mengadaptasikan suatu
model pengelolaan hutan berkelanjutan dengan
memperhatikan proses desentralisasi yang sedang
berlangsung saat ini dan mempertimbangkan hak-hak dan
kemitraan dari semua pihak terkait yang relevan serta
mengembangkan sistem informasi yang efektif dan layak
untuk mendukung model pengelolaan hutan yang
berkelanjutan dan untuk memantau praktek di tingkat
konsesi. International Institute for
Geo-Information Science and Earth Observation
Netherlands, Badan Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Pengelolaan DAS
Surakarta, CIFOR Bogor,
Fakultas Kehutanan IPB Bogor,
Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada
Yogyakarta, Departemen Kehutanan,
PT. Hutan Sanggam Labanan Lestari
3. Pengelolaan hutan hujan tropis yang berkelanjutan di
Kalimantan: Pengembangan silvikultur dan konservasi
genetik Ulin Eusideroxylon zwageri Sustainable
management of the tropical rainforest in Kalimantan:
Silviculture development and genetic conservation of
Ulin
Eusideroxylon zwageri
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan strategi
pengelolaan berkelanjutan dari sumber genetik ulin untuk tujuan
pelestariandan ditujukan pada penanganan isu-isu silvikultur
dan pelestarian sumber genetik dari ulin, pemberdayaan
masyarakat lokal untuk melakukan kegiatan pelestarian
genetik secara in situ dan ex situ dan menyediakan bibit
tanaman generatif dan vegetatif untuk rehabilitasi tegakan alam
yang rusak Pusat Penelitian dan
Pengembangan, Bioteknologi dan
Pemuliaan Tanaman Yogyakarta,
Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Kalimantan Samarinda, Fakultas Kehutanan
Universitas Mulawarman Samarinda,
Herbarium Loka Litbang Satwa Primata Wanariset
Samboja
4. Analisis Kelembagaan
dalam Era Kebijakan Desentralisasi Kehutanan–
Kasus di Propinsi Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi kelembagaan kebijakan kehutanan era
desentralisasi di Indonesia yang Balai Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan Kalimantan Samarinda,
Badan Penelitian dan
Kalimantan Timur Indonesia An Institutional
Analysis of Forest Policy Decentralisation - The case
of East Kalimantan Province, Indonesia
dapat memberikan keuntungan untuk masyarakat lokal dan
mendorong kelestarian pemanfaatan sumberdaya hutan
sehingga memperoleh pemahaman tindakan yang lebih
baik akan pemanfaatan sumberdayahutan dan untuk
mengusulkan perubahan kebijakan yang mampu
mendorong kelestarian pemanfaatan sumberdaya hutan
Pengembangan Litbang Kehutanan, Departemen
Kehutanan
5. Penilaian Keanekaragaman
hayati di kawasan HLGL
Kegiatan ini merupakan rencana kegiatan TBI Indonesia pada
tahun 2005. TBI Indonesia bermaksud melaksanakan
ekspedisi kehati atau Biodiversity Assessment untuk
mengumpulkan data kenakaragaman hayati yang
baru, yang dapat digunakan untuk mendukung implementasi
rencana pengelolaan HLGL Centre for Environmental
Science Netherlands, National Herbarium
Netherlands, Naturalis Netherlands,
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman
Samarinda, Herbarium Loka Litbang
Satwa Primata Wanariset Samboja,
Balitbang Kehutanan Kalimantan Samarinda,
LIPI
B.8 Persatuan Masyarakat Adat Paser
Persatuan Masyarakat Adat Paser PeMA Paser adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat lokal yang ada di Kecamatan Long Ikis, Kecamatan Long Ikis.
Lembaga ini berdiri di tahun 2000 yang dulunya bernama Aliansi Masyarakat Adat Paser yang kemudian berubah nama menjadi Persatuan Masyarakat Adat Paser dalam
Kongres Aliansi Masyarakat Adat. Pada tahun 2002 resmi menjadi anggota AMAN Aliansi Masyarakat Adat Nusantara.
Adapun yang
menjadi tujuan
dididrikannya PeMA adalah sebagai berikut: 1. Menjadi wadah perjuangan bersama dalam menegakkan hak-hak dan hukum
adat masyarakat adat Paser 2. Mengembalikan kepercayaan diri, harkat, dan martabat masyarakat adat Paser
3. Meningkatkan rasa percaya diri, harkat, dan mertabat perempuan masyarakat adat Paser sehingga mereka mampu menikmati hak-haknya
4. Mengembalikan kedaulatan masyarakat adat Paser untuk mempertahankan hak ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan, hukum adat dan
beragama 5. Mengembangkan kemampuan masyarakat adat Paser dalam mengelola
sumberdaya alam dan melestarikan lingkungan Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh PeMA Paser selama ini adalah:
1. Menghadirkan berbagai pertemuan kerjasama dengan pemerintah daerah, LSM lokal, nasional maupun internasional, berkaitan dengan pembahasan
kebijakan, antara lain mengenai kehutanan hutan lindung pengelolaan sumberdaya alam, dan lain-lain
2. Melakukan sosialisasi kegiatan PeMA Paser 3. Memfasilitasi penyelesaian konflik di dalam masyarakat adat sendiri
4. Memfasilitasi pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan 5. Memfasilitasi pelatihan-pelatihan di dalam masyarakat adat untuk
menguatkan kapasitas kelembagaan dan komunitas 6. Mengikuti berbagai pelatihan guna meningkatkan kapasitas personil PeMA
Paser 7. Mempersiapkan oraganisasi untuk menjadi wadah pengelola bantuan secara
langsung 8. Melakukan sosialisasi kegiatan loket di beberapa desa yang termasuk ke
dalam DAS Adang dan berbagai persiapan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan ini
9. Melakukan kegiatan pembangunan ekonomi kerakyatan dengan membuat kelompok usaha bersama yang dikelola oleh perempuan adat
10. Melakukan kegiatan pendokumentasian adat Sesuai dengan tujuan utamanya, PeMA Paser dapat dikatakan salah satu
stakeholder dari pengelola kawasan HLGL. Hal ini dikarenakan PeMA sudah banyak melakukan kegiatan dan berinteraksi dengan masyarakat di desa-desa dalam maupun
sekitar kawasan HLGL. Yang menjadi kelebihan dari PeMA Paser dibandingkan dengan stakeholder lainnya adalah bahwa PeMA Paser dapat diterima oleh
masyarakat adat di desa sekitar HLGL karena anggota dari PeMA Paser merupakan orang asli dari suku Paser dan fasih berbahasa Paser.
B.9. Badan Konservasi Sumberdaya Alam Seksi Konservasi Pasir
Badan Konservasi Sumberdaya Alam Seksi Konservasi Pasir BKSDA Pasir menjadi salah satu stakeholder dalam pengelolaan HLGL karena BKSDA
bertanggungjawab dalam peredaran satwa maupun tumbuhan di seluruh Kabupaten Pasir. Dengan menggunakan SATS Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa yang
dikeluarkan oleh BKSDA, setiap orang dapat melakukan kegiatan pengangkutan tumbuhan dan satwa dari dalam kawasan hutan di Kabupaten Pasir dan juga dapat
mengeluarkannya dari wilayah Kabupaten Pasir. Hubungan BKSDA Pasir dengan instansi pemerintahan yang lain selama ini
dirasakan kurang baik karena perbedaan garis koordinasi. BKSDA langsung dibawah garis koordinasi Pemerintah Pusat atau Departemen Kehutanan sedangkan instansi
lainnya di bawah garis koordinasi Kepala Pemerintah Daerah atau Bupati Pasir. Tetapi akhir-akhir ini hubungan BKSDA dengan instansi pemerintah Kabupaten
Pasir, dalam hal ini Dinas Kehutanan, mulai terjalin kerjasama. Dapat dilihat dari kegiatan inventarisasi anggrek hitam yang dilakukan oleh kedua instansi ini guna
menyelamatkan populasi dari anggrek hitam yang ada di kawasan hutan yang berdekatan dengan pemukiman penduduk.
B.10. PT. Rizky Kacida Reana
Sejak Indonesia mengalami masa desentralisasi dan pengeluaran izin atas usaha kayu diberikan oleh pemerintah kabupaten yaitu Dishut. PT. Rizky Kacida
Reana PT. RKR mendapatkan izin pemanfaatan kayu hasil hutan sejak tahun 1970- an. PT. RKR merupakan salah satu perusahaan swasta yang beroperasi di bidang
pengusahaan kayu di Kabupaten Pasir yang memegang IUPHHK dari 15 IUPHHK yang dikeluarkan oleh Dinas Kehutanan Pasir tahun 2001.
Saat ini sedang menunggu keputusan Menteri Kehutanan untuk mengubah izin IUPHHK menjadi HPH PT. RKR baru memulai kegiatan pada bulan Januari
tahun 2003 dengan luas areal konsesi sebesar 30.000 ha di desa Lusan dan Binangon, Kecamatan Muara Komam; areal konsesi berjarak 100 km dari kawasan HLGL
Produksi hasil tebangan PT. RKR setiap bulan adalah sekitar 4000 m
3
dengan izin tebangan seluas 1000 Hatahun MoF-Tropenbos Kalimantan Programme, 2004.
Pelaksana teknis PT. RKR adalah PT. Tran Jaya Pratama dengan jumlah karyawan sebanyak
± 60 orang. Lokasi karyawan camp karyawan berada di km 70 dari Simpang Pait, Kecamatan Long Ikis Kabupaten Pasir. Total jumlah karyawan
PT. RKR keseluruhan mencapai 125 orang dengan status kerja harian, borongan dan bulanan MoF-Tropenbos Kalimantan Programme, 2004. Mayoritas karyawan PT.
RKR merupakan pendatang dari Pulau Jawa. Lokasi kantor perwakilan berada di Simpang Lombok.
Perusahaan-perusahaan yang beroperasi di sekitar kawasan HLGL diberi hak dan kewajiban oleh Pemerintah Pusat untuk pemegang HPH dan Kabupaten Pasir
untuk pemegang IUPHHK. Semua perusahaan tersebut mempunyai kewajiban untuk merehablitasi lahan dan hutan dan membayar retribusi Nooryashini et al.,
2004. PT. RKR melakukan pembinaan desa dalam program pemberdayaan
masyarakat untuk dusun Mului, desa Muara Payang, Long Sayo, Swan Selutung, dan Lusan. Jenis bantuan yang diberikan pada dusun Mului berupa bahan bakar solar
untuk gen set satu drum 1000 liter setiap bulan serta dana insentif Rp 150.000bulan. Selain itu PT. RKR juga mengontrak pekerja sebagai hawkman dari
Muluy dengan status harian, walaupun akhirnya banyak masyarakat Mului yang mengundurkan diri dan tidak memperpanjang kontrak karena pekerjaan yang
dirasakan terlalu berat. PT. RKR juga membina pembangunan Dusun Mului dengan memberikan papan kayu yang akan digunakan untuk membangun rumah-rumah
masyarakat.
C. Penggolongan Stakeholder HLGL