mencari rotan. Karena belum adanya penataan batas yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Pasir, ke dalam blok-blok maka masyarakat sampai sekarang dapat bebas
melakukan kegiatan di atas. Masyarakat
desa sekitar
dan dalam kawasan berburu satwa diantaranya kancil, rusa, landak, kijang, burung. Menurut PP No. 34 tahun 2002 pasal 21 kegiatan
perburuan satwa di dalam hutan lindung diperkenankan dengan syarat perburuan dilakukan dengan cara tradisional dan satwa yang diburu bukan satwa yang
dilindungi.
Tabel 9. Pemanfaatan satwa yang dilakukan oleh masyarakat Jenis satwa
Status Digunakan untuk
Kuau Argusianus argus Dilindungi
Daging dikonsumsi, bulu menjadi hiasan rumah
Murai batu Tidak dilindungi
Dijual Madi hijau
Tidak dilindungi Dijual
Cucak kelabu Tidak dilindungi
Dijual, dikonsumsi Kucica hutan
Tidak dilindungi Dijual
Kucica kampung Tidak dilindungi
Dijual, dikonsumsi Merbah mata merah
Tidak dilindungi Dijual, dikonsumsi
Berinji kelabu Tidak dilindungi
Dijual Punai
Tidak dilindungi Dijual
Delimukan jamrud Tidak dilindungi
Dijual Kancil Tragulus napu Dilindungi
Dikonsumsi Babi hutan Sus barbatus
Tidak dilindungi Dijual, dikonsumsi
Kijang Muntiacus muntjak Dilindungi Dijual,
dikonsumsi Landak Hystrix brachyura Dilindungi
Dikonsumsi Rusa Cervus timorensis Dilindungi Dijual,
dikonsumsi
Melihat tabel di atas dapat dilihat bahwa masyarakat desa sekitar dan dalam hutan melakukan perburuan satwa jenis-jenis kebanyakan yang dilindungi. Dinas
Kehutanan bekerjasama dengan BKSDA Sekesi Konservasi Pasir perlu melakukan penyuluhan khusus tentang jenis-jenis yang dilindungi tersebut. Serta BKSDA perlu
melakukan pengawasan secara ketat dalam peredaran satwa dari kawasan HLGL dengan peninjauan ke kawasan HLGL dan melakukan penertiban terhadap para
pengumpul di pasar.
E. 1.3.2 Penggunaan kawasan
Warga Dusun Mului menggunakan kawasan HLGL untuk kegiatan sehari-hari mereka dengan kegiatan bercocok tanam. Jika dilihat secara langsung kegiatan ini
tidak dibenarkan karena sesuai dengan UU No. 41 tahun 1999 pasal 38 merubah fungsi lindung dari hutan lindung dan berdampak sangat besar bagi Dusun Mului
sendiri dan Kabupaten Pasir pada umumnya. Sesuai dengan Keppres No. 32 tahun 1990 menyatakan bahwa menjadi tugas
dari Pemerintah Daerah tingkat II untuk mengadakan penyuluhan masyarakat tentang kawasan hutan. Dinas Kehutanan Pasir pada saat ini belum melakukan penyuluhan
dan pengertian pada masyarakat desa dalam dan sekitar HLGL tentang arti dan manfaat HLGL.
E.1.3.3 Konflik antar stakeholder
Menurut SK Bupati Pasir No 746 tahun 2001 tentang petunjuk teknis pelaksanaan rekonstruksi batas kawasan hutan produksi dan hutan lindung dan
kawasan konservasi lainnya menyebutkan bahwa pelaksanaan rekonstruksi batas melibatkan tokoh masyarakat adat setempat tetapi dalam pelaksanaan tidak dilakukan
bahkan pemberitahuan kepada pihak desa setempat juga tidak dilakukan. Menurut PP 44 tahun 2004 pasal 20 ayat 4 menyebutkan bahwa panitia tata batas harus dapat
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hak-hak atas tanah di dalam kawasan dan di sepanjang batas kawasan hutan. Tokoh masyarakat ada dilibatkan sebagai
bahan masukkan dan pertimbangan bagi penataan batas kawasan HLGL untuk dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hak milik masyarakat secara turun
temurun hak tenurial dan hak milik berdasarkan adat hutan adat. SK Bupati Pasir No. 340 tahun 2005 tentang pembentukan kelompok kerja
pengelolaan Hutan Lindung Gunung Lumut tidak mengikutsertakan tokoh masyarakat adat sekitar dan dalam HLGL dalam pengelolaan HLGL. Hal ini menjadi
sangat perlu, untuk menjaga agar kegiatan pengelolaan HLGL yang dilakukan oleh anggota dari kelompok kerja ini tidak bertentangan dengan kearifan lokal yang ada di
desa sekitar dan dalam kawasan HLGL. Dan juga pelibatan pihak desa sekitar hutan belum ada.
Rencana strategis Dinas Kehutanan Pasir 2001-2005 menyatakan program- program yang berkaitan dengan pengelolaan HLGL yaitu penyuluhan kehutanan,
penataan batas, pengawasan dan pengendalian perusakan kawasan hutan, pembuatan papan himbauan, inventarisasi flora dan fauna, pemeliharaan batas hutan lindung, dan
penataan hutan. Tetapi dalam implementasi di lapangan belum ada. Program yang baru dapat terpenuhi hanya dalam hal penataan batas walaupun tidak secara benar
dilakukan karena tidak sesuai dengan SK Bupati Pasir No 746 tahun 2001. Kurangnya personil Polisi Kehutanan dan terlalu luasnya kawasan yang harus
dikelola menjadi hal yang harus diperhatikan. Surat Keputusan Bupati pasir No. 357 tahun 2005 tentang pembentukan tim
forum sistem informasi geografis pasir dalam kegiatan penyusunan basis data spasial Kabupaten Pasir masih juga belum melibatkan tokoh masyarakat adat setempat
sebagai bahan pertimbangan. RTRW Kabupaten Pasir 2001-2005 yang telah ditetapkan oleh Bupati Pasir
juga masih memiliki kendala dalam hal pelibatan masyarakat sekitar dan dalam kawasan. Hal ini dapat dilihat dari ketidaktahuan masyarakat sekitar dan dalam
kawasan bahwa kawasan HLGL termasuk dalam kawasan lindung dari Kabupaten Pasir. Sesuai dengan UU No. 24 tahun 1992 tentang penataan ruang, hak setiap orang
dalam ikut serta menyusun RTRW. Laporan Hasil orientasi batas kawasan HLGL tahun 2003 memperlihatkan
bahwa kerjasama antara Dinas Kehutanan dan UPTD Planologi Balikpapan masih belum erat. Dalam panitia orientasi tata batas tidak adanya anggota yang berasal dari
Dinas Kehutanan Pasir. Menurut PP No.44 tahun 2004 yang bertanggung jawab dalam hal penataan batas adalah Pemerintah Kabupaten dan yang membentuk tim
penataan batas adalah juga Pemerintah Kabupaten Pasir. Pemerintah Propinsi hanya mengeluarkan pedoman penyelenggaran penataan batas saja.
Tabel 10. Analisis isi dan implementasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh para stakeholder
Jenis KebijakanKearifan Instansi yang
mengeluarkan Isi Implementasi
Evaluasi Keputusan Bupati Pasir No. 746 tahun
2001 tentang petunjuk teknis pelaksanaan rekonstruksi batas kawasan
hutan produksi dan hutan lindung dan kawasan konservasi lainnya
Pemerintah daerah
Adanya pelibatan tokoh masyarakat adat setempat
Pada saat pelaksanaan, terjadi konflik karena
batas HLGL melewati batas kebun rotan milik
warga Bentuk pal tidak sesuai
dengan semestinya Sosialisasi yang kurang
kepada masyarakat dan pelibatan langsung tokoh
masyarakat dalam penyusunan tata batas HLGL
Pengawasan rekonstruksi oleh yang berwenang
Keputusan Bupati No. 340 tahun 2005 tentang pembentukan kelompok kerja
pengelolaan HLGL Pemerintah
daerah Pelibatan semua
stakeholder dalam pengelolaan HLGL
Masih dalam proses Tidak adanya pelibatan
masyarakat khususnya ketua adat setempat
Keputusan Bupati Pasir No. 357 tahun 2005 tentang Surat Keputusan Bupati
pasir No. 357 tahun 2005 tentang pembentukan tim forum sistem
informasi geografis pasir dalam kegiatan penyusunan basis data spasial kabupaten
pasir Pemerintah
daerah Para stakeholder HLGL
ikut serta dalam forum tersebut
Tokoh masyarakat adat setempat tidak
diikutsertakan dalam forum tersebut
Tidak adanya pelibatan tokoh masyarakat adat setempat
tidak diikutsertakan dalam forum tersebut
Renstra Dinas Kehutanan Pasir 2001- 2005
Dinas Kehutanan
• Program penyuluhan • Kegiatan penataan batas
• Patroli tidak ada • Program penyuluhan
belum tercapai • Pelaksanaan penataan
batas yang tidak sesuai dengan Keputusan
Bupati Pasir No. 746 tahun 2001
Implementasi secara penuh untuk setiap pelaksanaan
kebijakan Kurangnya personil PolHut
RTRW Kabupaten Pasir 2001-2005 Bappeda Pasir
Tidak adanya pelibatan masyarakat dalam
menyusun RTRW Kabupaten
Dalam penyusunan batas HLGL,
masyarakat desa sekitar dan dalam kawasan
tidak diikutsertakan Masyarakat tidak
diikutsertakan, minimal ketua adat dan kepala desa
SATS SK MenHut No. 62 Kpts-II 1998
BKSDA Pasir Semua jenis tumbuhan
atau satwa yang berasal dari kawasan hutan yang
berada di Kabupaten Pasir berada dalam
pengawasan BKSDA Pasir
• Belum adanya pengawasan yang
dilakukan oleh BKSDA
Pasir dalam pelaksanaanya
• Masyarakat masih memanfaatkan jenis
satwa yang dilindungi • BKSDA harus segera
melakukan pengawasan rutin terhadap pengumpul
• Penyuluhan terhadap masyarakat dalam dan
sekitar kawasan akan status dari jenis-jenis yang
dilindungi
• Kerjasama antara BKSDA Pasir dan Dinas Kehutanan
Pasir Laporan hasil orientasi batas kawasan
HLGL tahun 2003 UPTD
Planologi Balikpapan
Penataan batas kawasan HLGL
Belum temu gelang Rekonstruksi ulang untuk
penataan batas Tidak adanya kerja sama
dengan Dinas Kehutanan
Kearifan lokal Masyarakat
Pelarangan tentang
perburuan satwa induk dan jumlah yang dibatasi
tidak boleh lebih dari 1 ekor per jenis
Masyarakat dalam dan sekitar kawasan tidak
pernah melakukan perburuan dengan skala
besar Pengawasan di pasar,
khususnya terhadap para pengumpul
Kearifan lokal Masyarakat
Pelarangan penebangan
pohon madu Koompasia malacensis
Masyarakat tidak pernah menebang pohon jenis
ini karena menyangkut masa depan suatu
keluarga ⎯
E. 2 Kesenjangan Gaps dalam pelaksanaan pengelolaan HLGL