1.3.2 Penggunaan kawasan HASIL DAN PEMBAHASAN

mencari rotan. Karena belum adanya penataan batas yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Pasir, ke dalam blok-blok maka masyarakat sampai sekarang dapat bebas melakukan kegiatan di atas. Masyarakat desa sekitar dan dalam kawasan berburu satwa diantaranya kancil, rusa, landak, kijang, burung. Menurut PP No. 34 tahun 2002 pasal 21 kegiatan perburuan satwa di dalam hutan lindung diperkenankan dengan syarat perburuan dilakukan dengan cara tradisional dan satwa yang diburu bukan satwa yang dilindungi. Tabel 9. Pemanfaatan satwa yang dilakukan oleh masyarakat Jenis satwa Status Digunakan untuk Kuau Argusianus argus Dilindungi Daging dikonsumsi, bulu menjadi hiasan rumah Murai batu Tidak dilindungi Dijual Madi hijau Tidak dilindungi Dijual Cucak kelabu Tidak dilindungi Dijual, dikonsumsi Kucica hutan Tidak dilindungi Dijual Kucica kampung Tidak dilindungi Dijual, dikonsumsi Merbah mata merah Tidak dilindungi Dijual, dikonsumsi Berinji kelabu Tidak dilindungi Dijual Punai Tidak dilindungi Dijual Delimukan jamrud Tidak dilindungi Dijual Kancil Tragulus napu Dilindungi Dikonsumsi Babi hutan Sus barbatus Tidak dilindungi Dijual, dikonsumsi Kijang Muntiacus muntjak Dilindungi Dijual, dikonsumsi Landak Hystrix brachyura Dilindungi Dikonsumsi Rusa Cervus timorensis Dilindungi Dijual, dikonsumsi Melihat tabel di atas dapat dilihat bahwa masyarakat desa sekitar dan dalam hutan melakukan perburuan satwa jenis-jenis kebanyakan yang dilindungi. Dinas Kehutanan bekerjasama dengan BKSDA Sekesi Konservasi Pasir perlu melakukan penyuluhan khusus tentang jenis-jenis yang dilindungi tersebut. Serta BKSDA perlu melakukan pengawasan secara ketat dalam peredaran satwa dari kawasan HLGL dengan peninjauan ke kawasan HLGL dan melakukan penertiban terhadap para pengumpul di pasar.

E. 1.3.2 Penggunaan kawasan

Warga Dusun Mului menggunakan kawasan HLGL untuk kegiatan sehari-hari mereka dengan kegiatan bercocok tanam. Jika dilihat secara langsung kegiatan ini tidak dibenarkan karena sesuai dengan UU No. 41 tahun 1999 pasal 38 merubah fungsi lindung dari hutan lindung dan berdampak sangat besar bagi Dusun Mului sendiri dan Kabupaten Pasir pada umumnya. Sesuai dengan Keppres No. 32 tahun 1990 menyatakan bahwa menjadi tugas dari Pemerintah Daerah tingkat II untuk mengadakan penyuluhan masyarakat tentang kawasan hutan. Dinas Kehutanan Pasir pada saat ini belum melakukan penyuluhan dan pengertian pada masyarakat desa dalam dan sekitar HLGL tentang arti dan manfaat HLGL. E.1.3.3 Konflik antar stakeholder Menurut SK Bupati Pasir No 746 tahun 2001 tentang petunjuk teknis pelaksanaan rekonstruksi batas kawasan hutan produksi dan hutan lindung dan kawasan konservasi lainnya menyebutkan bahwa pelaksanaan rekonstruksi batas melibatkan tokoh masyarakat adat setempat tetapi dalam pelaksanaan tidak dilakukan bahkan pemberitahuan kepada pihak desa setempat juga tidak dilakukan. Menurut PP 44 tahun 2004 pasal 20 ayat 4 menyebutkan bahwa panitia tata batas harus dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hak-hak atas tanah di dalam kawasan dan di sepanjang batas kawasan hutan. Tokoh masyarakat ada dilibatkan sebagai bahan masukkan dan pertimbangan bagi penataan batas kawasan HLGL untuk dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hak milik masyarakat secara turun temurun hak tenurial dan hak milik berdasarkan adat hutan adat. SK Bupati Pasir No. 340 tahun 2005 tentang pembentukan kelompok kerja pengelolaan Hutan Lindung Gunung Lumut tidak mengikutsertakan tokoh masyarakat adat sekitar dan dalam HLGL dalam pengelolaan HLGL. Hal ini menjadi sangat perlu, untuk menjaga agar kegiatan pengelolaan HLGL yang dilakukan oleh anggota dari kelompok kerja ini tidak bertentangan dengan kearifan lokal yang ada di desa sekitar dan dalam kawasan HLGL. Dan juga pelibatan pihak desa sekitar hutan belum ada. Rencana strategis Dinas Kehutanan Pasir 2001-2005 menyatakan program- program yang berkaitan dengan pengelolaan HLGL yaitu penyuluhan kehutanan, penataan batas, pengawasan dan pengendalian perusakan kawasan hutan, pembuatan papan himbauan, inventarisasi flora dan fauna, pemeliharaan batas hutan lindung, dan penataan hutan. Tetapi dalam implementasi di lapangan belum ada. Program yang baru dapat terpenuhi hanya dalam hal penataan batas walaupun tidak secara benar dilakukan karena tidak sesuai dengan SK Bupati Pasir No 746 tahun 2001. Kurangnya personil Polisi Kehutanan dan terlalu luasnya kawasan yang harus dikelola menjadi hal yang harus diperhatikan. Surat Keputusan Bupati pasir No. 357 tahun 2005 tentang pembentukan tim forum sistem informasi geografis pasir dalam kegiatan penyusunan basis data spasial Kabupaten Pasir masih juga belum melibatkan tokoh masyarakat adat setempat sebagai bahan pertimbangan. RTRW Kabupaten Pasir 2001-2005 yang telah ditetapkan oleh Bupati Pasir juga masih memiliki kendala dalam hal pelibatan masyarakat sekitar dan dalam kawasan. Hal ini dapat dilihat dari ketidaktahuan masyarakat sekitar dan dalam kawasan bahwa kawasan HLGL termasuk dalam kawasan lindung dari Kabupaten Pasir. Sesuai dengan UU No. 24 tahun 1992 tentang penataan ruang, hak setiap orang dalam ikut serta menyusun RTRW. Laporan Hasil orientasi batas kawasan HLGL tahun 2003 memperlihatkan bahwa kerjasama antara Dinas Kehutanan dan UPTD Planologi Balikpapan masih belum erat. Dalam panitia orientasi tata batas tidak adanya anggota yang berasal dari Dinas Kehutanan Pasir. Menurut PP No.44 tahun 2004 yang bertanggung jawab dalam hal penataan batas adalah Pemerintah Kabupaten dan yang membentuk tim penataan batas adalah juga Pemerintah Kabupaten Pasir. Pemerintah Propinsi hanya mengeluarkan pedoman penyelenggaran penataan batas saja. Tabel 10. Analisis isi dan implementasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh para stakeholder Jenis KebijakanKearifan Instansi yang mengeluarkan Isi Implementasi Evaluasi Keputusan Bupati Pasir No. 746 tahun 2001 tentang petunjuk teknis pelaksanaan rekonstruksi batas kawasan hutan produksi dan hutan lindung dan kawasan konservasi lainnya Pemerintah daerah Adanya pelibatan tokoh masyarakat adat setempat Pada saat pelaksanaan, terjadi konflik karena batas HLGL melewati batas kebun rotan milik warga Bentuk pal tidak sesuai dengan semestinya Sosialisasi yang kurang kepada masyarakat dan pelibatan langsung tokoh masyarakat dalam penyusunan tata batas HLGL Pengawasan rekonstruksi oleh yang berwenang Keputusan Bupati No. 340 tahun 2005 tentang pembentukan kelompok kerja pengelolaan HLGL Pemerintah daerah Pelibatan semua stakeholder dalam pengelolaan HLGL Masih dalam proses Tidak adanya pelibatan masyarakat khususnya ketua adat setempat Keputusan Bupati Pasir No. 357 tahun 2005 tentang Surat Keputusan Bupati pasir No. 357 tahun 2005 tentang pembentukan tim forum sistem informasi geografis pasir dalam kegiatan penyusunan basis data spasial kabupaten pasir Pemerintah daerah Para stakeholder HLGL ikut serta dalam forum tersebut Tokoh masyarakat adat setempat tidak diikutsertakan dalam forum tersebut Tidak adanya pelibatan tokoh masyarakat adat setempat tidak diikutsertakan dalam forum tersebut Renstra Dinas Kehutanan Pasir 2001- 2005 Dinas Kehutanan • Program penyuluhan • Kegiatan penataan batas • Patroli tidak ada • Program penyuluhan belum tercapai • Pelaksanaan penataan batas yang tidak sesuai dengan Keputusan Bupati Pasir No. 746 tahun 2001 Implementasi secara penuh untuk setiap pelaksanaan kebijakan Kurangnya personil PolHut RTRW Kabupaten Pasir 2001-2005 Bappeda Pasir Tidak adanya pelibatan masyarakat dalam menyusun RTRW Kabupaten Dalam penyusunan batas HLGL, masyarakat desa sekitar dan dalam kawasan tidak diikutsertakan Masyarakat tidak diikutsertakan, minimal ketua adat dan kepala desa SATS SK MenHut No. 62 Kpts-II 1998 BKSDA Pasir Semua jenis tumbuhan atau satwa yang berasal dari kawasan hutan yang berada di Kabupaten Pasir berada dalam pengawasan BKSDA Pasir • Belum adanya pengawasan yang dilakukan oleh BKSDA Pasir dalam pelaksanaanya • Masyarakat masih memanfaatkan jenis satwa yang dilindungi • BKSDA harus segera melakukan pengawasan rutin terhadap pengumpul • Penyuluhan terhadap masyarakat dalam dan sekitar kawasan akan status dari jenis-jenis yang dilindungi • Kerjasama antara BKSDA Pasir dan Dinas Kehutanan Pasir Laporan hasil orientasi batas kawasan HLGL tahun 2003 UPTD Planologi Balikpapan Penataan batas kawasan HLGL Belum temu gelang Rekonstruksi ulang untuk penataan batas Tidak adanya kerja sama dengan Dinas Kehutanan Kearifan lokal Masyarakat Pelarangan tentang perburuan satwa induk dan jumlah yang dibatasi tidak boleh lebih dari 1 ekor per jenis Masyarakat dalam dan sekitar kawasan tidak pernah melakukan perburuan dengan skala besar Pengawasan di pasar, khususnya terhadap para pengumpul Kearifan lokal Masyarakat Pelarangan penebangan pohon madu Koompasia malacensis Masyarakat tidak pernah menebang pohon jenis ini karena menyangkut masa depan suatu keluarga ⎯

E. 2 Kesenjangan Gaps dalam pelaksanaan pengelolaan HLGL