Persepsi Masyarakat tentang Perbandingan Aktor terhadap Faktor

Keterangan: PTPW : Proses Pentahapan dalam Pemekaran Wilayah PP-PW : Pusat Pertumbuhan menciptakan Pemekaran Wilayah PW-PP : Pemekaran Wilayah menciptakan Pusat Pertumbuhan PGDI : Pemekaran Gabung kembali ke Daerah Induk Berdasarkan Gambar 35 hasil analysis hierarchy process persepsi masyarakat Kota Tasikmalaya tentang pengaruh alternatif strategi terhadap tujuan, menunjukkan dari 4 alternatif strategi yang disusun prioritas pertama yang berpengaruh terhadap tujuan adalah pemekaran wilayah menciptakan pusat pertumbuhan PW-PP score 0,4412 diikuti oleh prioritas kedua proses pentahapan dalam pemekaran wilayah PTPW score 0,2202, prioritas ketiga yaitu pusat pertumbuhan menciptakan pemekaran wilayah PP-PW score 0,2196, dan prioritas keempat adalah pemekaran digabungkembali ke daerah induk PGDI dengan score 0,1174. Hasil penelitian persepsi masyarakat dengan metode Analysis Hierarchy Process menunjukkan pada umumnya baik masyarakat Kota Baubau maupun Kota Tasikmalaya memandang bahwa alternatif strategi “pemekaran wilayah menciptakan pusat pertumbuhan” PW-PP sebagai prioritas pertama, ditunjukkan dengan nilai persepsi masing-masing dua kota yang cukup tinggi, Kota Baubau dengan nilai 0,4047 40,47 persen dan Kota Tasikmalaya 0,4412 44,12 persen, artinya masyarakat melihat dan merasakan bahwa perkembangan maupun kemajuan ekonomi yang pesat dari kedua kota tersebut merupakan dampak atau manfaat yang diterima sebagai hasil dari adanya pemekaran wilayah. Masyarakat memandang bahwa pemekaran wilayah telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap tumbuh dan berkembangnya Kota Baubau dan Kota Tasikmalaya menjadi pusat pertumbuhan. Jika undang-undang otonomi daerah dengan implikasi pemekaran wilayah dan peraturan pemerintah yang mengatur tidak diberlakukan, kedua kota tersebut tentu belum mengalami perkembangan ekonomi sebagaimana seperti sekarang ini. Pada prioritas kedua masyarakat dua kota tersebut berbeda persepsi. Masyarakat Kota Baubau memandang alternatif strategi “pusat pertumbuhan menciptakan pemekaran wilayah ” PP-PW sebagai prioritas kedua dibanding alternatif strategi proses pentahapan dalam pemekaran wilayah PTPW, sebaliknya pada masyarakat Kota Tasikmalaya memandang alternatif strategi “proses pentahapan dalam pemekaran wilayah” PTPW sebagai prioritas kedua lebih penting dibandingkan dengan alternatif strategi pusat pertumbuhan menciptakan pemekaran wilayah PP-PW. Perbedaan persepsi ini tentunya dilatar belakangi oleh kondisi masyarakat masing-masing, pada masyakat Kota Baubau yang mewakili masyarakat luar Jawa memandang bahwa suatu daerahwilayah yang telah maju atau berkembang justru menjadi peluang untuk dimekarkan sepanjang itu sudah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Sebaliknya pada masyarakat Kota Tasikmalaya memandang bahwa dalam pelaksanaan pemekaran wilayah sebaiknya adanya prosespentahapan yang harus dilewati oleh suatu daerah untuk menjadi daerah otonom yang berdiri sendiri, sehingga dengan melalui tahapan suatu daerah untuk menjadi daerah otonom baru, diharapkan kedepan dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan akan lebih mandiri. Sedang pada alternatif strategi “pemekaran digabungkembali ke daerah induk ” PGDI sebagai prioritas keempat terlihat dari score masing-masing dua kota yang kecil, Kota Baubau dengan nilai sebesar 0,1174 11,74 persen dan Kota Tasikmalaya 0,1699 16,99 persen, artinya masyarakat dua kota tersebut melihat bahwa suatu daerah yang tidak berhasil dalam melaksanakan kemandirian sebagai daerah otonom baru DOB maupun dalam upaya melaksanakan hakekat dan tujuan dari pemekaran wilayah dapat kembali digabung dengan daerah induknya. Berdasarkan hasil analisis persepsi masyarakat diatas selanjutnya disusun masing-masing analisis Hierarchy Process secara vertikal untuk Kota Baubau dan Kota Tasikmalaya sebagai berikut: OUTPUT ANALYSIS HIERARCHY PROCESS AHP KOTA BAUBAU SECARA VERTIKAL Gambar 36 Hasil Analysis Hierarchy Process AHP Persepsi Masyarakat secara Vertikal tentang Penerapan PP. Nomor 78 Tahun 2007 serta Manfaat Kebijakan Pemekaran Wilayah di Kota Baubau Berdasarkan Gambar 36 memperlihatkan dari 11 sebelas elemen faktor pembentuk daerah otonom baru prioritas pertama adalah keamanan KM dengan score 18,01 persen diikuti faktor tingkat kesejahteraan TK 12,6 persen; rentang kendali RK 11,7 persen; pertahanan PH 9,7 persen; kemampuan keuangan KK 7,7 persen; kemampuan ekonomi score 7,6 persen; potensi daerah PD 7,4 persen; luas daerah LD 7,2 persen; kependudukan KP 6,2 persen; sosial politik SP score 6,1 persen; dan sosial budaya SB 5,8 persen. Dari 5 lima aktor dalam proses pembentukan daerah otonom, prioritas pertama aktor yang sangat berpengaruh terhadap elemen faktor adalah eksekutif EK 30,67 persen; diikuti aktor legislatif LG 22,07 persen; tokoh masyarakat TM 17,72 persen; investor INV 15,10 persen; dan prioritas kelima perguruan tinggi PT 14,50 persen. Dari 4 empat tujuan yang ingin dicapai dalam pemekaran wilayah, prioritas pertama berpengaruh terhadap aktor adalah tujuan meningkatkan PTPW 21,02 PGDI 16,99 PW – PP 40,47 PP – PW 21,54 PS 14,04 RK 21,12 PP 24,43 KM 40,38 Strategi dan kebijakan Pemekaran Wilayah memberikan manfaat bagi Kota Bau-Bau KE 7,6 PD 7,4 KK 7,7 SB 5,8 SP 6,1 LD 7,2 PH 9,7 KM 18,01 TK 12,6 RK 11,7 KP 6,2 LEG 22,07 TM 17,72 EKS 30,67 INV 15,10 PT 14,45 Ultimate Goal Faktor Aktor Tujuan Alternative Strategi kesejahteraan masyarakat KM dengan 40,38 persen; diikuti prioritas kedua mendekatkan pelayanan publik kepada masyarakat PP 24,43 persen; prioritas ketiga merumuskan kebijakan yang ditempuh pasca pemekaran agar bermanfaat bagi daerah RK 21,12 persen; dan prioritas keempat adalah tujuan mengetahui persepsi stakeholder akan manfaat pemekaran bagi daerah PS 14,04 persen. Dari 4 empat alternatif strategi yang ingin dicapai dalam pemekaran wilayah, prioritas pertama yang berpengaruh terhadap tujuan adalah pemekaran wilayah menciptakan pusat pertumbuhan PW-PP 40,47 persen; diikuti prioritas kedua pusat pertumbuhan menciptakan pemekaran wilayah PP-PW 21,54 persen; prioritas ketiga yaitu proses pentahapan dalam pemekaran wilayah PTPW 21,02 persen; dan prioritas keempat adalah pemekaran digabungkembali ke daerah induk PGDI 16,99 persen. OUTPUT ANALYSIS HIERARCHY PROCESS AHP KOTA TASIKMALAYA SECARA VERTIKAL Gambar 37 Hasil Analysis Hierarchy Process AHP Persepsi Masyarakat secara Vertikal tentang Penerapan PP. Nomor 78 Tahun 2007 serta Manfaat Kebijakan Pemekaran Wilayah di Kota Tasikmalaya. Analisis Hirarki Proses secara vertikal pada Gambar 37 menunjukkan, dari 11 sebelas elemen faktor dalam pembentukan daerah otonom baru, prioritas pertama adalah tingkat kesejahteraan TK 13,80, diikuti prioritas kedua faktor keamanan KM 12,0 persen; kemampuan keuangan KK 10,4 persen; kemampuan ekonomi 10,2 persen; pertahanan PH 9,2 persen; rentang kendali RK 8,8 persen;potensi daerah PD 8,8 persen; sosial politik SP 7,2 persen; sosial budaya SB 6,6 persen; luas daerah LD 6,5 persen; dan kependudukan KP 6,3 persen. PTPW 22,02 PGDI 11,74 PW – PP 44,12 PP – PW 21,96 PS 15,39 RK 21,82 PP 22,62 KM 40,02 Strategi dan kebijakan Pemekaran Wilayah memberikan manfaat bagi Kota Tasikmalaya KE 10,2 PD 8,8 KK 10,4 SB 6,6 SP 7,2 LD 6,5 PH 9,2 KM 12,1 TK 13,8 RK 8,8 KP 6,3 LEG 22,87 TM 16,45 EKS 28,20 INV 16,74 PT 15,64 Ultimate Goal Faktor Aktor Tujuan Alternative Strategi