Teori Polarisasi Pertumbuhan Ekonomi Polarization of Economic

penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kedua konsep dalam pelaksanaan pemerintahan di Indonesia tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat disimpulkan pengertian desentralisasi berbeda dengan otonomi. Dalam desentralisasi harus ada pendistribusian wewenang atau kekuasaan dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah. Sedang otonomi berarti adanya kebebasan menjalankan atau melaksanakan sesuatu oleh unit politik atau bagian wilayahteritori dalam kaitannya dengan masyarakat politik atau negara Saragih 2003. Dengan kata lain, desentralisasi adalah berkurangnya atau diserahkannya sebagian atau seluruh wewenang pemerintahan dari pusat ke daerah-daerah sehingga daerah yang menerima kewenangan bersifat otonom untuk menentukan caranya sendiri berdasarkan prakarsa sendiri secara bebas. Memasuki era otonomi daerah dan desentralisasi, salah satu implikasi dari pelaksanaan asas otonomi daerah dan desentralisasi dalam sistem pemerintah Indonesia adalah pemekaran wilayah. Perbincangan diseputar wacana pemekaran wilayah kabupatenkota dan provinsi, menjadi salah satu tema politik yang menggelembung dimasyarakat. Perdebatan seputar diskursus tentang pemekaran wilayah bahkan sudah sangat mengkristal dan mewacana dengan cepat, tajam, dan menimbulkan friksi politik yang keras dikalangan berbagai pemerhati otonomi daerah dan desentralisasi. Maka tak heran isu pemekaran wilayah terus menggelinding bagaikan bola salju, khususnya dalam zona politik elite pusat maupun elite lokal di daerah. Desentralisasi Penerapan asas desentralisasi dalam suatu negara merupakan jawaban atas ketidakpuasan dengan sistem sentralisasi. Namun demikian penerapan desentralisasi tidak secara otomatis sistem sentralisasi menjadi hilang, melainkan kedua sistem ini selalu beriringan dalam pelaksanaannya. Antara desentralisasi dan sentralisasi tidak dapat di dikotomikan karena kedua sistem ini merupakan sistem atau manajemen kekuasaan pemerintahan. Menurut Smith 1985 menyatakan bahwa ‖decentralization involves the delegation of power to lower levels in a territorial hierarchy whether hierarchy is one of goverment within a state or o ffices a large scala organization.‖ Bahwa desentralisasi merupakan pendelegasian wewenang ke tingkat yang lebih rendah dalam suatu hirarki wilayah apakah hirarki itu dalam suatu pemerintahan, negara atau instansi atau dalam suatu organisasi yang besar. Dari sisi teori, desentralisasi mengandung berbagai macam pengertian, menurut Kaho 1998 dalam Safi’i 2008 menyatakan bahwa desentralisasi adalah suatu system dalam mana bagian dari tugas-tugas negara diserahkan penyelenggaraannya kepada organ atau institusi yang mandiri. Institusi ini berkewajiban untuk melaksanakan wewenang sesuai kehendak dan inisiatif programnya sendiri. Leemans 1970 dalam Kuncoro 2004, misalnya, membedakan dua macam desentralisasi: representative local government dan field administration. Maddick 1983 mendefinisikan desentralisasi sebagai proses dekonsentrasi dan devolusi. Devolusi adalah penyerahan kekuasaan untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu kepada pemerintah daerah; sedang dekonsentrasi merupakan pendelegasian wewenang atas fungsi-fungsi tertentu kepada staf pemerintah pusat yang tinggal di luar kantor pusat. Terlihat bahwa pemerintah daerah pada umumnya dianggap sebagai manifestasi struktural dari desentralisasi political decentralization. Sementara itu, administrasi lapangan field administration atau desentralisasi administratif adalah kata lain dari dekonsentrasi Kuncoro 2004. Cheema dan Rondinelli 2007 mendefinisikan decentralization was defined as the transfer of authority, responsibility, and resources —through deconcentration, delegation, or devolution - from the center to lower levels of administration. Selanjutnya disebutkan bahwa pemerintah dewasa ini menerapkan 3 bentuk desentralisasi. Pertama, ―deconcentration, sought to shift administrative responsibilities from central ministries and departments to regional and local administrative levels by establishing field offices of national departments and transferring some authority for decision making to regional field staff; Kedua, devolution aimed to strengthen local governments by granting them the authority, responsibility, and resources to provide services and infrastructure, protect public health and safety, and formulate and implement local policies; dan Ketiga, delegation, national governments shifted management authority for specific functions to semiautonomous or parastatal organizations and state enterprises, regional planning and area development agencies, and multi-and single-purpose public authorities ‖. Bahwa dekonsentrasi berusaha untuk melimpahkan wewenang administratif dari kementerian dan departemen kepada administrasi tingkat daerah dengan mendirikan kantor dan memberikan sebagian kewenangan dalam pengambilan keputusan didaerah. Devolusi bertujuan untuk memperkuat pemerintah daerah dengan memberikan kewenangan, tanggung jawab, dan sumber daya untuk menyediakan layanan dan infrastruktur, perlindungan kesehatan dan keselamatan masyarakat, serta merumuskan dan melaksanakan kebijakan di daerah. Delegasi, pemerintah pusat melimpahkan kewenangan pengelolaan untuk fungsi-fungsi khusus kepada organisasi semi autonomous, BUMN, perencanaan dan instansi di daerah dan kewenangan lainnya untuk kepentingan masyarakat. Mintzberg 1995 dalam Riyadi dan Bratakusumah 2004 membedakan 3 tipe desentralisasi. Pertama; vertical decentralization yaitu desentralisasi yang diberikan secara hirarki dari atas ke bawah dalam suatu struktur organisasi, kedua; horizontal decentralization yaitu pendelegasian dari suatu unit dalam sebuah organisasi kepada unit lain yang setingkat, ketiga; dispersal decentralization yaitu pelimpahan wewenang dari organisasiunit lebih tinggi kepada unit-unit lainnya sebagai kepanjangan tangan. Sedang di Indonesia pelaksanaan desentralisasi mengacu pada Undang – Undang Nomor 32 tahun 2004 yang menyebutkan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari sudut pandang desentralisasi, pemekaran wilayah merupakan pelaksanaan azas desentralisasi. Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, juga telah meletakkan dasar-dasar tentang sistem hubungan pemerintah pusat dan daerah dalam 3 prinsip yaitu: Pertama, desentralisasi yang mengandung arti penyerahan urusan pemerintahan dari pemerintah atau daerah tingkat atasnya kepada daerah. Kedua, dekonsentrasi yang berarti pelimpahan wewenang dari pemerintah atau kepala wilayah atau kepala instansi vertikal tingkat atasnya kepada pejabat-pejabat di daerah. Ketiga, tugas perbantuan medebewind yang berarti pengkoordinasian prinsip desentralisasi dan dekonsentrasi oleh kepala daerah, yang memiliki fungsi ganda sebagai penguasa tunggal di daerah dan wakil pemerintah pusat di daerah. Akibat prinsip ini, dikenal adanya daerah otonom dan wilayah administratif Kuncoro 2004. Selanjuntya Kuncoro 2004 menyebutkan bahwa titik tolak desentralisasi di Indonesia adalah Daerah Tingkat II Dati IIkabupaten, sebagai ujung tombak pelaksanaan pembangunan sehingga kabupatenlah yang lebih tahu kebutuhan dan potensi rakyat di daerahnya. Masalahnya, meskipun harus diakui bahwa Undang- Undang Nomor 5 tahun 1974 adalah suatu komitmen politik, namun dalam praktek yang terjadi adalah sentralisasi kontrol dari pusat yang dominan dalam perencanaan maupun implementasi pembangunan Indonesia. Salah satu fenomena paling menonjol dari hubungan antara sistem Pemda dengan pembangunan adalah ketergantungan Pemda yang tinggi terhadap pemerintah pusat. Ketergantungan ini terlihat jelas dari aspek keuangan dan pembangunan. Pemerintah pusat dapat memilih apakah akan menekankan pada pemerintah daerah Pemda ataukah pada administrasi lapangan. Pilihan tergantung pada apakah administrasi lapangan dapat seefektif Pemda dalam mengurangi tekanan pusat dan mengembangkan periferi. Di pihak lain dapatkah Pemda melayani kebutuhan masyarakat secara lebih efisien dibandingkan dengan agenkantor pemerintah pusat di daerah? Perbedaannya terutama terletak pada kemampuan untuk memahami kebutuhan dan masalah daerah, serta tingkat tanggung jawab yang diembannya Kuncoro 2004. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelaksanaan desentralisasi akan mengurangi beban pemerintah pusat terutama dalam penentuan program dan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan yang berkembang dalam masyarakat suatu daerah. Sejalan dengan pendapat Abe 2002 yang mengemukakan bahwa desentralisasi dapat memberikan dampak positif. Pertama ; bagi pemerintah pusat, desentralisasi tentu akan menjadi jalan yang mengurangi beban pusat; Kedua, program atau rencana-rencana pembangunan yang hendak diwujudkan akan lebih realistik, lebih mengena dan lebih dekat dengan kebutuhan lokal; Ketiga, memberikan kesempatan kepada daerah untuk belajar mengurus rumah tangganya sendiri, belajar untuk menangkap dan merumuskan aspirasi masyarakat setempat; Keempat, dengan adanya pemberian kewenangan politis kearah devolusi, maka berarti akan membuka peluang bagi ketertiban rakyat dalam mengontrol jalannya pemerintahan. Dalam pelaksanaan desentralisasi oleh pemerintah pusat kepada daerah- daerah bukan saja hanya meliputi penyerahan wewenang urusan pemerintahan tetapi didalamnya sudah mencakup desentralisasi fiskal. Desentralisasi fiskal adalah proses distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah untuk mendukung fungsi atau tugas pemerintahan dan pelayanan public sesuai dengan banyaknya bidang pemerintahan yang dilimpahkan Saragih 2003. Dengan demikian konsekuensi