Implikasi Kebijakan terhadap Masyarakat

Juanda B. 2007. Manfaat dan Biaya Pemekaran Daerah serta Implikasinya terhadap APBN. Jurnal Ekonomi Vol. XXV, Oktober 2007. Jusuf H. 2012. Otonomi Daerah di Persimpangan Jalan. Cetakan ke – 2. Jakarta: Pustaka Spirit. Kauzya JM. 2007. Political Decentralization In Africa: Experiences Of Uganda, Rwanda, And South Africa. Discussion Paper. Department of Economic and Social Affairs. United Nations. New York, December 2007 Kemendagri. 2013. Daerah Otonom Baru Di Indonesia per Propinsi tahun 1999 – 2013. www. kemendagri.go.id. Kemendagri. 2011. Laporan Hasil Evaluasi Daerah Otonom Hasil Pemekaran EDOHP. Dirjen Otoda Kemendagri – DSF. Khan SA. 2013. Decentralization and Poverty Reduction: A Theoretical Framework for Exploring the Linkages. International Review of Public Administration 2013, Vol. 18, No. 2. www.googel.com Kimura E. 2010. Proliferation Provinces: Territorial Politics in Post – Suharto Indonesia. Journal South East Asia Research, 18,3, pp 415 – 449. Kiwanuka M. 2012. Decentralization and Good Governance in Africa: Institutional Challenges to Ugandas Local Governments. The Journal of African Asian Local Government Studies. www.googel.com Kohl B. 2003. Democratizing Decentralization in Bolivia the Law of Popular Participation. Journal of Planning Education and Research 23:153-164. Kuncoro M, Rahajeng A. 2005. Daya Tarik Investasi dan Pungli di DIY. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10 No. 2, Agustus 2005 Hal: 171 – 184. Kuncoro M. 2013. Mudah Memahami dan Menganalisis Indikator Ekonomi. Yogyakarta : UPP STIM YKPN. Kuncoro M. 2012. Perencanaan Daerah: Bagaimana Membangun Ekonomi Lokal, Kota, dan Kawasan. Jakarta: Salemba Empat. Kuncoro M. 2009. Ekonomika Indonesia: Dinamika Lingkungan Bisnis di Tengah Krisis Global. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Kuncoro M. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Jakarta: Erlangga. Kuncoro M. 2002. Analisis Spasial dan Regional: Studi Aglomerasi dan Kluster Industri Indonesia. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Lumbesi K. 2005. Analisis Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Perkembangan Perekonomian Wilayah dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Buru. Tesis Pascasarjana IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan. Malia R. 2009. Analisis Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Pembangunan Ekonomi Daerah Studi Kasus di Kota Cimahi Propinsi Jawa Barat. Tesis Pascasarjana IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan. Mitullah WV. 2012. Decentralized Service Delivery in Nairobi and Mombasa Policies : Politics and Inter-governmental Relations. JEL Classification: D72, H70, N47, O18. Working Paper No. 922012. UNU-WIDER. www.googel.com Miyoshi T. 1997. Successes and Failures Associated with the Growth Pole Strategies. disertasi. www.googel.com Mondal BK, Das K. 2010. Role of Growth Center: A Rural Development Perspective. Journal of Bangladesh Institute of Planners Volume 3, December 2010, pp. 129-141, Bangladesh Institute of Planners. Monsted M. 1974. François Perroux’s Theory of “Growth Pole” and “Development Pole”: A Critique. Antipode, Volume 6, Issue 2: 106-113, July 1974. www.google.com. Mubyarto. 2000. Pengembangan Wilayah, Pembangunan Perdesaan dan Otonomi Daerah. Dalam Pengembangan Wilayah Perdesaan dan Kawasan Tertentu: sebuah Kajian Eksploratif. Penyunting Suhandoyo, dkk. Direktorat Kebijaksanaan Teknologi untuk Pengembangan Wilayah. BPPT. Mushuku A, Takuva R. 2013. Growth Points or Ghost Towns? Post Independence Experiences of the Industrialization Process at Nemamwa Growth Points in Zimbabwe. International Journal of Politics and Good Governance, Volume 4, No. 4.4 quarter iv 2013. ISSN: 0976 – 1195. www.googel.com Muta’ali L. 2011. Kapita Selekta Pengembangan Wilayah. Yogyakarta: Fakultas Geogragi UGM. Muta’ali L. 1999. Penerapan Konsep Pusat Pertumbuhan dalam Kebijaksanaan Pengembangan Wilayah. Yogyakarta: Fakultas Geogragi UGM. Nazara S. 1994. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Suatu Aplikasi Fungsi Produksi Agregat Indonesia 1985 – 1991. Jakarta. Prisma No. 8 Tahun 1994. PL3ES. Nugroho KS. 2011. Pemekaran Daerah, Dapatkah menjadi Model Pemerataan Pembangunan Kasus Pemekaran di Propinsi Banten. Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah. LAB – ANE Fisip Untirta. Nurlaela. 2010. Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Pembangunan Manusia Human Capital di Propinsi Sulawesi Barat. Tesis Pascasarjana IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan. Nurzaman SS. 2012. Perencanaan Wilayah dalam Konteks Indonesia. Bandung: Institut Teknologi Bandung ITB. Pamungkas C. 2007. Pemekaran Wilayah, Otonomi Daerah dan Desentralisasi Politik di Indonesia. Jakarta USAID – DRSP – Percik – LIPI. Parr JB. 1999. Growth Pole Strategies in Regional Economic Planning: A Retrospective View. Part 1: Origins and Advocacy. Urban Studies. Volume 36, No. 7, 1195 - 1215, 1999. www. google.com. Partnership for Government Reform in Indonesia. 2011. Desain Besar Penataan Daerah Indonesia Tahun 2010 – 2025. Jakarta: Parnership Policy Paper No. 11.2011. Pede OV. 2013. Diversity And Regional Economic Growth: Evidence From US Counties. Journal of Economic Development, Volume 38, Number 3, September 2013. International Rice Research Institute IRRI, Philippines. Pekkala S. 2003. What Draws People to Urban Growth Centers: Jobs vs. Pay? Helsinki, Finland, Valtion Taloudellinen Tutkimuskeskus VATT, Government Institute for Economic Research, 2003. www.googel.com Percik. 2007. Desentralisasi: Proses dan Implikasi Sosial Politik Pemekaran: Studi Kasus di Sambas dan Buton. Percik-USAID-DRSP-DSF. Philip AT, Isah S. 2012. An Analysis of the Effect of Fiscal Decentralisation on Eonomic Growth in Nigeria. International Journal of Humanities and Social Science Vol. 2 No. 8, special issue – April 2012. Prasetyantoko A, Budiantoro S, Bahagijo S. Editor. 2012. Pembangunan Inklusif: Prospek dan Tantangan Indonesia. Jakarta: LP3ES. Prayudi. 2011. Politik Komunal Dalam Proses Pemekaran Daerah: Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat dan Maluku Utara Peneliti Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi P3DI Sekretariat Jenderal DPR RI. Diunduh dari www.google.com . Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2007 Tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah. Pribadi OD, Panuju DR, Rustiadi E, Emma AP. Tanpa tahun. Permodelan Perencanaan Pengembangan Wilayah: Konsep, Metode, Aplikasi dan Teknik Komputasi. Rasyid MR. 2000. Makna Pemerintahan. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya Ratnawati T. 2010. Satu Dasa Warsa Pemekaran Daerah Era Reformasi: Kegagalan Otonomi Daerah. Jurnal Ilmu Politik Nomor 21, 2010. AIPI dan Pustaka Pelajar. Ratnawati T. 2009a. Pemekaran Daerah: Politik Lokal dan Beberapa Isu Terseleksi. Jakarta: Pustaka Pelajar. Ratnawati T. editor. 2009b. Studi tentang Pemekaran Daerah: Pemetaan Problematika Politik, Ekonomi Sosial Budaya di Daerah-Daerah Pemekaran. Jakarta LIPI Press. Rengasamy S. 2008. Regional Planning Part III –Regional Growth Theories - SectorStage Theories- Export Base Model-Central Place Theory Growth Pole HypothesisCumulative Causation Theory. Madurai Institute of Social Sciences Regional Planning Development. United Nation Centre for Regional Planning UNCRD. www.googel.com Richardson HW. 1999. Growth Centers, Rural Development and National Urban Policy: A Defense. International Regional Science Review, Vol. 3, No. 2, 133-152. www.googel.com Richardson HW. Elements of Regional Economics. Penerjemah Paul Sitohang. 1977. Dasar-Dasar Ekonomi Regional. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Richardson HW. 1976. Growth Pole Spillovers: The Dynamics of Backwash and Spread. Regional Studies, Volume 10, pages 1-9. www.googel.com Riyadi dan Bratakusumah DS. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah: Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Crespent Press dan YOI. IPB. Saaty TL. 1986. Decision Making for Leaders The Analitical Hierarchy Process for Decisions in Complex World. Terjemahan Setiono L. 1993. Pengambilan Keputusan bagi Para Pemimpin. Jakarta: LPPM dan PT. Pustaka Binaman Pressindo. Safi’i HM. 2008. Paradigma Baru Kebijakan Pembangunan Ekonomi. Malang: Averroes Press. Sagala S. 2009. Hasil Analisis Pusat Pertumbuhan Kota-Kota Kecamatan di Kabupaten Ogan-Ilir. www. google. com. Sang-arun N. 2012. Development of Regional Growth Centers And Impact On Regional Growth: A Case Study of Thailand’s Northeastern Region UDC: 332.812:711593, Urbani izziv, volume 24, no. 1, 2013. www. google.com. Saragih JP. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Sayori N. 2009. Analisis Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Perekonomian Wilayah Kepulauan dan Pengembangan Pariwisata Bahari Studi Kasus di Kabupaten Raja Ampat Propinsi Papua Barat. Tesis Pascasarjana IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan. Serra MA. 2003. Development Pole Theory and the Brazilian Amazon. JEL Classification 020,R58, Est.Econ.,Sao Paulo, Vol. 33, N.1, P., Janeiro- Marco 2003. www.googel.com Setiadi H. 2009. Konsep Pusat-Pinggiran: Sebuah Tinjauan Teoritis. Working Paper on Regional Development Studies No: KKI-01KBP-PW2009. Departemen Geografi Fakultas MIPA Universitas Indonesia. www.googel.com Setiono DNS. 2011. Ekonomi Pengembangan Wilayah: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Silaen V. 2011. Otonomi Daerah dan Perda-Perda Biasa Agama. Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah. LAB – ANE Fisip Untirta. Simangunsong T. 2011. Solusi Bersama Pemekaran Daerah. Diunduh dari www. google.com. Tanggal 3 Maret 2014. Sjafrizal. 2012. Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Cetakan ke-1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Padang: Baduose Media. Sjafrizal.1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat. Jakarta: Prisma No. 3 Tahun 1997. PL3ES. Smith BC.1985. Decentralization, the Territorial Dimension of the State. Jakarta: Diterbitkan oleh MIPI 2012. Suryanto J. editor. 2009. Implikasi Pemekaran Daerah terhadap Kesejahteraan Masyarakat. Pusat Penelitian Ekonomi. LIPI Press. Di unduh dari www. google.com. Sutikno, Maryunani. 2007. Analisis Daya Saing Kecamatan Sebagai Pusat Pertumbuhan Satuan Wilayah Pengembangan SWK Kabupaten Malang. Journal of Indonesia Applied Economics, Vol.1 No. 1 Oktober 2007, 1-17. Suwandi M. 2011. “Dinamika Pemekaran Daerah di Era Reformasi Dalam Koridor Undang- Undang No. 32 Tahun 2004” makalah disampaikan dalam diskusi internal Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi P3DI Sekretariat Jenderal DPR RI, Jakarta, 25 April 2011. Tarigan R. 2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Edisi Revisi Jakarta: PT. Bumi Aksara. Tarigan R. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Tryatmoko MW. 2010. Pemekaran Daerah dan Persoalan Governability Lokal di Indonesia. Jurnal Penelitian Politik Vol. 7, No. 1, 2010, LIPI h. 42-43. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta 2009. Undang-Undang Nomor 32 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta 2009. Widiyanto P. 1991. Otonomi. Prisma No. 8 tahun XX, Agustus 1991. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia. Yulistiani A, et al. 2007. Analisis Terhadap Evaluasi Daerah Otonomi Baru Tahun Anggaran 2007. Laporan Akhir, Desember 2007. Jakarta: Dirjen Otonomi Daerah Depdagri – Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia. Zakaria S. 2013. The Impact of Fiscal Decentralization toward Regional Inequalities in Eastern Region of Indonesia.Journal of Economics and Sustainable Development Vol.4, No.10, 2013. LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN PEMEKARAN WILAYAH DAN PENGEMBANGAN PUSAT- PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI Studi Di Kota Baubau Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kota Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat Nomor Responden : Tanggal Wawancara : Identitas Responden 1. Nama No. TlpHp. : :

2. Umur tahun :

3. Pekerjaan :

4. Pendidikan :

5. Jabatan :

6. InstansiDinas :

7. Asal Kecamatan KelurahanDesa

: Peneliti : E B E D H A M R I NIM : HI62100191 No. Hp : 081341705405 PROGRAM STUDI ILMU PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN PEDESAAN PWD SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

A. PENGANTAR

Penelitian ini dilaksanakan pada 2 dua kota hasil pemekaran tahun 2001 yaitu Kota Baubau Propinsi Sulawesi Tenggara mewakili Kawasan Timur Indonesia merupakan kota pesisirpantai dan Kota Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat mewakili Kawasan Barat Indonesia merupakan kota di wilayah daratan. Perkembangan kedua kota pemekaran ini diharapkan dapat menjadi pusat-pusat pertumbuhan bagi daerah sekitarnya atau hinterlandnya. Kuesioner ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perekonomian dan perkembangan Kota Baubau dan Kota Tasikmalaya sebelum dan sesudah pemekaran wilayah dari masing-masing kabupaten induknya Kabupaten Buton dan Tasikmalaya setelah berlakunya UU. No. 22 Tahun 1999, serta untuk mengetahui persepsi stakeholder akan manfaat pemekaran wilayah dan mencoba mengevaluasi PP. No. 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Daerah. Penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan decision maker dalam membuat dan merumuskan kebijakan pemekaran wilayah kedepan, khususnya bagi Pemerintah Kota Baubau dan Pemerintah Kota Tasikmalaya dalam upaya meningkatkan dan mempercepat perkembangan perekonomian dan pembangunan wilayah.

B. KUESIONER

1. Kuesioner Analitical Hierarchy Process AHP

Petunjuk Pengisian: 1. Untuk menghindari inkonsistensi, dimohon agar bapakibu mengisi kuesioner ini pada satu waktu. 2. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis dengan menjawab semua pertanyaan tertulis. 3. Jawaban dapat merupakan pendapat pribadi ataupun hasil diskusi dengan orang lain. Pengisian kuesioner ini, bapakibu diminta untuk membandingkan antara dua elemen yaitu elemen A kolom kiri dengan elemen B kolom kanan. Nilai perbandingan antara dua elemen tersebut ditandai dengan tanda X silang atau √ checklist atau melingkari. 4. Nilai perbandingan yang diberikan mempunyai skala 1 sampai 9. Berikut ini definisi dari skala banding yang digunakan: Nilai Komparasi A dibandingkan B Definisi 1 A dan B sama penting 3 A sedikit lebih penting dari B 5 A lebih penting dari B 7 A sangat jelas lebih penting dari B 9 A mutlak lebih penting dari B 2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua pertimbangan Contoh : Anda diminta untuk membandingkan tingkat kepentingan antara “PRODUK” dan “HARGA” 1. Jika Anda menganggap “PRODUK” sedikit lebih penting dari “HARGA”, maka : A Nilai Perbandingan B Produ k 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Harg a 2. Jika Anda menganggap “HARGA” sangat jelas lebih penting dari “PRODUK”, maka : A Nilai Perbandingan B Produ k 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Harg a

A. PERBANDINGAN ANTAR ELEMEN FAKTOR

Bandingkan berdasarkan tingkat kepentinganpengaruh relatif antara satu faktor dengan faktor lainnya dalam menentukan bobot prioritas pemilihan dalam evaluasi penerapan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Daerah serta manfaat dari kebijakan pemekaran wilayah di Kota Baubau dan Kota Tasikmalaya, dengan faktor-faktor sebagai berikut : KP : Kependudukan KE : Kemampuan Ekonomi PD : Potensi Daerah KK : Kemampuan Keuangan SB : Sosial Budaya SP : Sosial Politik LD : Luas Daerah PH : Pertahanan KM : Keamanan TK : Tingkat Kesejahteraan Masyarakat RK : Rentang Kendali Dengan Nilai perbandingan : Nilai 1 = sama penting; nilai 3 = sedikit lebih penting; nilai 5 = jelas lebih penting; nilai 7 = sangat jelas lebih penting; nilai 9 = mutlak lebih penting; nilai = 2,4,6,8 adalah nilai- nilai diantara dua pertimbangan. No Nilai Perbandingan 1. KP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KE 2. KP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PD 3. KP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KK 4. KP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SB 5. KP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SP 6. KP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 LD 7. KP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PH 8. KP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KM 9. KP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TK 10. KP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 RK 11. KE 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PD 12. KE 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KK 13. KE 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SB 14. KE 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SP 15. KE 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 LD 16. KE 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PH 17. KE 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KM 18. KE 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TK 19. KE 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 RK 20. PD 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KK 21. PD 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SB 22. PD 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SP 23. PD 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 LD 24. PD 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PH 25. PD 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KM 26. PD 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TK 27. PD 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 RK 28. KK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SB 29. KK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SP 30. KK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 LD 31. KK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PH 32. KK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KM 33. KK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TK 34. KK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 RK 35. SB 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SP 36. SB 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 LD 37. SB 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PH 38. SB 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KM 39. SB 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TK 40. SB 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 RK 41. SP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 LD 42. SP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PH 43. SP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KM 44. SP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TK 45. SP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 RK 46. LD 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PH 47. LD 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KM 48. LD 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TK 49. LD 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 RK 50. PH 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KM 51. PH 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TK 52. PH 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 RK 53. KM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TK 54. KM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 RK . 55. TK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 RK

B. PERBANDINGAN AKTOR TERHADAP FAKTOR

Bandingkan berdasarkan tingkat kepentinganpengaruh relatif antara satu aktor dengan aktor lainnya dalam menentukan bobot prioritas pemilihan dalam evaluasi penerapan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Daerah serta manfaat dari kebijakan pemekaran wilayah di Kota Baubau dan Kota Tasikmalaya, dengan aktor-aktor sebagai berikut : LG : Legislatif DPRD EK : Eksekutif Pemerintah TM : Tokoh Masyarakat INV : InvestorPengusaha PT : Perguruan TinggiAkademisi a Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan atau pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya terhadap elemen Kependudukan KP untuk pemilihan prioritas dalam evaluasi penerapan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Daerah serta manfaat dari kebijakan pemekaran wilayah di Kota Baubau dan Kota Tasikmalaya. Dengan nilai perbandingan : Nilai 1 = sama penting; nilai 3 = sedikit lebih penting; nilai 5 = jelas lebih penting; nilai 7 = sangat jelas lebih penting; nilai 9 = mutlak lebih penting; nilai 2,4,6,8 adalah nilai-nilai diantara dua pertimbangan. No 1. Nilai Perbandingan LG 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 EK 2. LG 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TM 3. LG 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 INV 4. LG 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PT 5. EK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TM 6. EK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 INV 7. EK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PT 8. TM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 INV 9. TM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PT 10. INV 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PT b Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan atau pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya terhadap elemen Kemampuan Ekonomi KE untuk pemilihan prioritas dalam evaluasi penerapan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Daerah serta manfaat dari kebijakan pemekaran wilayah di Kota Baubau dan Kota Tasikmalaya. Dengan nilai perbandingan : Nilai 1 = sama penting; nilai 3 = sedikit lebih penting; nilai 5 = jelas lebih penting; nilai 7 = sangat jelas lebih penting; nilai 9 = mutlak lebih penting; nilai 2,4,6,8 adalah nilai-nilai diantara dua pertimbangan. No 1. Nilai Perbandingan LG 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 EK 2. LG 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TM 3. LG 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 INV 4. LG 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PT 5. EK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TM 6. EK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 INV 7. EK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PT 8. TM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 INV 9. TM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PT 10. INV 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PT