4.1.3.1.5 Lik Semi S-28. Kinanti memanjakan dirinya kepada Lik Semi
. 28.1 Kinanti melihat foto hitam putih di pager kamarnya Lik Semi.
28.1.1 Gambar yang ada difoto tersebut adalah gambar Kinanti dan Kelik pada saat mereka masih kecil.
28.2 Kinanti bertanya-tanya tentang Kelik ke Lik Semi 28.3 Kinanti merasa bahwa ibunya adalah Lik Semi karena Lik Semi yang
setiap hari ada di sampingnya dan merawatnya seperti ibu kandungnya sendiri.
28.3.1 Lik Semi adalah abdi yang sangat setia. Kutipan:
“ Oalah Gusti Lik Semi malah kaca-kaca mripate. “ Kowe kok malah nangis lik? panyaruweku.
“ Akh mboten. Sinten sing nangis?” Lik Semi gage ngusap mripate nganggo lengene. “ Mbak Nanan niku loh sing marahi”.
Aku weruh Lik Semi sing kangelan mesem. Dak kira mung wong tuwa kang wiwit cilik momong iku aku sing ngerti rasaku. Tanpa kandha, satemene dheweke ngerti
apa sing dakgembol jroning atiku. Nanging cetha yen dheweke ora bisa dadi sulih ibu sing dak kangeni.
Kinanti, 2001: 148
Terjemahan: “ Oalah Gusti Lik Semi malah berkaca-kaca matanya.
Kamu kok nangis lik? pertanyaanku. “Akh tidak. Siapa yang menangis? Lik Semi langsung mengusap matanya dengan
lengannya. Mbak Nanan itu kok yang mulai.
Aku melihat lik Semi yang susah tersenyum. Aku kira hanya orang tua yang dari kecil mengasuh aku ini yang tahu perasaanku. Tanpa ngomong apa-apa, sebenarnya
dia tahu apa yang sedang aku rasakan di dalam hatiku. Tetapi jelas kalau dia tidak bisa menjadi pengganti sosok ibu yang aku kangeni.
Kinanti, 2001: 148 Kutipan tersebut menunjukan bahwa Lik Semi adalah seorang abdi yang
sangat setia dan penyayang. Dia sudah menganggap Kinanti sebagai anaknya sendiri sehingga dalam merawat Kinanti penuh kasih sayang. Begitupun Kinanti sangat
sayang terhadap abdhinya itu yang selalu ada disampingnya Kinanti setiap saat.
4.1.3.1.6 Anjani S-13. Yulia tidak ikut ke pemakamannya Sujarwo karena sakit.
13.1 Yulia ditanya oleh Hapsari dan Anjani mengapa dia tidak ikut ke pemakamannya Sujarwo.
13.1.1 Yulia bertengkar dengan Anjani.
Kutipan: “ Sundel, ngapa nduwel neng kamar?” Cetha swarane Anjani.
“ An, kowe isa njaga lambemu ora? “ Keprungu Yulia wangsulan. “ Arep klayaban karo lanangan, pancen dudu urusanku. Nanging bareng nganti bapakku ora ana
merga trekahmu, lagi kowe adu arep karo aku. Anjani”. Kinanti, 2001:74
Terjemahan: “ Sundel, ngapa nduwel dikamar terus? Swara Anjani jelas.
“ An, kamu bisa menjaga omonganmu tidak?” Terdengar Yulia menjawab. “ Mau pergi dengan lelaki manapun, memang bukan urusanku. Tetapi sampai bapakku tidak
ada karena tingkahmu, beradu sama kamu aku sanggup. Anjani.
Kinanti, 2001:74 Anjani adalah anak kedua Sujarwo dari istri pertamanya, Widarini. Anjani
seorang yang keras dan kaku. Sangat beda sekali dengan ibunya Widarini. Terlihat dari kutipan di atas bahwa Anjani sangat benci terhadap Yulia dan sikapnya
menunjukan bahwa ia seorang yang bicaranya kasar dan kaku terhadap orang.
4.1.3.1.7 Hapsari S-16. Hapsari dan Anjani iri dengan kedekatannya Sumpana dan Kinanti.