karena itu, bagian tengah dalam cerita ini merupakan bagian yang menghadirkan konflik dan klimaks. Dalam hal ini, konflik merupakan tahapan dalam cerita yang
membuat pembaca tegang, dan ketegangan tersebut akan sampai pada klimaksnya, yaitu suatu momen dalam cerita. Jika sudah sampai pada klimaks maka alur dalam
cerita akan menuju pada tahap bagian akhir. Jika pada bagian tengah alur terdapat komplikasi dan klimaks, sebagai akibat adanya konflik tertentu maka bagian akhir
terdiri dari segala sesuatu yang berasal dari klimaks menuju ke pemecahan denoument atau hasil cerita. Nurgiyantoro dalam Kurniawan 2012: 71, alur dalam
cerita biasanya mempunyai kaidah-kaidahnya sendiri yaitu kemasukakalan plausibilitas, rasa ingin tahu suspense, kejutan surprise, dan kepaduan unity.
Dalam melakukan simplifikasi pertama-pertama menentukan alur agar alur yang akan ditulis tidak merubah komposisi dalam cerita.
2.2.5.2.1 Diagram Struktur Plot
Tahap-tahap pemplotan dapat digambarkan dalam bentuk gambar diagram. Diagram struktur yang dimaksud biasanya didasarkan pada urutan kejadian dan atau
konflik secara kronologis. Jadi, diagram itu sebenarnya lebih menggambarkan struktur plot jenis progresif-konvensional-teoretis. Berikut adalah diagram yang
digambarkan oleh Jones dalam Nurgiyantoro 1995:151.
klimak
Inciting Forces + pemecahan
awal tengah akhir
Keterangan : Konflik dimunculkan dan semakin ditingkatkan Konflik dan ketegangan dikendorkan
+ Inciting forces menyaran pada hal-hal yang semakin meningkatkan konflik sehingga akhirnya mencapai klimaks.
Diagram di atas menggambarkan perkembangan plot yang runtut dan kronologis. Jadi, ia sesuai betul dengan tahap-tahap pemplotan yang secara teoretis-
konvensional itu. Pada kenyataannya, plot cerita sebuah karya fiksi, terutama novel, terlebih yang tergolong kemudian, urutan kejadian yang ditampilkan pada umumnya
tidak secara linear-kronologis, sehingga digambarkan wujud diagramnya pun tidak akan sama dengan yang di atas. Berikut juga di gambarkan diagram menurut
Rodrigus dan Badaczewski dalam Nurgiyantoro 1995:152.
b
a c
Puncak a, b, dan c, walau sama-sama dapat dipandang sebagai klimaks tentunya tidak sama kadar keklimaksannya. Pada gambar di atas misalnya klimaks
yang paling intensif dan menegangkan. Sebagai contoh misalnya, jika membaca novel Maut dan Cinta kita akan merasakan bahwa terdapat lebih dari satu klimaks di
dalamnya yaitu konflik dibangun, dikembangkan dan diintensifkan sampai klimaks, dikendorkan, muncul konflik lain lagi yang lebih intensif dan dikembangkan sampai
klimaks lagi, dikendorkan lagi, dan seterusnya.
Plot atau alur dikategorikan ke dalam beberapa jenis yang berbeda berdasarkan sudut-sudut tinjauan atau kriteria yang berbeda pula. Pembedaan plot
yang dikemukakan di bawah ini didasarkan pada tinjauan dari criteria urutan waktu, jumlah, dan kepadatan.
2.2.5.2.2 Plot lurus maju