117
“Kalo menurut aku, bukan pembenaran ini ya, tetapi aku memang menggunakan narkoba untuk pelarian masalah-masalahku. Bukan
karena narkoba, aku jadi bermasalah tetapi narkobalah yang jadi pelarianku dulu. Kalo setiap orang kan beda-beda alasan
pemakaiannya.” DW juga menghabiskan waktu dengan sholat. DW sudah sering sholat
lima waktu. Meskipun tidaklah rutin, tetapi DW mencoba untuk fokus untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Secara emosional, DW merasa terjadi
perubahan pada diri DW. Kemarahan DW tidak lagi mudah tersulut. DW bisa mengatur emosinya dengan lebih baik.
Setelah selesai menjalani masa pemulihan, DW telah menyusun rencana untuk melanjutkan hidupnya. DW berharap untuk tidak lagi
menggunakan narkoba. DW ingin menebus kesalahannya dengan orang tua. Pertama-tama DW mau meminta maaf kepada orang tua. Kedua, DW ingin
mengembangkan usaha dagangnya kembali. Dan DW ingin mencoba membina hubungan rumah tangga kembali dengan istrinya.
5.2.6 lnforman Tambahan I
Nama : AS
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempattanggal lahir : Medan, 11 Januari 1984 Usia
: 31 Tahun Pekerjaan
: Wiraswasta Agama
: Kristen Protestan Alamat
: Medan
118
AS adalah seorang pekerja yang tidak tetap. Sekitar tahun 2000-an, AS merantau ke Bandung. Di sana AS mulai bersentuhan dengan narkoba.
AS sudah mengetahui informasi tentang narkoba bahwa narkoba bisa membuat fly, tetapi AS merasa penasaran dan ingin mencobanya.
“Karena saya ingin tahu dan penasaran dengan teman-teman saya. Jadi saya ikut-ikutan. Sebelumnya saya sudah mengetahui apa itu
narkoba tetapi hanya sebatas nama dan jenisnya saja. Bagaimana efeknya kepada saya, atau bagaimana saya bisa menjadi kecanduan
itu tidak saya ketahui.” Yang pertama kali mengenalkan AS dengan narkoba adalah
temannya. Itu pun karena AS yang memang memiliki rasa ingin tahu yang besar, memiliki rasa penasaran sehingga AS pun meminta kepada temannya
untuk memberikan narkoba kepadanya. “Kalo teman-teman pecandu, sebelum aku menjalani rehabilitasi
pasti dekatlah. Apalagi kan kami memang sama-sama pecandu. Ketemunya bisa setiap hari, karena hampir setiap hari kami
menggunakan narkoba. Tetapi sesudah aku menjalani rehabilitasi, kami sudah jarang bertemu. Aku yang membuat batasan itu karena
aku gak mau jadi pecandu lagi.” Hubungan AS dengan teman-teman yang bukan pecandu masih
seperti biasa. Bahkan hubungan AS dengan teman-temannya tersebut sebelum dan sesudah menjalani rehabilitasi pun masih sama seperti dahulu.
Narkoba yang digunakan AS adalah shabu, ganja, dan ekstasi. Pertama kali menggunakannya adalah pada awal tahun 2000-an. AS
menjalani program pemulihan di Recovery Center Rumah Singgah Caritas
119
PSE selama tiga bulan untuk rawat inap, dan menjalani satu bulan untuk rawat jalan.
Kenikmatan yang dirasakan AS saat pertama kali menggunakan narkoba adalah tenang, pikiran terasa damai, euphoria meningkat, dan selalu
merasa senang. “Kalo misalnya shabu-shabu, efeknya adalah lebih semangat, jadi
lebih energik, dan benar-benar menikmati hidup. Bisa membuat rasa senang serta bisa menjadi lebih dan lebih lagi. Kalo ganja, efeknya
adalah bisa membuat aku tidur. Kalo uda gak bisa tidur, maka aku pake ganja.”
Sebelumnya, tempat tinggal AS adalah tempat yang tidak aman. Karena sangat mudah untuk menemukan pengedar narkoba. Jumlah pecandu
memang banyak jumlahnya, karena itu AS memiliki banyak teman yang berasal dari kalangan pecandu.
Tetapi, sekarang tempat tinggal AS adalah daerah yang aman. Karena AS tidak pernah menemukan adanya pecandu di daerah rumahnya tersebut.
Hanya saja daerah tempat tinggal AS yang sekarang memiliki akses untuk menuju tempat hiburan malam.
Sebelumnya, hubungan yang terjadi pada keluarga dan AS adalah baik. AS adalah anak bungsu dalam keluarga AS. AS sangat dekat dengan
ibunya. Hal ini bisa dibuktikan dari intensitas percakapan yang terjadi ketika AS sedang merantau ke Bandung. Berikut penuturannya:
“Aku paling dekat dengan mama. Kan memang aku anak paling kecil, jadinya permintaanku selalu dipenuhi mama. Pokoknya baiklah
120
keluargaku denganku. Dulu aja waktu aku merantau, hampir setiap hari aku menelepon mamaku.”
Setelah AS menjadi seorang pecandu narkoba, hubungan tersebut mulai rusak. AS menjadi sering beradu pendapat dengan abangnya, meskipun
abang dan kakak AS sudah menikah dan tidak tinggal serumah dengan AS dan Ibunya. Ibu AS selalu mengadukan perilaku AS yang mulai tidak peduli
dengan semua perkataan orang tuanya kepada abang dan kakaknya. Walaupun AS telah setelah selesai menjalani pemulihan, hubungan
AS dengan abangnya masih seperti biasa. Hubungan AS dan abangnya belum berubah seperti sebelum AS menjadi seorang pecandu. AS berpikir
bahwasannya nanti hal tersebut akan berubah seiring waktu yang berjalan. Sewaktu masih menjadi pengguna narkoba, AS adalah orang yang
kasar. Ibunya sewaktu-waktu menyuruh kakaknya AS untuk datang dan melihat perilaku AS. Akhirnya perbuatan AS yang menggunakan narkoba
ketahuan oleh kakaknya. Sewaktu kakaknya AS ingin membersihkan kamar AS, kakaknya menemukan alat penghisap narkoba di bawah tempat tidur AS.
Berikut penuturannya: “Aku pernah ketahuan punya bong alat hisap narkoba. Dulu barang
tersebut pernah ketinggalan di kamar. Yang pertama kali tahu adalah kakak yang suatu saat berkunjung ke rumah mama. Aku langsung
ditanyai dan langsung mengaku saat itu juga.” Reaksi keluarga ketika pertama kali mengetahui hal tersebut adalah
kaget shock, sedih, dan kecewa. Apalagi ibu korban yang tidak bisa menerima bahwa AS menggunakan narkoba. Keluarga pun akhirnya
berdiskusi untuk membawa AS menjalani proses rehabilitasi.
121
Setelah ketahuan memiliki alat penghisap narkoba tersebut dan ketahuan menggunakan narkoba, orang tua minta bantuan kepada kakak AS.
Kebetulan suami kakak AS memiliki saudara yang juga merupakan mantan pecandu narkoba. Setelah itu, keluarga AS berdiskusi dengan adik ipar dari
kakaknya AS. Dia menyarankan keluarga untuk membawa AS ke Recovery Center Rumah Singgah Caritas PSE, karena dia mengenal beberapa staf yang
bekerja di sana. AS pun sepakat untuk menjalani proses pemulihan. Selama proses
pemulihan, AS merasakan efek yang baik. AS jarang melakukan konseling, karena AS memang tidak terlalu membutuhkan konseling dengan konselor.
“Fisikku baik karena berat badanku naik 5 kg. Mental oke, karena dulu mental aku mudah terikut-ikut. Kalo sekarang, aku bisa mengatakan tidak
pada hal-hal yang tidak baik. Perubahan emosional tidak terlalu jauh karena aku juga bukan orang yang meledak-ledak. Hanya saja aku tidak
lagi menggunakan kata-kata kasar.” Peran konselor bagi AS adalah menjadi pembimbing bagi AS selama
AS menjalani proses pemulihan. Biasanya konselor bisa memberikan wejangan-wejangan, nasihat, dukungan kepada AS. Konselor juga mampu
memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh AS yang terkait dengan pemulihan.
Hubungan AS dengan konselornya tetap berlangsung baik, meskipun jalinan komunikasi tidaklah serutin ketika AS masih menjalani proses
pemulihan. Berikut penuturannya: “Aku belum terlalu merasakan fungsi yang diharapkan. Aku sih
berharap aku bisa punya pembimbing meskipun aku sudah selesai
122
menjalani pemulihan. Mungkin karena faktor kesibukan aja, jadinya sudah jarang berkomunikasi. Tetapi kalo aku datang meminta waktu
untuk konseling, konselorku masih menyempatkan waktu. Aku juga pernah chatting dengan konselor dan masih ditanggapi juga. Tapi ya
begitulah, kami memang gak bisa konseling rutin kayak aku dulu masih di rehab.”
Pada awalnya, AS masih memprioritaskan pemulihan sebagai hal yang utama. AS sering mengunjungi Recovery Center Rumah Singgah
Caritas PSE. Namun lambat laun, AS merasa bahwasannya banyak yang terhambat ketika AS terlalu sering datang ke Recovery Center Rumah
Singgah Caritas PSE. Berikut penuturannya: “Aku malah gak ngelakuin apa-apa, dan sekarang aku sudah
mencoba melakukan pekerjaan aku sebaik-baiknya. Ketika aku membutuhkan bantuan pemulihan barulah aku akan kembali ke
sana.” AS berharap ke depannya AS tetap mampu menjalankan pemulihan,
dalam artian bukan berarti hanya sebatas tidak menggunakan narkoba tetapi bisa menjadi seorang manusia yang bisa membantu orang lain. Berikut
penuturannya: “Apa yang sudah aku dapat dari Recovery Center Rumah Singgah
Caritas PSE memang bisa aku gunain di kehidupan sebenarnya. Misalnya saat mengatasi sugest dari hotspot atau berada pada lokasi-
lokasi yang panas. Aku bisa tahu apa yang harus aku lakukan. Kuharap aku bisa menerapkan apa yang sudah aku dapat di
kehidupan luar. Selama ini aku takut, mau ke mana-mana selalu
123
takut, mau ketemu kawan aja pun aku takut. Sekarang sih aku gak takut. Tetap waspada aja tapi uda gak takut. Kan sekarang uda punya
pengetahuan lain.” Yang menjadi pedoman AS tetap menjalankan pemulihan adalah NA
Narcotic Anonymous. AS ingin selalu berusaha mendapatkan hidup yang lebih baik. Berikut penuturannya:
“Selama aku menjadi pecandu aktif, banyak yang berantakan dalam hidupku. Aku ingin mengubahnya biar hidupku baik, dan berharap
hasilnya baik juga.”
5.2.7 Informan Tambahan II