Melakukan Konseling Analisis Data

135

5.3.2 Melakukan Konseling

Konseling bagi korban penyalahgunaan narkoba Depsos: 2004, merupakan hubungan antara konselor dengan pecandu narkoba dalam rangka membantu meningkatkan kesadaran akan masalah yang dialaminya serta potensi-potensi atau kekuatan-kekuatannya yang akan digunakan dalam melakukan perubahan perilaku, untuk mengatasi kesulitan dan menentukan keputusan. Penanganan bagi pecandu narkoba diberikan baik melalui terapi, rehabilitasi maupun sesudahnya. Kehadiran konselor diperlukan tidak hanya ditujukan terhadap pecandu tetapi juga terhadap kedua orang tuanya atau keluarga. Konseling diberikan secara berkelanjutan dan periodik mengingat bahwa pecandu narkoba, merupakan penyakit kronis yang berulang kali kambuh, penyakit endemik dalam masyarakat modern dan industri, dan juga penyakit keluarga. Konseling dalam menangani pecandu narkoba, antara lain berupa konsultasi pribadi, kelompokkeluarga yang sifatnya konstruktif dan memberikan solusi yang menguntungkan semua pihak yang terkait, tidak saling menyalahkan dan tidak ada kehilangan muka loosing face. Konseling bagi pecandu narkoba tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, melainkan oleh seorang profesional yaitu orang yang telah memperoleh pendidikan dan pelatihan konseling narkoba dan mempunyai keahlian di bidangnya masing- masing, termasuk juga pengetahuan tentang narkoba. Pelaksanaan konseling yang diberikan oleh konselor bagi pecandu narkoba hanya dapat dilakukan dan efektif bilamana ada motivasi dari yang bersangkutan pecandu dan terprogram dalam tahapan-tahapan session yang berlangsung sekitar 30 menit per tahapan konsultasi, yang dilakukan paling 136 sedikit seminggu sekali selama 1- 3 bulan atau tergantung dari berat ringannya permasalahan, atau konseling bisa juga dilakukan sewaktu-waktu insidentil tergantung dari permasalahan yang timbul dan dapat diselesaikan dalam 1-2 kali tahapan http:www.bkfkipuhamka.comindex.php?option=com_contentview=article id=69:konseling-kecanduan-bagi-penyalahgunaan-dan-ketergantungan- napzacatid=44:karya-dosenItemid=81 diakses tanggal 12 April 2015 pukul 04.17. Informan utama pertama JG mengatakan bahwa awalnya JG merasa takut dengan orang-orang yang ada di Recovery Center. JG menjadi pendiam di dua minggu awal kedatangannya. JG mendapatkan satu orang konselor yang akan menjadi pendamping selama menjalani masa pemulihan. JG jarang melakukan konseling karena JG tidak bisa terlalu bercerita banyak kepada orang lain. Tetapi JG suka melakukan konseling kelompok dengan teman sesama resident, karena JG suka berbagi informasi seputar rencana pemulihannya kepada teman sesama resident. Informan utama kedua DC mengatakan bahwa DC suka menjalani sesi konseling. Karena melalui konseling, DC dapat mengeluarkan uneg-unegnya, dapat merasakan bimbingan psikologis yang diberikan konselornya, serta merencanakan pemulihan yang sedang dijalaninya. DC juga merasa bisa mendapat penguatan terhadap sugesti yang dirasakan DC. Hal ini diterima DC melalui sesi konselingnya dengan konselor maupun sesi konselingnya dengan sesama resident. DC bisa lebih meningkatkan percaya diri untuk berbagi dengan orang lain. 137 Informan utama ketiga DW mengatakan bahwa DW sering melakukan konseling dengan konselornya. DW memang orang yang tidak bisa cepat bersosialisasi dengan orang lain. DW merasa aman dan nyaman ketika sedang melakukan konseling. DW selalu menyendiri, suka berada di kamar, dan menghabiskan waktunya dengan menulis. DW memang sulit berbagi dengan orang lain, karena DW memang tertutup kepada semua orang, termasuk orang tuanya sendiri. Informan tambahan pertama AS mengatakan bahwa AS jarang melakukan konseling, karena AS memang tidak terlalu membutuhkan konseling dengan konselor. Peran konselor bagi AS adalah menjadi pembimbing bagi AS selama AS menjalani proses pemulihan. Biasanya konselor bisa memberikan wejangan-wejangan, nasihat, dukungan kepada AS. Konselor juga mampu memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh AS yang terkait dengan pemulihan. Hubungan AS dengan konselornya tetap berlangsung baik, meskipun jalinan komunikasi tidaklah serutin ketika AS masih menjalani proses pemulihan. Kutipan hasil wawancara yang diuraikan oleh penulis dapat disimpulkan bahwa sebenarnya konseling membawa efek yang baik terhadap pemulihan korban penyalahgunaan narkoba. Informan DC dan DW sering melakukan konseling karena merasa nyaman dengan sesi konseling yang diberikan oleh konselornya. Sedangkan informan JG dan AS jarang melakukan konseling dengan konselornya. Hal ini disebabkan karena informan JG dan AS tidak merasa bahwa sesi konseling adalah suatu kebutuhan. JG lebih menyukai konseling kelompok yang dilakukan bersama teman sesama resident. Dan, 138 walaupun AS jarang melakukan konseling, AS menganggap konselornya sebagai pembimbing terhadap rencana pemulihannya. Konseling adalah hal yang penting dalam proses pemulihan korban penyalahgunaan narkoba. Hal ini dapat dijelaskan melalui Teori Sigmund Freud yang memiliki konsep kunci bahwa “manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan”. Konsep ini dapat dikembangkan dalam proses bimbingan, dengan melihat hakikatnya manusia itu memiliki kebutuhan- kebutuhan dan keinginan-keinginan dasar. Dengan demikian konselor dalam memberikan bimbingan harus selalu berpedoman kepada apa yang dibutuhkan dan yang diinginkan oleh konseli, sehingga bimbingan yang dilakukan benar- benar efektif. Selanjutnya adaalah konsep kunci tentang “kecemasan” yang dimiliki manusia dapat digunakan sebagai wahana pencapaian tujuan bimbingan, yakni membantu individu supaya mengerti dirinya dan lingkungannya; mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidup secara bijaksana; mampu mengembangkan kemampuan dan kesanggupan, memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya; mampu mengelola aktivitasnya sehari-hari dengan baik dan bijaksana; mampu memahami dan bertindak sesuai dengan norma agama, sosial dalam masyarakatnya. Dengan demikian kecemasan yang dirasakan akibat ketidakmampuannya dapat diatasi dengan baik dan bijaksana. Karena menurut Freud setiap manusia akan selalu hidup dalam kecemasan, kecemasan karena manusia akan punah, kecemasan karena tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan dan banyak lagi kecemasan-kecemasan lain yang dialami manusia. Jadi bimbingan ini dapat merupakan wadah dalam rangka mengatasi kecemasan. 139 Konseling individu adalah konseling yang dilakukan terhadap individu, sebagai suatu hubungan yang bersifat bantuan antara konselor dan klien. Bantuan tersebut tidak bersifat material, tetapi dukungan psikologis dan sosial yang bermakna bagi kehidupannya. Dengan konseling, klien diharapkan dapat: 1. terampil mencegah atau menghadapi masalah 2. belajar bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain 3. menerima menyesuaikan diri terhadap persoalan yang tidak dapat diubah, baik terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain dalam kehidupannya. Konseling individu dilakukan dengan membicarakan masalah-masalah yang dihadapi korban penyalahgunaan narkoba, sehingga mereka mampu belajar membuat keputusan sendiri. Selain itu korban penyalahgunaan narkoba dapat memahami dan mendayagunakan sumber yang dimilikinya, menciptakan sumber baru melalui penyajian informasi dan dukungan emosional. Konseling kelompok dilakukan untuk mengekplorasi masalah anggota secara mendalam. Kemudian konselor mengembangkan strategi untuk memecahkan masalah dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki masing- masing anggota dan kelompok itu sendiri sebagai satu kesatuan. Melalui konseling ini, anggota kelompok dapat memahami permasalahannya sendiri secara mendalam dan dapat mengembangkan kemampuan mengatasi masalah coping ability yang diperoleh melalui eksplorasi mendalam terhadap masalah- masalah yang dialami oleh setiap anggota kelompok. Cara yang paling baik dalam proses pembelajaran sosial bagi pemulihan pecandu adalah kelompok kecil sesama pecandu yang sedang pulih. Karena merasa senasib, rasa malu dan kebanggaan berkurang, muncul rasa 140 persaudaraan dan ikatan bersama sehingga dukungan dan bimbingan lebih mudah diterima, dan selanjutnya proses pembelajaran menjadi nyata melalui pengaruh positif.

5.3.3 Melakukan Monitoring