Karakteristik Konselor Sistematika Penulisan

15 • Membimbing klien mempelajari tingkah laku realistis dan bertanggung jawab serta mengembangkan “identitas keberhasilan” • Membantu klien membuat pertimbangan nilai tingkah lakunya sendiri dan merencanakan tindakan untuk perubahan

2.1.2 Karakteristik Konselor

Setiap konselor pada masing-masing pendekatan teknik konseling yang digunakannya memiliki karakteristik dan peran yang berbeda- beda. Hal ini tergantung dari konsep pendiri teori yang dijadikan landasan berpijak. Misalnya, pada konselor yang menggunakam pendekatan behavioristik, konselor berperan sebagai fasilitator bagi klien. Hal tersebut tidak berlaku bagi konseling yang menggunakan pendekatan humanistis di mana peran konselor bersifat holistis Lubis, 2011:22. Rogers dikutip dari Lesmana, 2005 menyebutkan ada tiga karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang konselor, yaitu congruence, unconditional positive regard, dan empathy. a Congruence Seorang konselor haruslah terintegrasi dan kongruen. Pengertiannya di sini adalah seorang konselor terlebih dahulu harus memahami dirinya sendiri. Antara pikiran, perasaan, dan pengalamannya harus serasi. Konselor harus sungguh-sungguh 16 menjadi dirinya sendiri, tanpa menutupi kekurangan yang ada pada dirinya sendiri. Misalnya, seorang konselor yang memiliki fobia terhadap ketinggian bersedia berbagi pengalaman kepada klien dengan keluhan ketakutan pada hewan berbulu. Konselor tidak berpura- pura mengatakan bahwa ia berani dan telah berhasil mengalahkan ketakutannya pada ketinggian. Hal ini akan membuat klien merasa bahwa bukan hanya dirinya yang memiliki masalah takut pada suatu objek. b Unconditional positive regard Konselor harus dapat menerimarespek kepada klien walaupun dengan keadaan yang tidak dapat diterima oleh lingkungan. Setiap individu menjalani kehidupannya dengan membawa segala nilai- nilai dan kebutuhan yang dimilikinya. Rogers mengatakan bahwa setiap manusia memiliki tendensi untuk mengaktualisasikan dirinya ke arah yang lebih baik. Untuk itulah, konselor harus memberikan kepercayaan kepada klien untuk mengembangkan diri mereka. Brammer, Abrego, dan Shostrom dikutip dari Lesmana, 2005 juga mengatakan bahwa klien akan mengalami perubahan efektif apabila ia berada dalam situasi yang kondusif untuk pertumbuhan. Situasi yang kondusif ini misalnya pengalaman penerimaan acceptance yaitu pengalaman dipahami, dicintai, dan dihargai tanpa syarat. 17 Situasi konseling harus menciptakan hubungan kasih sayang yang mendatangkan efek konstruktif pada diri klien sehingga klien dapat memiliki kemampuan dalam memberi dan menerima cinta. Menurut Lesmana 2005, acceptance dalam konseling sama dengan bentuk cinta, yaitu bentuk cinta seseorang ketika berusaha membantu orang lain untuk berkembang. Menurutnya, acceptance juga bersifat tidak menilai, artinya konselor bersikap netral terhadap nilai-nilai yang dianut klien. c Empathy Rogers dikutip dari Willis, 2009 mengartikan empati sebagai kemampuan yang dapat merasakann dunia pribadi klien tanpa kehilangan kesadaran diri. Ia menyebutkan komponen yang terdapat dalam empati meliputi: penghargaan positif positif regard, rasa hormat respect, kehangatan warmth, kekonkretan concreteness, kesiapankesegaran immediacy, konfrontasi confrontation, dan keaslian congruencegenuiness. Misalnya, mampu memahami bagaimana dilemanya seorang klien yang melakukan hubungan seksual pranikah dengan tidak langsung menilainya sebagai perbuatan tercela dan menghakimi klien sebagai manusia hina. Secara umum, karakteristik kepribadian konselor yang berlaku di Indonesia telah diuraikan secara mendetail oleh Willis 2007 seperti berikut: 18 1. Beriman dan bertakwa 2. Menyenangi manusia 3. Komunikator yang terampil dan pendengar yan baik 4. Memiliki ilmu dan wawasan tentang manusia, sosial-budaya yang baik dan kompeten 5. Flesksibel, tenang, dan sabar 6. Menguasai keterampilan teknik dan memiliki intuisi 7. Memahami etika profesi 8. Respek, jujur, asli, menghargai, dan tidak menilai 9. Empati, memahami, menerima, hangat, dan bersahabat 10. Fasilitator dan motivator 11. Emosi stabil, pikiran jernih, cepat, dan mampu 12. Objektif, rasional, logis, dan konkret 13. Konsisten dan bertanggung jawab Walaupun terdapat beberapa perbedaan pada beberapa sisi, tetapi tujuan dari penggolongan karakteristik tersebut memiliki kesamaan yang jelas. Kesamaan tersebut adalah untuk dijadikan panduan para konselor agar dapat menjadi konselor yang efektif Lubis, 2011:31.

2.1.3 Peranan Konselor