43
2.5. Proses Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba drugs abuse adalah suatu pemakainan non medical atau ilegal barang haram yang dinamakan narkoba narkotik dan obat-
obat adiktif yang dapat merusak kesehatan dan kehidupan yang produktif manusia pemakainya. Manusia pemakai narkoba bisa dari berbagai kalangan,
mulai dari level ekonomi tinggi hingga rendah, para penjahat, pekerja, ibu-ibu rumah tangga, bahkan sekarang sudah sampai ke sekolah-sekolah yang jelas-
jelas terdiri dari para generasi muda, bahkan lebih khusus lagi anak dan remaja Willis, 2010:156
Penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan kebergantungan zat narkoba, yang jika dihentikan maka si pemakai akan sakawwithdrawal.
Penyalahgunaan narkoba perlu melakukan berbagai pendekatan, terutama bidang psikiatri, psikologi, dan konseling. Bidang psikiatri akan
menanggungjawabi gangguan mental dan perilaku yang disebabkan narkoba yang mengganggu sinyal penghantar syaraf disebut neurotransmitter di
dalam susunan syaraf sentral otak. Gangguan neurotransmitter ini akan mengganggu fungsi kognitif daya pikir dan memori, fungsi afektif perasaan
dan mood, psikomotorik perilaku gerak, dan komplikasi medik terhadap fisik seperti kelainan paru-paru, lever, jantung, ginjal, pankreas, dan gangguan
fisik lainnya Willis, 2010:157. Dadang Hawari adalah seorang psikiater yang amat handal dalam
masalah narkoba dan berkomentar bahwa orang yang telah bergantung pada narkoba, maka hidupnya mengalami gangguan jiwa sehingga tidak lagi mampu
berkomunikasi secara wajar di masyarakat Republika, Juli 2003. Kondisi demikian dapat dilihat dari rusaknya fungsi sosial, pekerjaan atau sekolah, serta
44
tidak mampu mengendalikan diri. Terutama jika putus narkoba maka si pemakai akan mengalami gejala withdrawal sakaw. Pada peristiwa ini timbul
gejala-gejala seperti air mata berlebihan lakrimasi, cairan hidung berlebihan rhinorea, puril mata melebar dilatasi pupil, keringat berlebihan, mual,
muntah, diare, bulu kuduk berdiri, menguap, tekanan darah naik, jantung berdebar, insomnia tak bias tidur, mudah marah, emosional, serta agresif
Willis, 2010:157. Pemulihan adalah suatu proses yang dinamis dan progresif, sebagai
perjalanan panjang dan menyakitkan, dari ketergantungan seseorang terhadap narkoba kearah gaya hidup sehat tanpa narkoba. Pemulihan dimulai dengan
berhenti menggunakan narkoba abstinensia. Akan tetapi, tidak cukup hanya berhenti memakai.Gaya hidup juga harus berubah. Perubahan-perubahan yang
terjadi memengaruhi keadaan tubuh, jiwa dan rohaninya, serta mengubah gaya hidupnya dengan hidup sehat dan memuaskan. Proses ini disebut “pemulihan
seluruh pribadinya”. Pada pemulihan dimulailah proses dipertahankannya keadaan bebas
dari narkoba, terjadinya perubahan-perubahan pribadi, dan hubungan dengan sesamanya. Banyak hal yang harus dipulihkan, yaitu keadaan jasmani,
psikologi atau kejiwaan, hubungan sosial, keadaan rohani, pekerjaan, pendidikan, dan bahkan masalah keuangan dan hukum. Semuanya harus
dilakukan secara bertahap. Pemulihan adalah upaya yang dilakukan secara bertahap, untuk
mempelajari keterampilan baru dan tugas-tugas yang mempersiapkan klien menghadapi tantangan hidup bebas tanpa narkoba. Jika gagal, ia beresiko untuk
kambuh.
45
Motivasi atau kemauan pecandu untuk berhenti memakai narkoba memang penting dalam keberhasilan pemulihan, karena pecandulah yang harus
mengambil keputusan untuk berhenti memakai dan mengubah gaya hidupnya. Motivasi adalah keadaan siap dan keinginan kuat untuk berubah. Akan tetapi,
hal itu sering berubah-ubah dan berfluktuasi dari waktu ke waktu dan dari situasi ke situasi.
Oleh karena itu, kemauan saja tidak cukup bagi pemulihan, karena pada kenyataannya pecandu sulit mengendalikan pemakaiannya dan perilakunya.
Pemberontakan adalah ciri khas pecandu. Jika ingin pulih, ia harus menyerah dan mengakui ketidakberdayaannya. Mengakui dan menerima adalah kunci
pemuliham. Orang harus mau mengakui dan merima keadaannya jika mau berubah. Manusia memang harus mau berubah, agar dapat mengikuti,
menyesuaikan diri, dan mengahadapi tantangan arus perubahan zaman Martono Joewana, 2008:89.
Sejak 2011, SAMHSA Substance Abuse and Mental Health Service Administration suatu badan yang berperan dalam layanan narkoba dan gangguan
jiwa di kementerian kesehatan Amerika mengenalkan istilah “recovery”. Istilah ini merupakan penyatuan definisi kerja bagi pemulihan pecandu narkoba dan
gangguan jiwa yang kompleks dan perjalanan penyakitnya bersifat kronis-jangka panjang. Dengan pendekatan ini maka pemahaman dan pemulihan pecandu
narkoba lebih menyeluruh atau komprehensif. Istilah ini menempatkan pecandu sebagai agent of recovery, titik sentral
dalam pemulihan dirinya dan mantan pecandu lebih tepat disebut recovering addict atau orang dalam pemulihan. Pecandulah yang memegang peran utama
dan aktif dalam upayanya menjadi bebas dari narkoba drug free, sehat fisik dan
46
mental, sejahtera wellness serta meningkat kualitas hidupnya. Sangat berbeda sekali dengan istilah terapipengobatan yang konotasinya upaya yang berasal dari
luar diri pecandu dan berlangsung dalam suatu episode singkat. Dengan recovery, sudut pandang upaya pemulihan berubah menjadi upaya jangka panjang long
term dan keterlibatan pecandu itu sendiri sangat penting client-directed. Kemudian aktifitas pemulihan lebih tepat disebut sebagai manajemen
pemulihan recovery management. Pecandu sendirilah yang merupakan subjek yang aktif, sejak asesmen, perencanaan hingga monitoring dan evaluasi.
Walaupun pada awalnya difasilitasi oleh para profesional adiksi untuk kemudian saling berkolaborasi. Dari sudut pandang recovery ini, berkembang 12 prinsip-
prinsip komprehensif yang merupakan penuntun dalam upaya recovery pecandu narkoba.
Ada enam tahap pemulihan. Berikut adalah proses pada tahapan pemulihan pecandu narkoba dan upaya yang perlu dilakukan, termasuk juga kambuh yang
mungkin terjadi pada setiap tahapan sehingga dapat dilakukan pencegahannya. 1
Praterapi: Pengenalan adiksi a Pecandu belajar dari dampak negatif karena pemakaian narkoba.
Ketika dampak itu bertambah berat, ia mencoba mengendalikan pemakaiannya. Ketika ternyata gagal, ia beberapa kali mencoba
berhenti memakainya. Akhirnya, ia mengakui bahwa ia tidak berdaya terhadap kecanduannya.
b Penyebab ketidakmampuan untuk berhenti memakai narkoba selama tahap ini adalah keyakinan bahwa masih ada jalan untuk
mengendalikan pemakaian narkoba. 2
Stabilisasi: Putus zat dan mengelola krisis
47
a Pecandu pulih dari gejala akut putus zat dan gangguan kesehatannya. Ia mulai beroleh kendali atas pikiran, emosi,
penilaian, dan perilakunya. Ia belajar menghilangkan kondisi psikologis yang mendorongnya memakai narkoba lagi dan
menstabilkan keadaan krisis. Tahapan ini menyiapkan klien untuk proses pemulihan jangka panjang.
b Menyadarkan resiko pemakaian narkoba sangat penting pada tahap ini. Karena itu perlu ditempuh langkah-langkah untuk mencegah
pemakaian kembali narkoba. Klien perlu berada dalam lingkungan bebas narkoba. Pikiran-pikiran yang tidak rasional, yang
membenarkannya untuk mengingat dampak buruk pemakaian narkoba dan dilatih cara-cara mengatasi masalah coping skills.
c Penyebab kekambuhan pada tahap ini adalah ketidakmampuan mengelola gejala putus zat dan adanya gangguan kesehatan fisik.
3 Pemulihan awal: Menerima fakta bahwa adiksi adalah suatu penyakit
dan belajar hidup tanpa narkoba a Klien pulih dari kerusakan fisiologis, psikologis, dan sosial karena
penyalahgunaan narkoba. Ia harus belajar tentang adiksi dan proses pemulihan. Klien menerima kecanduan sebagai penyakit dan mulai
belajar untuk berfungsi normal tanpa memakai narkoba. Tahap ini mengandalkan program pemulihan yang sangat terstruktur.
b Ia harus terpisahkan dari teman-teman pecandunya dan membangun hubungan dengan kelompok pendukungan untuk
pemulihan jangka panjang. Mungkin hal ini sulit bagi klien yang tidak pernah bergaul dengan orang-orang bukan pecandu dengan
48
gaya hidup sehat. Ia perlu belajar. Ia belajar mengatasi masalah, bertoleransi dengan cemas, dan berantisipasi ketika ada dorongan
untuk memakai narkoba. Ia perlu hidup teratur, makan dengan gizi sehat, latihan jasmani, dan tidur cukup. Keluarga belajar membuat
pembatasan, bekerja sama, dan bermain bersama tanpa konflik berarti. Adanya ketidakpercayaan adalah wajar pada tahap ini.
c Penyebab kambuh selama tahap ini adalah kurangnya keterampilan sosial dan pemulihan untuk membangun kehidupan sehat tanpa
narkoba. 4
Pemulihan pertengahan: Mengembangkan gaya hidup seimbang a Tujuan tahap ini adalah mengubah gaya hidup pecandu, untuk
mengembangkan kehidupan normal dan seimbang yang diperolehnya ditempat pemulihan: bekerja, kegiatan keluarga,
kegiatan sosial, pengembangan diri, dan rekreasi. Sangat penting bagi klien mengatasi godaan agar tidak terjerumus pada kecanduan
lain diluar narkoba, seperti berjudi, seks, dan uang. b Klien dan keluarga berjanji untuk memelihara kehidupan sehat
tanpa narkoba. Setiap orang belajar agar lebih merasa nyaman ketika muncul perasaan tidak enak atau konflik. Klien belajar
menghadapi tuntutan kehidupan, seperti sekolah, pekerjaan, teman- teman, dan orang tua. Ia belajar mengelola perilakunya sehari-hari
secara efektif dan mencegah terjadinya masalah. Ia berusaha mengatasi kebosanan atau rasa jenuh. Ia mulai memusatkan
perhatiannya pada masa depan.
49
c Penyebab kambuh pada tahap ini adalah stress menghadapi situasi sehari-hari.
5 Pemulihan Akhir: Mengembangkan penilaian diri yang sehat,
pertumbuhan rohani, keakraban, dan kehidupan yang bermakna. a Tujuan tahap ini adalah mengembangkan harga diri dan kapasitas
membangun keakraban rasa intim sehingga mampu hidup bahagia dan produktif.
b Keterampilan yang diperlukan adalah pengembangan nilai-nilai dan cara mengelola masalah sehingga mampu hidup secara normal.
Keluarga juga meningkatkan hubungannya dengan klien, dari peranannya sebagai amak menjadi seorang dewasa.
c Penyebab utama kambuh pada tahap ini adalah ketidakmampuan mengatasi stress, konflik masa kanak-kanak yang belum
terselesaikan, atau kurang mengetahui perlunya mengembangkan kepribadiannya secara fungsional.
6 Pemeliharaan mempertahankan: Tetap sehat dan hidup produktif
a Tujuan tahap ini adalah tetap sejahtera dan memelihara program pemulihannya secara efektif, seperti memperhatikan tanda-tanda
bahaya terjadinya kambuh, memecahkan persoalan kehidupannya sehari-hari, memelihara kejujuran, dan hidup secara produktif.
Terjadi dinamika sehat dengan keluarga. Pemulihan tetap dipertahankan.
b Penyebab kambuh disini adalah kegagalan memelihara pemulihannya Martono Joewana, 2008:91.
50
Dalam pelaksanaan pemulihan pecandu narkoba ada beberapa sikap yang sangat mempengaruhi keberhasilan pemulihan, yaitu sikap yang
mendukung dan sikap yang menghambat.Sikap merupakan hasil dari pengalaman hidupnya. Sikap seorang pecandu yang sedang dalam pemulihan,
yang mendukung pemulihannya adalah sebagai berikut : a. Kecanduan adalah penyakit
Pecandu mengambil sikap bahwa kecanduannya adalah penyakit, bukan karena mereka ‘jahat’, ‘tidak bermoral’, atau ‘tidak baik’ meskipun
ada unsur perilakunya yang jahat, tidak bermoral, dan tidak baik. Jadi, mereka bukan orang jahat yang mencoba berbuat baik, tetapi orang sakit
yang ingin sembuh. b. Penyakit saya dapat disembuhkan
Seperti penyakit kencing manis, tidak ada obat yang menyembuhkan sama sekali, tetapi kecanduan narkoba dapat ditolong sehingga
memungkinkannya pulih. Seperti halnya penyakit lain, sangat mungkin mengenal gejala narkoba secara dini, menetapkan diagnosisnya dan
mencegahnya. c. Ada harapan
Harapan adalah kekuatan bagi keberhasilan pemulihan.Harapan mendorong seseorang agar dapat pulih.
d. Rasa sakit dapat berhenti Ketika seorang pecandu sampai pada tahap dimana ia harus menyerah
dan percaya bahwa ada kuasa lain yang jauh lebih besar dari dirinya yang sanggup memulihkannya, mereka dapat berbalik dari perilakunya itu dan
berhenti menyakiti dirinya.
51
e. Menerima Menerima bahwa dirinya pecandu tidaklah mudah. Pada awal
pemulihan pecandu tidak percaya bahwa ia akan bebas dari pemakaian narkoba dan ia mencoba memakainya kembali, sebab narkoba dapat
memberikan rasa nyaman yang diinginkannya. Menyerah dan menerima adalah kunci pemulihan yang berhasil.
f. Tak ada seorangpun bertanggung jawab atas penyakit saya Kecanduan narkoba terjadi begitu saja. Tak ada yang harus
dipermasalahkan karena kecanduannya itu. Tak seorangpun bercita-cita menjadi pecandu atau memutuskan suatu waktu untuk menjadi pecandu.
g. Saya bertanggung jawab atas perilaku saya Tak seorangpun menyuruhnya memakai narkoba, kecuali dirinya, Jadi,
ia harus bertanggung jawab atas keputusan dan perilakunya, jika ia memakai narkoba lagi Martono Joewana, 2008:98.
Disamping sikap yang mendukung pemulihan si pecandu narkoba, adapula sikap pecandu yang menghambat pemulihannya. Sikap yang
menghambat adalah sebagai berikut : a. Hanya orang yang tidak baik atau jahat yang menyalahgunakan narkoba
Salah Penyalahgunaan narkoba dapat dialami oleh setiap orang: kaya, miskin, baik, jahat, bermoral, dan tidak bermoral. Penyalahgunaan
narkoba adalah suatu penyakit, sama halnya dengan penyakit lain, yang dapat menimpa siapa saja. Pemulihan adalah upaya agar bebas dari
keadaannya yang sakit itu dan menjalani kehidupannya secara normal kembali.
b. Saya dapat mengendalikan pemakaian narkoba
52
Salah Penyalahgunaan narkoba telah kehilangan kendali dirinya atas pemakaian narkoba. Pecandu yang sedang pulih tak mungkin kembali
kepada tahap pemakaian sosial. Jadi, ia tidak pernah boleh lagi memakai narkoba, walaupun hanya sekali-sekali, sebab hal itu akan mendorongnya
untuk kambuh. c. Saya dapat melakukannya seorang diri
Bill Wilson dan Dr. Bob Smith, pendiri Alkoholic Anonymus di Amerika, tidak mampu menolong dirinya sendiri. Mereka bergabung dan
saling menolong, agar dapat hidup bersih. Menyendiri isolasi adalah salah satu gejala pada ketergantungan narkoba, sehingga dengan
melakukannya sendiri, pecandu tidak mungkin pulih. d. Kekuatan kemauan adalah kuncinya
Jika kekuatan kemauan adalah kuncinya, maka persoalan penyalahgunaan narkoba tidak akan merebak di dunia seperti sekarang.
Pemulihan hanya dapat dimulai ketika pecandu menerima bahwa ia tidak berdaya terhadap pemakaian narkoba.
e. Agama adalah jawaban satu-satunya Agama itu baik dan harus dijalankan dengan taat dan tekun. Akan
tetapi, agama tidak menjamin orang bebas dari penyalahgunaan narkoba. Banyak pecandu berasal dari keluarga yang taat beragama. Harus
dibedakan antara hidup beragama dengan kehidupan rohani. Hidup beragama artinya taat menjalankan perintah agamanya. Sedangkan
kehidupan rohani berbicara tentang sikap dan perbuatannya sehari-hari sebagai cermin dari kehidupan ibadahnya, seperti kejujuran, kasih,
53
kesetiaan, kesabaran, kerendahan hati, pengendalian diri, dan integritas dirinya Martono Joewana, 2008:99.
2.6. Kerangka Pemikiran