88
5.2. Hasil Temuan
5.2.1 Informan Kunci I : Project Manager Rumah Singgah Caritas PSE
Nama : Eka Prahadian Abdurahman
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 33 Tahun
Alamat : Medan
Eka Prahadian Abdurahman adalah seorang Kepala Divisi Kesehatan Khusus Yayasan Caritas PSE Medan, yang juga menjadi pimpinan dari
Rumah Singgah Caritas PSE Medan. Eka juga menjadi penggagas dari berdirinya Rumah Singgah Caritas PSE Medan. Dimulai dari keprihatinan
yang dirasakan Eka karena melihat banyaknya pecandu narkoba yang masih bermasalah dengan keadiksiannya. Berikut penuturannya:
“Saya memulai menggagas program ini sekitar tahun 2011. Alasannya adalah karena saat itu pusat rehabilitasi untuk pecandu
narkoba belum terlalu banyak
jumlahnya. Sementara jumlah orang-
orang yang kecanduan itu banyak. Mereka perlu mendapatkan penanganan yang bagus. Dan lagi, tidak ada pihak-pihak yang
mengkampanyekan pentingnya perawatan pemulihan. Dan tidak banyak juga yang mengetahui bagaimana perawatan yang humanis.
Jadi didirikanlah Rumah Singgah Caritas PSE sebagai pusat pemulihan dan pusat rehabilitasi. Hal lainnya adalah kita mencoba
untuk membagi pengetahuan yang kita ketahui.” Keadilan Sosial bagi seluruh pengguna narkoba adalah visi dari
berdirinya Rumah Singgah Caritas PSE. Hal ini didasari karena masih banyak
89
ketidakadilan yang terjadi pada para pengguna nakoba, baik itu pengguna narkoba jarum suntik maupun non jarum suntik. Masih banyak diskriminasi
dan stigma yang ada, sehingga pada saat para pengguna narkoba tersebut pulih maka mereka akan sulit kembali kepada masyarakat.
Pemulihan bagi para korban penyalahgunaan narkoba ada dua yaitu pemulihan berbasis sosial masyarakat dan pemulihan berbasis medis.
Pemulihan berbasis masyarakat adalah pemulihan yang dalam upayanya dilakukan asas komunitas yang membantu komunitas. Artinya adalah
pecandu pemulihan yang membantu pemulihan pecandu lainnya. Pemulihan berbasis medis berupa perawatan di rumah sakit yang melibatkan tenaga
medis seperti dokter, perawat, psikiater, dan lain-lain. Pemulihan ini harus dilakukan di institusi pemerintahan yang berbasis kesehatan. Dan seandainya
ada klinik swasta, maka klinik tersebut harus memiliki dokter dan perawat juga.
Pada proses pelaksanaannya, ada dua cara yang dilakukan oleh orang- orang yang mengakses layanan Rumah Singgah Caritas PSE. Ada orang yang
datang melalui program penjangkauan ke komunitas beresiko tinggi. Ada juga yang memang datang langsung ke Rumah Singgah Caritas PSE baik itu
didampingi oleh pihak keluarga ataupun oleh pihak lain, seperti BNN atau petugas kepolisian.
Prosesnya adalah klien yang datang ke Recovery Center Rumah Singgah Caritas PSE akan diassesmen untuk dinilai seberapa parah tingkat
kecanduan orang tersebut. Melalui asesmen tersebut dapat terlihat apakah orang tersebut memiliki gejala gangguan kesehatan mental atau tidak.
Apabila memiliki gangguan kesehatan mental yang cukup parah, maka klien
90
tidak diterima tetapi akan dirujuk ke pusat pemulihan lain yang lebih memadai. Jika tidak memiliki gejala kesehatan mental, maka klien akan
diterima. Setelah diterima, maka klien akan menjalani metode pemulihan yang
berbasis masyarakat. Seandainya pun ada medis yang dipake untuk klien, maka itu hanya disesuaikan dengan kondisi klien tersebut dan hal itu tidak
menjadi kewajiban. Selanjutnya adalah menjalani pemeriksaan kesehatan dasar, kemudian klien bisa mengikuti kelas belajar yang belajar tentang
kecanduan. Setelah itu klien juga dilibatkan dalam kegiatan masyarakat, seperti kegiatan di penjara, penyuluhan-penyuluhan, dan lain-lain.
Dalam melakukan perekrutan staf, terlebih dahulu Eka membuat trainning pelatihan selama empat bulan. Setelah itu, Eka pun mendapatkan
enam staf pada masa kerja awal. Untuk pergantian komposisi staf, Eka melakukan sendiri perekrutan staf yang tentunya juga melihat rekomendasi
kerja dari orang lain. Berikut penuturan Eka: “Dulu ada pelatihan training 4 bulan. Kita mengadakan open
recruitment dari berbagai golongan. Ada yang dari komunitas beresiko, dari masyarakat umum, dan mahasiswa. Mereka yang
merasa tertarik kemudian mendaftar, lalu diinterview, dan langsung diseleksi menjadi 25 orang. Mereka yang terpilih mengikuti training
selama 4 bulan on job training. Selanjutnya ada proses seleksi untuk perekrutan staf Rumah Singgah Caritas PSE. Enam orang yang
terpilih akan mengikuti pelatihan pengolahan data, pelatihan pengelolaan rumah, prosessing. dan pelatihan lainnya untuk
menambah kapasitas diri sebagai staf. Sedangkan yang lainnya
91
menjadi resource person, seperti volunteer, pembicara-kalau mempunyai kapasitas menjadi pembicara-dan mendukung kegiatan
lainnya.” Tetapi memang ada kemampuan yang.harus dimiliki oleh setiap orang
yang bergabung di Rumah Singgah Caritas PSE. Semua orang harus mampu membuat laporan, semua orang harus mampu memberikan penyuluhan, dan
semua orang harus memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Yang membedakan kapasitas seorang volunteer dengan staf adalah staf harus
memiliki kapasitas untuk mendampingi klien, melakukan assessment, konseling, dan monitoring.
Rumah Singgah Caritas PSE juga memiliki pekerja sosial. Ada pekerja sosial yang melaksanakan perannya sebagai konselor. Pelaksanaan di
lapangannya adalah konselor tersebut menjadi pendamping selama klien menjalani masa pemulihan selama tiga bulan. Konselor akan melakukan
assessment, memberikan bimbingan konseling kepada klien, membantu klien untukk menyusun treatment plan, dan memberikan sesi belajar, dan case
management. Ada juga yang bertugas sebagai petugas penjangkau ke komunitas beresiko tinggi yang berperan untuk memberikan informasi dan
mendekatkan klien dengan akses kesehatan. Awal bertemunya Eka dengan salah satu konselor adalah sekitar tahun
2004-an. Ketika itu, konselor masih menjalani masa pemulihan di Yayasan Kita Yakita Bogor. Berikut penuturannya:
“Sekitar tahun 2004-an, ada program Muda Berdaya dari UNICEF yang ada di Yayasan Kita Yakita. Saya adalah salah satu peserta
yang mewakili program tersebut yang dilakukan untuk pemuda-
92
pemudi Jawa Barat. Saat itu saya menjalani training di Yakita sampai akhirnya saya diangkat menjadi staf. Awalnya saya bertemu dengan
Eko - konselor ketika dia sedang menjalani masa pemulihan. Tetapi ketiika saya dipercayakan untuk menangani Program yang ada di
Aceh, Eko sedang menjalani proses on job training. Dia diproyeksikan untuk menjadi salah satu staf. Beberapa tahun
kemudian, saya bertemu dengan Eko kembali. Saya pun meminta bantuan beliau untuk bergabung menjadi salah satu konselor di
Rumah Singgah Caritas PSE.” Eka mengetahui track record Eko - konselor mulai semenjak dari Eko
masih menjalani masa pemulihannya sampai akhirnya Eko dipercayakan untuk menjadi Project Manager yang ada di Yakita Surabaya. Apalagi
persahabatan yang telah dijalin cukup lama, maka Eka mengetahui kemampuan serta kapasitas yang dimiliki Eko.
Eko yang sudah lama bergelut di bidang adiksi menjadi salah satu alasan Eka mempercayakan posisi konselor kepada Eko. Pemulihan yang
dibutuhkan oleh orang-orang yang ingin berhenti dari kecanduannya terhadap narkoba juga bergantung dari kapasitas konselor yang menanganinya.
Dalam proses pemulihan yang terjadi di Recovery Center Rumah Singgah Caritas PSE, peran konselor adalah membantu klien untuk bisa
bertahan dalam pemulihannya. Apalagi konseling adalah salah satu hal yang penting karena dari proses inilah konselor akan mengetahui permasalahan
serta membantu klien untuk memberdayakan kemampuan dirinya sendiri. Berikut penuturannya:
93
“Tujuan layanan konseling adalah membantu klien untuk memecahkan permasalahannya, membantu membuat skala prioritas
atas permasalahan yang dimilikinya, kemudian membantu treatment plan yang cocok untuk klien. Jadi konselor menfasilitasi adanya
proses pemulihan yang berjalan bagi klien.”
5.2.2 Informan Kunci II : Konselor Rumah Singgah Caritas PSE