11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konselor
2.1.1 Pengertian Konselor
Konselor adalah pihak yang membantu klien dalam proses konseling. Sebagai pihak yang paling memahami dasar dan teknik
konseling secara luas, konselor dalam menjalankan perannya bertindak sebagai fasilitator bagi klien. Selain itu, konselor juga bertindak sebagai
penasihat, guru, konsultan yang mendampingi klien sampai klien dapat menemukan dan mengatasi masalah yang dihadapinya Lesmana,
2005. Maka tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa konselor adalah tenaga profesional yang sangat berarti bagi klien Lubis, 2011: 22.
Konseling merupakan bantuan yang diberikan oleh seseorang konselor kepada orang lain klien dengan cara ilmiah terencana,
terprogram, terarah dan sistematis untuk membantu klien agar ia dapat keluar dari masalah yang dihadapinya Lubis, 2006:10. Dalam
melakukan proses konseling, seorang konselor harus dapat menerima kondisi klien apa adanya. Konselor harus dapat menciptakan suasana
yang kondusif saat proses konseling berlangsung. Posisi konselor sebagai pihak yang membantu, menempatkannya pada posisi yang
benar-benar dapat memahami dengan baik permasalahan yang dihadapi klien Lubis, 2011: 22.
Menurut Asosiasi Konselor dan ahli Psikoterapi Inggris AKAPI, konseling dilakukan sesuai dengan seperangkat aturan dan pedoman
yang telah digariskan oleh lembaga-lembaga konseling professional
12
yang mensyaratkan standar akreditasi dan tingkat kompetensi minimum. Konselor terikat dengan kode etik, yang menekankan sikap menghargai
nilai, pengalaman, pandangan, perasaan, dan kemampuan klien untuk menentukan diri sendiri. Konselor bertujuan memberikan pelayanan
terbaik kepada klien. Di samping itu, konselor terikat dengan kode etik yang menekankan pentingnya batas-batas hubungan konselor-klien,
sifat hubungan mereka, dan tujuan aktivitas konseling Geldard dan Geldard, 2004:8.
• Batas-batas hubungan konseling Konseling umumnya dilakukan di tempat yang menjamin
privasi dan kenyamanan fisik dan psikologis konselor dan klien. Konselor menjelaskan sifat dan tujuan konseling kepada
klien, dan kedua belah pihak mematuhi batas-batas etika konseling. Misalnya, konselor tidak boleh melakukan kontak
fisik yang berlebihan dengan klien selama proses konseling atau sesudahnya. Demikian juga, konselor dilarang menjalin
hubungan dengan klien karena alas an-alasan pribadi. • Kualitas hubungan konseling
Kualitas hubungan konselor – klien berbeda dengan sifat hubungan di mana keterampilan konseling digunakan dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan sosial atau tempat kerja.
Konseling biasanya bertujuan untuk membantu klien menyelesaikan problem yang mengganggu mereka. Konseling
dimaksudkan untuk membantu klien mengembangkan beragam cara
13
yang lebih positif dalam menyikapi hidup. Orang-orang meminta bantuan konseling dengan bermacam-macam sebab dan untuk berbagai
tujuan Geldard dan Geldard, 2004:11. Selanjutnya Corey dikutip dari Lubis, 2011:67 menyatakan
bahwa tujuan-tujuan konseling yang digunakan berdasarkan masing- masing pendekatan yang digunakan dalam proses konseling adalah
seperti berikut. 1. Pendekatan Psikoanalisis
Tujuan konseling meliputi: • Membuat hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari
• Merekonstruksi kepribadian dasar • Membantu klien menghidupkan kembali pengalaman-
pengalaman masa kanak-kanak dengan menembus konfilk yang direpresi
2. Pendekatan Ekstensial-Humanistis Tujuan konseling meliputi:
• Memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan • Menghapus penghambat aktualisasi diri dan pertumbuhan
• Menghapus klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dengan memperluas kesadaran diri
• Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupannya sendiri
3. Pendekatan Client-Centered Tujuan konseling meliputi:
14
• Menyadarkan penghambat pertumbuhan dan aspek pengalaman pribadi diri yang sebelumnya diingkari atau
didistorsi • Membantu klien agar mampu bergerak ke arah keterbukaan
terhadap pengalaman serta meningkatkan spontanitas dan perasaan hidup
4. Pendekatan Gestalt Tujuan konseling meliputi:
• Membantu klien memperoleh kesadaran atas pengalaman dari waktu ke waktu
• Menantang klien agar menerima tanggung jawab 5. Pendekatan Tingkah Laku
Tujuan konseling meliputi: • Menghapus pola tingkah laku maladaptif
• Mempelajari pola tingkah laku konstruktif • Mengubah tingkah laku
6. Pendekatan Rasional-Emotif Tujuan konseling meliputi:
• Menghapus pandangan hidup klien yang melemahkan diri • Membantu klien memperoleh pandangan hidup yang lebih
toleran dan rasional 7. Pendekatan Realitas
Tujuan konseling meliputi:
15
• Membimbing klien mempelajari tingkah laku realistis dan bertanggung jawab serta mengembangkan “identitas
keberhasilan” • Membantu klien membuat pertimbangan nilai tingkah lakunya
sendiri dan merencanakan tindakan untuk perubahan
2.1.2 Karakteristik Konselor