1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah penyalahgunaan narkoba terus menjadi permasalahan global. Permasalahan ini semakin lama semakin mewabah, bahkan menyentuh hampir
semua bangsa di dunia ini. Hal ini mengakibatkan banyak kasus lain yang dapat bermunculan. Kematian jutaan jiwa yang dapat menghancurkan kehidupan
keluarga dan kasus lainnya yang menunjukkan akibat dari permasalahan tersebut telah banyak menyebabkan kerugian, baik materi maupun non materi.
Kejadian tersebut bisa saja seperti kasus perceraian, perampokan, pembunuhan atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian.
Laporan tahunan United Nations Office on Drugs and Crime UNODC 2013 UNODC, yaitu organisasi dunia yang menangani masalah narkoba dan
kriminal menyebutkan bahwa pada tahun 2011, diperkirakan antara 167 sampai dengan 315 juta orang 3,6 - 6,9 dari populasi penduduk dunia yang berumur
15 - 64 tahun. Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan Narkoba minimal sekali dalam setahun. Bahkan ada 200 juta orang meninggal
dunia setiap tahunnya akibat narkoba BNN, portal. Di Indonesia sendiri angka penyalahgunaan narkoba mencapai 2,2 persen
atau 4,2 juta orang pada tahun 2011. Mereka terdiri dari pengguna coba pakai, teratur pakai, dan pecandu. Pada aspek pemberantasan peredaran gelap
narkoba, menunjukkan adanya peningkatan hasil pengungkapan kasus dan tersangka kejahatan serta pengungkapan tindak pidana pencucian uang yang
berasal dari kejahatan narkoba. Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, telah
2
terungkap 108.107 kasus kejahatan narkoba dengan jumlah tersangka 134.117 orang. Hasil pengungkapan tindak pidana pencucian uang sebanyak 40 kasus
dengan nilai aset yang disita sebesar Rp 163,1 miliar http:nasional.news.viva.co.idnewsread516363-bnn--pengguna-narkoba-di-
indonesia-capai-4-2-juta-orang diakses tanggal 25 Februari 2015 pukul 03.47 Dewasa ini, jaringan peredaran narkoba ini telah merambah ke segala lini
kehidupan masyarakat. Jumlah kerugian bahkan kerusakan yang diakibatkan tidak sedikit. Selain itu, saat ini narkoba telah merambah ke seluruh lapisan
masyarakat; baik anak kecil, remaja, hingga orang tua; dari yang masih berstatus pelajar, mahasiswa, pekerja kantoran hingga pengangguran; dari
rakyat biasa hingga pejabat negara. Badan Narkotika Nasional BNN Pusat mencatat bahwa pada tahun
2013, korban penyalahgunaan Narkoba mencapai angka sebesar 2,2 persen dari total jumlah penduduk Indonesia atau setara 4,2 juta jiwa. Korban
penyalahgunaan itu berusia antara usia 10 sampai 59 tahun. Keadaan ini sungguh miris mengingat yang paling banyak menjadi korban adalah usia
produktif BNN-RI, 2014. Berdasarkan hasil penelitian Badan Narkotika Nasional BNN yang
bekerja sama dengan Puslitkes UI pada 2011, angka prevalensi penyalahgunaan narkoba 2,2 atau setara dengan 4,2 juta orang dari total populasi penduduk
Indonesia berusia 10 tahun hingga 59 tahun. Angka prevalensi diprediksikan meningkat menjadi 2,8 5,1 juta orang pada 2015. Tren penyalahgunaan
narkoba saat ini didominasi ganja, sabu-sabu, ekstasi, heroin, kokain, dan obat- obatan Daftar G. Sepanjang 2012, BNN sudah 12 kali memusnahkan narkoba.
3
Total yang telah dimusnahkan sebanyak 28.062 gram sabu-sabu, 44.389 gram ganja, 10.116 gram heroin, dan 3.103 butir ekstasi. Sebagian besar
penyalahguna narkoba ialah remaja berpendidikan tinggi. Berdasarkan data BNN, sedikitnya 15 ribu orang setiap tahun mati akibat penyalahgunaan
narkoba dan kerugian negara mencapai Rp50 triliun per tahun BNNP-Sumut, 2013
Pada dasarnya peredaran narkotika di Indonesia apabila ditinjau dari aspek yuridis adalah sah keberadaannya. Undang-Undang Narkotika hanya
melarang penggunaan narkotika tanpa izin oleh undang-undang yang dimaksud. Keadaan inilah dalam kenyataan empiris pemakaiannya sering
disalahgunakan dan tidak untuk kepentingan kesehatan tapi lebih jauh daripada itu, yakni dijadikan sebagai objek bisnis dan berdampak pada kegiatan merusak
mental, baik fisik maupun psikis generasi muda. Undang Undang Narkotika Nomor 35 tahun 2009 mengamanatkan
perubahan paradigma dalam melihat penyalahgunaan narkoba. Para pengguna narkoba wajib di rehabilitasi. Undang Undang sebelumnya menetapkan atau
melihat korban penyalahguna narkoba sebagai seorang kriminal dan harus di penjara. Inilah perubahan mendasar dalam upaya menyelamatkan anak bangsa
dari jeratan narkoba yang sangat ganas karena menghancurkan masa depan generasi muda. Tentu saja perubahan paradigma baru tersebut itu ditetapkan
berdasarkan pertimbangan pemisahan yang jelas antara status pengguna dan pengedar Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Dampak yang ditimbulkan membuat kita harus kerja keras untuk memeranginya tanpa kenal lelah. Semua sendi pemerintahan dan masyarakat
digerakkan guna memerangi narkoba. Persoalan narkoba bukanlah menjadi
4
masalah orang-perorangan atau masalah mereka yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba saja melainkan sudah menjadi masalah negara.
Mungkin bisa kita sebutkan sudah menjadi masalah yang mendunia dan menuntut kita untuk mencari jalan keluarnya bersama-sama.
Berbagai cara tentu harus diupayakan baik untuk mencegah peredaran gelap narkoba maupun pemulihan bagi korban-korban penyalahguna narkoba.
Penyuluhan rutin berkelanjutan tentang topik narkoba adalah telur emasnya neraka hendaklah dilaksanakan baik di sekolah, kampus maupun masyarakat.
Selain itu dapat juga dibuat forum lokakarya dan seminar secara sistematis, membantu law enforcement, memberikan informasi tentang penyalahgunaan
narkoba, melakukan pengawasan terhadap tempat-tempat rawan, melakukan penangkapan bila terlihat aksi penyalahgunaan narkoba, membantu menangani
dan menyelamatkan korban, melakukan pemantauan terhadap penanganan kasus-kasus penyalahgunaan narkoba baik itu penangkapan, penyelidikan,
tuntutan sampai pengadilan mengenai narkoba. Upaya pengobatan secara medis tidak selalu memuaskan karena pecandu
yang mengikuti program pengobatan, setelah beberapa minggu berhenti memakai narkoba jadi kambuh karena berhubungan dengan teman pecandu.
Untuk mengatasi persoalan itu, dukungan dan sikap proaktif dari keluarga mutlak diperlukan Kedaulatan Rakyat, 2007:17. Usaha-usaha tersebut juga
bisa saja melibatkan para pihak penyuluh untuk bisa memberikan informasi bahaya narkoba kepada semua lapisan masyarakat khususnya para remaja dan
mengajak para orangtua yang mempunyai anak pengguna narkoba untuk mau membawakan anaknya ke panti rehabilitasi yang telah disediakan pihak
pemerintah maupun pihak swasta.
5
Dari data yang dilaporkan Badan Narkotika Nasional BNN bahwa pengguna narkotika dan obat terlarang di Indonesia per 2012 meningkat
menjadi 4 juta orang atau meningkat 2 persen dari populasi dan meningkat dari riset sebelumnya yang sebesar 3,8 juta jiwa. Menurut Juru bicara BNN Sumirat
Dwiyanto, angka pecandu ini meningkat dikarenakan jumlah pencandu yang melakukan rehabilitasi sangat minim. Dari 4 juta-an pencandu, hanya 18 ribu
yang rehabilitasi. BNN mengingatkan masyarakat jika para pengguna melaporkan diri ke BNN untuk direhabilitasi tidak akan terkena jerat hukum
sesuai UU Narkotika N0 352009. Pengguna yang melapor ke 130 puskesmas dan rumah sakit, 140 tempat rehabilitasi yang dikelola Kementerian Sosial serta
45 RS Polri yang sudah ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan tidak akan terkena jerat hukum karena dilindungi Undang-Undang
http:www.dakwatuna.com20140220465582014-adalah-tahun- penyelamatan-pengguna-narkobaaxzz3ShA5Vj1c diakses tanggal 25 Februari
2015 pukul 03.28. Panti rehabilitasi merupakan pilihan yang baik untuk klien, khususnya
mereka yang mempunyai kesulitan untuk menyesuaikan hidup tanpa menggunakan narkoba dan seringkali kambuh. Sampai saat ini, pemerintah
masih membutuhkan 1000 panti rehabilitasi bagi pengguna narkoba. Program ini adalah perawatan jangka panjang yang biasanya berlangsung antara 3-12
bulan dan diharapkan merupakan program lanjutan setelah dilakukan program detoksifikasi. Sasaran utama dari program ini adalah abstinentia atau sama
sekali tidak menggunakan narkoba Sumiati, 2009:25. Menurut data BNN saat ini ada 40 unit lembaga rehabilitasi yang
ditempati sekitar 16.000 orang pengguna narkoba menjalani rehabilitasi
6
ditambah dua unit lembaga milik BNN yang menampung 2.000 orang. BNN menyediakan anggaran sebesar Rp1 triliun pada 2013 untuk penanganan
narkoba http:www.republika.co.id diakses pada tanggal 17 Februari 2015, pukul 04:00.
Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional BNN menyatakan, jumlah pecandu narkoba yang mendapatkan pelayanan terapi dan rehabilitasi di
seluruh Indonesia tahun 2012, sebanyak 14.510 orang. Terbanyak pada umur 26–40 tahun, yaitu sebanyak 9.972 orang. Dari data yang diperoleh, sebanyak 4
juta jiwa anak Indonesia terlibat penyalahgunaan narkoba. Sementara yang mendapat rehabilitasi masih sekitar 15.000 jiwa, tentunya ini menjadi suatu
masalah yang besar jika sisa dari penyalahgunaan itu tidak direhabilitasi Portal kriminal, 2013.
Pengguna narkoba yang telah menjalani rehabilitasi di seluruh Indonesia baik di masyarakat, di dalam panti maupun di tempat rehabilitasi lain sebanyak
6.373 orang. Sedangkan, yang terdaftar di BNN hanya sebanyak 837 orang. Di Sumatera Utara sendiri yang terdata menerima pengobatan hanya sebanyak 287
orang, yang terdiri dari 237 orang di rehabilitasi di panti pemerintah dan 50 orang lainnya berada di luar panti BNN, 2012.
Salah satu tempat rehabilitasi ketergantungan narkoba di Sumatera Utara adalah Yayasan Caritas PSE Medan yang didirikan oleh Keuskupan Agung
Medan. Menurut pengurus yayasan tersebut sudah ratusan penghuni yang mendapat perawatan di Panti tersebut. Mereka yang menjadi korban
ketergantungan obat terlarang itu umumnya para kawula muda yang masih berusia produktif.
7
Korban penyalahgunaan narkoba juga sudah sepantasnya mendapatkan pengobatan, perawatan, pembinaan dan dukungan keluarga karena mereka
memang benar sakit, baik fisik dan psikisnya. Pada pelaksanaan pemulihan tahap rehabilitasi, dilibatkan tenaga profesional, salah satunya adalah konselor.
Pada penanganan penyalahgunaan narkoba, sosok konselor bertugas memberikan konsultasi pada klien maupun keluarga klien, membantu atau
membentuk perilaku yang positif untuk mereduksi atau bahkan menghilangkan perilaku-perilaku yang mendorong pada kecenderungan untuk menggunakan
atau kecanduan. Narkoba adalah suatu zat atau obat yang diproduksi untuk keperluan
pengobatan dunia medis. Kerjanya sangat keras sehingga penggunaannya harus melalui resep dokter. Jika disalahgunakan akan mempengaruhi fisik dan psikis
yang mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan yang berpengaruh pada susunan syaraf pusat dan tidak dibenarkan oleh budaya masyarakat Indonesia.
Konselor narkoba adalah individu yang bekerja secara profesional di tempat rehabilitasi untuk menangani masalah penyalahgunaan narkoba dengan upaya
memberikan evaluasi, informasi dan saran-saran yang diperlukan oleh penyalahguna narkoba agar dapat bebas dari penyalahgunaan narkoba total
abstinance, meningkatkan aspek positif yang mereka memiliki dan membentuk gaya hidup yang sehat.
Konselor memberikan konseling dalam menangani korban penyalahgunaan narkoba. Konseling ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang
orang, melainkan secara profesional yaitu orang yang telah memperoleh pendidikan dan pelatihan konseling narkoba dan mempunyai keahlian di
bidangnya masing-masing, termasuk juga pengetahuan tentang narkoba.
8
Konselor juga haruslah konselor yang aktif dan cekatan dalam membantu pemulihan korban penyalahgunaan narkoba. Hal ini dikarenakan seseorang
yang memakai narkoba dalam jangka waktu yang lama memiliki jaringan otak yang rusak sehingga menyebabkan korban tersebut sulit berpikir yang rasional.
Keberadaan konselor memberikan konsultasi pada korban maupun keluarga korban, membantu atau membentuk perilaku yang positif untuk
mereduksi atau bahkan menghilangkan perilaku-perilaku yang mendorong pada kecenderungan untuk menggunakan atau kecanduan. Hal ini karena keadaan
psikis dan mental pecandu tersebut sudah sangat rapuh sehingga perlu bimbingan dari konselor agar dia dapat lepas dari narkoba.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai apa saja
peranan konselor dalam pemulihan korban penyalahgunaan narkoba. Untuk itu peneliti membuat karya ilmihah yaitu skripsi untuk mengetahui dengan lebih
jelas lagi. Skripsi ini berjudul Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Recovery Center Rumah Singgah Caritas
PSE Medan.
1.2 Perumusan Masalah