4.3.3. Pulau Saonek
Habitat pesisir terdiri dari ekosistem terumbu karang, mangrove, padang lamun, pantai berbatu, dan pantai berpasir. Pesisir Pulau Saonek memiliki
ekosistem yang masih lengkap dimana terdapat ekosistem terumbu karang, lamun dan mangrove dan menyebar di sekeliling pulau. Fungsi habitat pesisir selain
sebagai pelindung pantai, juga memiliki fungsi ekologis dan ekonomis yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat di Kampung Saonek. Luas habitat
pesisir di Pulau Saonek adalah 58.62 ha atau 3 kali lebih luas dari luas daratan
Pulau Saonek.
Ekosistem terumbu karang Pulau Saonek diperkirakan menempati 23 keliling pantai Pulau Saonek, mulai dari bagian timur, barat dan selatan. Hanya
pada bagian utara Pulau Saonek tidak terdapat ekosistem terumbu karang. Total luas hamparan terumbu karang di Pulau Saonek sekitar 31.57 ha. Hasil survei
yang dilakukan Fakultas Perikanan Universitas Negeri Papua 2007 menunjukkan bahwa kualitas terumbu karang di perairan Pulau Saonek berada
pada kisaran 70-75 atau kategori baik. Demikian juga hasil reef check yang dilakukan Conservancy Indonesia pada tahun 2006 menunjukkan bahwa kualitas
penutupan karang hidup berkisar antara 59-81 . Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan terumbu karang adalah adanya kegiatan penambangan karang
untuk keperluan bahan bangunan. Hal inilah yang diperkirakan sebagai penyebab meningkatnya laju erosi karena peningkatan energi gelombang ke arah pantai,
akibat berkurangnya ekosistem terumbu karang. Namun sejak tahun 2003, kegiatan penambangan karang di pulau ini sudah dihentikan, seiringnya dengan
berkembangnya program pengelolaan terumbu karang dari berbagai lembaga yang memiliki perhatian terhadap kelestarian sumberdaya terumbu karang. Program-
program penyadaran yang dikembangkan oleh berbagai lembaga seperti CI, TNC, dan COREMAP telah menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk
melindungi ekosistem ini. Banyak daerah perlindungan laut yang telah ditetapkan untuk melindungi ekosistem terumbu karang yang dikembangkan masyarakat.
Ekosistem pesisir lainnya yang juga tumbuh dengan baik di Pulau Saonek adalah ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove ini tumbuh di bagian selatan
yang mencakup areal seluas 4.17 ha, dengan kerapatan sekitar 1 000 pohonha.
Ekosistem mangrove ini tumbuh dengan baik dan tidak mendapatkan gangguan dari masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kesadaran masyarakat, dimana
ekosistem ini telah dipertahankan sebagai daerah larang ambil secara turun temurun. Masyarakat secara sadar melindungi ekosistem ini, meskipun tidak
terdapat aturan secara tertulis tentang larangan penebangan pohon mangrove. Namun, karena secara turun temurun ekosistem ini telah dipertahankan
masyarakat dan ada rasa malu bila terdapat anggota masyarakat yang melakukan penebangan pohon mangove, menyebabkan ekosistem ini tetap lestari sampai saat
ini. Ekosistem mangrove di Pulau Saonek didominasi jenis Rhizopora sp. dan Avicennia
sp. Distribusi ekosistem padang lamun di Pulau Saonek juga cukup luas.
Umumnya lamun ditemukan pada rataan terumbu, baik di pantai bagian timur, pantai bagian barat maupun pantai bagian selatan yang menempati areal seluas
22.88 ha, dengan penutupan sekitar 55 . Jenis lamun yang dominan ditemukan adalah Enhalus acrades, Cymodacea kolundata dan Halophila ovalis.
Pemanfaatan lamun selama ini digunakan sebagai umpan untuk pemancingan ikan. Pada Gambar 22 disajikan peta habitat dan penggunaan lahan Pulau Saonek.
Perairan Pulau Saonek sangat khas karena memiliki berbagai jenis ikan baik ikan ekonomis penting seperti maming napoleon, kerapu, cakalang, bubara,
tenggiri dan hiu, maupun ikan non ekonomis penting seperti samandar ikan yang hidup disekitar lamun, kakatua Scarus sp, puri Stylophoruscomersonii dan
ikan karang lainnya seperti gotila, ikan kapas kapas, dan ikan oci. Hasil laut non ikan seperti Lobster, suntung, lola, teripang, dan pia-pia dan berbagai jenis
moluska yang dimanfaatkan untuk kebutuhan konsumsi COREMAP II 2007. Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya utama dan menjadi sumber penghasilan
masyarakat di pulau ini. Sayangnya, eksploitasi sumberdaya ikan ini tidak dilakukan dengan baik sehingga telah terjadi gejala penurunan hasil tangkapan
akibat kelebihan tangkap, penggunaan alat tangkap yang merusak, penggunaan bom dan potasium serta akar bore. Saat ini sudah terdapat indikasi terjadi
penurunan hasil tangkapan nelayan dari tahun ke tahun khususnya untuk jenis ikan tenggiri, ikan kepala batu, ikan kira dan ikan oci.
90
Gambar 22. Habitat pesisir dan penggunaan lahan Pulau Saonek
4.4. Karakteristik Sosial Ekonomi dan Budaya