menyebabkan kerentanan lingkungan saat ini cukup tinggi kerentanan sedang. Skenario perubahan kerentanan lingkungan Pulau Saonek disajikan pada Tabel
24. Tabel 24. Skenario perubahan kerentanan Pulau Saonek
No. Skenario Pengelolaan
Perubahan Kerentanan Sedang Tinggi
Sangat Tinggi
1. Tanpa pengelolaan
- 2027
2070 2.
Pengelolaan skenario 1 -
2041 -
3. Pengelolaan skenario 2
- 2064
- Berdasarkan analisis yang disajikan pada Tabel 24, perubahan kerentanan
dari kerentanan sedang ke kerentanan tinggi terjadi pada tahun 2027 jika tidak dilakukan pengelolaan, dan perubahan dari kerentanan tinggi ke kerentanan sangat
tinggi terjadi pada tahun 2070. Jika dilakukan pengelolaan skenario 1, perubahan kerentanan dari kerentanan sedang ke kerentanan tinggi dapat diperlambat selama
14 tahun menjadi tahun 2041, sedangkan jika dilakukan pengelolaan skenario 2, maka perubahan kerentanan dari kerentanan sedang ke kerentanan tinggi dapat
diperlambat selama 37 tahun menjadi tahun 2064 jika dibandingkan dengan kondisi tidak dilakukan pengelolaan. Baik pengelolaan skenario 1 maupun
pengelolaan skenario 2 tidak akan mencapai kerentanan sangat tinggi sampai tahun 2100.
5.4 Analisis Laju Perendaman Daratan Pulau
Perendaman inundation merupakan salah satu konsekuensi terbesar bagi pulau-pulau kecil terkait dengan kenaikan muka laut sebagaimana yang terjadi di
belahan bumi Woodroffe 2008; Mimura 1999. Perendaman berbeda dengan banjir flooding, perendaman adalah perembesan air yang terjadi pada saat muka
air naik masuk ke dalam daratan pulau, sedangkan banjir adalah aliran air yang melewati suatu daratan yang terjadi ketika curah hujan tinggi atau karena badai
siklon. Perendaman pulau sangat terasa bagi pulau-pulau kecil dari kelompok pulau karang atau pulau atol, karena kedua jenis pulau ini memiliki elevasi yang
sangat rendah, yang berpeluang akan mengalami perendaman.
Dari perkiraan laju perendaman daratan pulau yang dipaparkan pada Sub- bab 4.8
, diketahui bahwa Pulau Barrang Lompo yang akan mengalami dampak yang sangat ekstrim dibandingkan dengan Pulau Saonek dan Pulau Kasu. Pada
tahun 2040, sekitar 20.48 daratan Pulau Barrang Lompo akan mengalami perendaman, sedangkan Pulau Saonek dan Pulau Kasu masing-masing hanya
sekitar 13.46 dan 5.74 . Pada tahun 2060, daratan Pulau Barrang Lompo yang akan mengalami perendaman sekitar 40.67 , sedangkan Pulau Saonek dan
Kasu masing-masing 21.23 dan 7.78 . Pada tahun 2080, persentasi luas daratan Pulau Barrang Lompo yang mengalami perendaman adalah 70.41 ,
sedangkan Pulau Saonek dan Kasu masing-masing sebesar 32.55 dan 9.99 . Pada akhir tahun 2100 sekitar 84.94 lahan daratan Pulau Barrang Lompo akan
mengalami perendaman, sedangkan Pulau Saonek dan Kasu sebesar 39.37 dan 10.49.
Perbedaan laju perendaman ketiga pulau tersebut disebabkan oleh perbedaan 2 faktor penting yang mempengaruhi perendaman daratan pulau, yaitu
elevasi pulau dan laju kenaikan muka laut. Seperti telah diuraikan pada Sub-bab 4.2
, sekitar 98.93 daratan Pulau Barrang Lompo berada pada ketinggian kurang dari 100 cm. Dengan ketinggian daratan pulau seperti ini, maka peluang daratan
tersebut mengalami perendaman karena kenaikan muka laut jauh lebih besar. Berbeda dengan Pulau Barrang Lompo, Pulau Saonek memiliki daratan pulau
sekitar 71.54 yang ketinggiannya kurang dari 100 cm, sedangkan Pulau Kasu hanya sekitar 15.52 yang ketinggiannya kurang dari 100 cm. Faktor kedua
yang menyebabkan perbedaan laju perendaman daratan pulau adalah laju kenaikan muka laut. Kenaikan muka laut tertinggi terjadi di perairan sekitar
Pulau Saonek yaitu sekitar 7.06 mmtahun, perairan Pulau Barrang Lompo sekitar 5.09 mmtahun dan Pulau Kasu sekitar 3.99 mmtahun. Berdasarkan laju
kenaikan muka laut tersebut, pada tahun 2100 daratan dengan ketinggian kurang dari 45 cm di Pulau Barrang Lompo akan mengalami perendaman. Adapun
daratan setinggi 63 cm di Pulau Saonek akan terendam pada tahun 2100, dan daratan kurang dari 36 cm di Pulau Kasu akan terendam. Perkiraan laju
perendaman daratan pulau ini tidak memperhitungkan faktor subsiden dari masing-masing pulau.
Besarnya dampak kenaikan muka laut terhadap perendaman daratan Pulau Barrang dan Saonek merupakan konsekuensi dari pulau-pulau karang dari
kelompok pulau datar, sebagaimana banyak menimpa pulau-pulau kecil di daerah Karibati-Tuvalu yang mengalami ancaman perendaman karena ketinggian kurang
dari 2 m Woodroffe 2008. Perendaman daratan pulau memberikan dampak yang cukup besar terhadap sistem lingkungan pulau-pulau kecil. Selain
terganggunya sistem lingkungan pulau-pulau kecil, dampak ekstrim lainnya dari perendaman daratan pulau seperti yang terjadi di Funafuti-Tavalu adalah
terjadinya migrasi atau perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lainnya Mimura 1999. Woodroffe 2008 juga menyebutkan beberapa aspek yang
terkait dengan topografi yang mempengaruhi perendaman adalah luas daratan yang berada pada ketinggian kurang dari 2 m, serta kisaran pasang surut dan
tinggi gelombang laut. Salah satu pendekatan yang dibutuhkan dalam kaitannya dengan kerentanan pulau dataran rendah terkait dengan kenaikan muka laut adalah
pendekatan morfodinamika Capobianco et al. 1999. Pendekatan ini didasarkan pada penilaian dinamika alami dari ekosistem pulau dan perencanaan pengelolaan
untuk meningkatkan resiliensi atau kapasitas adaptif, guna meminimalisasi dampak dari kenaikan muka laut.
5.5 Rancangan Strategi