Pulau Barrang Lompo Proyeksi Perubahan Kerentanan Lingkungan Pulau-Pulau Kecil

Pulau Kasu, dapat dilakukan dengan 2 skenario. Skenario pertama adalah dengan meningkatkan kapasitas adaptif Pulau Kasu dengan mengembangkan atau menetapkan habitat pesisir menjadi kawasan konservasi sekitar 30 dari habitat pesisir yang ada. Dengan menetapkan kawasan habitat pesisir sebagai kawasan konservasi laut, maka ada jaminan bahwa tidak akan terjadi penurunan kualitas dari habitat pesisir yang ada di pulau ini, sehingga fungsi sebagai pelindung pulau tetap terjamin. Skenario kedua, adalah meningkatkan kawasan konservasi laut menjadi 50 dari habitat pesisir yang ada, dan juga mengembangkan kebijakan untuk memindahkan pemukiman penduduk ke tempat yang lebih aman di pulau tersebut. Pilihan skenario kedua ini dapat dilakukan sebagai pengelolaan jangka panjang, manakala pilihan skenario pertama sudah tidak dapat mengurangi peningkatan kerentanan Pulau Kasu. Pada Gambar 27 disajikan perbandingan kerentanan Pulau Kasu tanpa pengelolaan, pengelolaan skenario 1 dan pengelolaan skenario 2. Gambar 27. Proyeksi kerentanan lingkungan Pulau Kasu

4.7.2. Pulau Barrang Lompo

Pilihan skenario 1 untuk pengelolaan Pulau Barrang Lompo adalah pengembangan kawasan konservasi laut. Hal ini perlu dilakukan mengingat 5 10 15 20 25 30 35 40 45 20 10 20 14 20 18 20 22 20 26 20 30 20 34 20 38 20 42 20 46 20 50 20 54 20 58 20 62 20 66 20 70 20 74 20 78 20 82 20 86 20 90 20 94 20 98 Indeks Kerent an an Tahun Tanpa Pengelolaan Pengelolaan Skenario 1 Pengelolaan Skenario 2 habitat pesisir di Pulau Barrang Lompo didominasi oleh ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang ini memiliki peran dalam meredam energi gelombang yang mencapai pantai. Permasalahan yang dihadapi sampai saat ini dalam pengelolaan terumbu karang di Pulau Barrang Lompo adalah adanya aktivitas penambangan karang untuk keperluan bahan bangunan. Dampak kerusakan terumbu karang sudah mulai dirasakan oleh penduduk, khususnya yang berada di sekitar pantai, akibatnya adanya hantaman gelombang pada musim- musim tertentu. Melalui pengembangan kawasan konservasi laut untuk melindungi ekosistem terumbu karang, aktivitas penambangan karang yang selama ini masih dilakukan oleh masyarakat dapat dihentikan. Pengembangan kawasan konservasi laut khususnya ekosistem terumbu karang minimal 30 dari proporsi habitat pesisir atau sekitar 39 ha dari 71.72 ha terumbu karang yang ada di pulau ini. Apabila skenario 1 belum efektif menurunkan kerentanan pulau, maka perlu dikembangkan skenario kedua. Ada dua pilihan pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mereduksi kerentanan lingkungan Pulau Barrang Lompo skenario 2, yaitu dengan meningkatkan proporsi kawasan konservasi laut menjadi 50 dari habitat pesisir yang ada atau sekitar 65 ha kawasan terumbu karang dijadikan kawasan konservasi laut. Pilihan pengelolaan yang juga harus dilakukan adalah dengan membuat tembok pelindung pantai yang saat ini sudah sebagian dibangun di sekitar pantai Pulau Barrang Lompo. Pilihan pembangunan pelindung pantai dilakukan manakala peningkatan kapasitas adaptif alami tidak mampu lagi menurunkan kerentanan Pulau Barang Lompo. Karakteristik Pulau Barrang Lompo yang spesifik seperti rendahnya daratan pulau, menyebabkan pilihan-pilihan strategi adaptasi menjadi terbatas. Pada jangka panjang, alternatif pemindahan penduduk ke luar dari Pulau Barang Lompo atau membuat rumah panggung di Pulau Barrang Lompo menjadi pilihan yang bijak, mengingat kerentanan pulau ini sudah sangat tinggi. Pada Gambar 28 disajikan perbandingan kerentanan Pulau Barrang Lompo tanpa adanya pengelolaan, pengelolaan skenario 1 dan pengelolaan skenario 2. Gambar 28. Proyeksi kerentanan lingkungan Pulau Barrang Lompo

4.7.3. Pulau Saonek