Dampak Kenaikan Muka Laut

Kajian terhadap kenaikan muka laut sea level rise dan dampaknya terhadap pesisir dan pulau-pulau kecil banyak mendapat perhatian dari banyak kalangan peneliti. Secara global rata-rata kenaikan muka laut sekitar 2.5 mmtahun, sedangkan secara lokal, di lokasi-lokasi tertentu bahkan dapat mencapai maksimum 30 mmtahun. Nilai kenaikan yang signifikan tersebut terutama disebabkan oleh mengembangnya suhu air laut. Kajian kenaikan muka laut di Indonesia juga sudah banyak dilakukan. Proyeksi kenaikan muka laut dilakukan Hamzah et al. in press di sekitar perairan utara dan selatan Pulau Lombok. Pada tahun 2020 kenaikan muka laut di bagian utara P. Lombok akan terjadi kenaikan setinggi 10 cm dan di bagian selatan setinggi 12 cm. Pada tahun 2050 akan terjadi kenaikan setinggi 25 cm di bagian utara dan 32 cm di bagian selatan Pulau Lombok. DKP 2009 juga memprediksi laju kenaikan muka laut di perairan sekitar Kabupaten Pangkajene Kepulauan sekitar 2.60 mmtahun.

2.5.2. Dampak Kenaikan Muka Laut

Dari sudut pandang geografi pesisir, dampak dari kenaikan muka laut terhadap pulau-pulau kecil tergantung pada dua hal, yaitu 1 tingkat kekritisan dari kenaikan muka laut laju kenaikan pertahun, dan 2 karakteristik daratan pulau, seperti penggunaan lahan, topografi, dan penghalang pantai Nallathiga 2006. Proyeksi kenaikan muka laut yang diakibatkan oleh pemanasan global akan mengancam wilayah pesisir yang memiliki elevasi rendah Yamano et al. 2007; Barnet dan Adger 2003. Wilayah yang paling beresiko adalah pulau-pulau karang atau pulau atol, karena umumnya pulau ini memiliki elevasi atau ketinggian dari muka laut yang rendah Yamano et al. 2007. Pulau atol ini memiliki permasalahan lingkungan yang umum menyebabkan kerentanan karena perubahan iklim Barnet dan Adger 2003. Kenaikan muka laut ini diprediksi akan menyebabkan perendaman, penenggelaman dan erosi pantai dari pulau-pulau karang Leathermen 1997. Erosi pantai, perendaman dan intrusi air laut merupakan dampak dari kenaikan muka laut yang menimpa pulau-pulau atol di Tavalu Aung et al. 2009. Hal yang sama juga dikemukakan Mimura 1999, bahwa dampak prinsip yang ingin diantisipasi dari kajian kerentanan pulau-pulau kecil khususya pulau atol adalah erosi pantai, perendaman pulau dan intrusi air laut. Upaya yang dilakukan untuk beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim ini harus didasarkan pada kapasitas sistem alam yang kemudian didukung dengan perencanaan adaptasi yang baik berupa proteksi kawasan pesisir dan perubahan struktur bangunan Klein dan Nicholls 1999; Hay et al. 2003. Wilayah pesisir termasuk pulau-pulau kecil merupakan kawasan yang dinamis dan respon dari kawasan pesisir terhadap kenaikan muka laut lebih kompleks dari sekedar terjadinya perendaman. Erosi pantai adalah fenomena atau proses-proses alami yang terjadi karena adanya gelombang dan arus laut dan dapat menyebabkan hilangnya lahan darat USCCSP 2009. Kenaikan muka laut dapat memperparah perubahan wilayah pesisir yang disebabkan oleh erosi pantai. Kerentanan pesisir terhadap kenaikan muka laut, umumnya faktor elevasi daratan menjadi faktor kritis dalam kajian potensi dampak. Flora dan fauna yang umumnya sangat kaya terdapat di wilayah pesisir juga akan mendapatkan tekanan akibat pengaruh kenaikan muka laut. Kualitas dan kuantitas serta distribusi spasial dari habitat di wilayah pesisir akan berubah sebagai hasil dari erosi pantai, perubahan salinitas dan hilangnya daerah lahan basah. Ekosistem pesisir juga merupakan salah satu ekosistem yang mengalami kerentanan karena adanya kenaikan muka laut. Sejak vegetasi lahan basah ‘akrab’ dengan kenaikan muka laut, maka ekosistem ini menjadi sensitif terhadap perubahan muka laut jangka panjang. Hasil pemodelan dari pesisir lahan basah termasuk ekosistem lamun menunjukkan bahwa sekitar 33 dari lahan basah di dunia akan hilang dengan kenaikan muka laut sekitar 34 cm dalam kurun waktu 2000 sampai 2080, dan akan hilang sekitar 44 pada kenaikan muka laut sekitar 72 cm Church et al. 2007. Pada tahun 2100 kenaikan muka laut akan mengurangi 500 000 ha ekosistem mangrove di 16 negara di kawasan pasifik. Masyarakat yang mendiami pulau-pulau atol ini memiliki kerentanan yang tinggi terhadap kenaikan muka laut, sebagaimana yang baru-baru ini terjadi di Tavalu yang merupakan salah satu negara pulau atol Yamano et al. 2007. Pulau-pulau atol umumnya memiliki kepadatan penduduk yang sangat tinggi dan berpeluang terekspose terhadap kejadian alam di pulau-pulau atol UNTAD 1999. Dampak kenaikan muka laut ditentukan oleh perubahan relatif kenaikan muka laut, yang direfleksikan tidak hanya oleh kecenderungan perubahan muka laut global tetapi juga oleh variasi lokal perubahan kenaikan muka laut dan proses geologi seperti subsiden. Umumnya pulau yang mengalami subsiden akan lebih terancam dibandingkan pulau yang tidak mengalami subsiden. Dampak kenaikan muka laut juga dikemukakan Nicholls 2002 seperti disajikan pada Tabel 8 berikut: Tabel 8. Dampak utama kenaikan muka laut Dampak Biofisik Faktor Relevan Lainnya Iklim Non Iklim Perendaman, banjir, gelombang, dampak efek backwater Gelombang, perubahan morfologi, suplai sedimen, run-off Suplai sedimen, penanga- nan banjir, perubahan morfologi, pengelolaan daerah tangkapan air dan pemanfaatan lahan Kehilangan daerah lahan basah Suplai sedimen Suplai sedimen Erosi Gelombang dan badai iklim, suplai sedimen Suplai sedimen Intrusi air lautair permukaan Run-off, curah hujan Pengelolaan daerah tangkapan air

2.6. Tinjauan Kajian Kerentanan Pesisir dan PPK